1. Ordinary Day.

34 5 2
                                    

Monstadt. Hamparan padang rumput luas diantara pegunungan tinggi menghias cakrawala daerah timur benua maha luas Teyvat. Selain terkenal dengan pemandangan indah khas dataran tinggi, Monstadt juga terkenal sebagai tempat awal bagi para pemula untuk memulai petualangan.

Tidak hanya bagi pemula, Monstadt juga merupakan tempat ideal bagi petualang veteran. Mereka sering menjadikan Monstadt sebagai lahan tempat mencari bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk bertualang mulai dari buah-buahan, daging, unggas, ikan sampai hasil bumi lain. Semua itu bisa diolah menjadi makanan dan material yang diperlukan untuk berpetualang ....

"Uh .... Bennett, apa kamu yakin? Ngga sebaiknya kita cek dulu?"

'Tenang saja, pyro-ku dan cryo-mu pasti ampuh melawan mereka."

"I-iya deh kalau begitu ..."

"Bouken da bouken!" Begitulah pekikan nyaring terdengar saat Bennett merangsek maju dari balik semak-semak. Kejutan adalah elemen terbaik dalam melancarkan serangan, setidaknya begitu yang tertulis di dalam buku pegangan para petualang yang diterbitkan oleh Adventurer's Guild.

Bukan nasihat yang buruk karena toh seringkali berhasil ketika dipraktekan. Oleh karena itu Bennett pun berniat mencoba cara serupa ketika ia mendengar suara-suara gerombolan hilichurl dari balik semak-semak tinggi di dekat tepi jurang di daerah Wolvendom, Monstadt.

Pedang di genggaman tangan Bennett pun seketika berpijar terang oleh elemen pyro. Mantap sudah niatan Bennett untuk menghajar para gerombolan hilichurl. Bagi petualang sekelas Bennett, hilichurl bukan masalah sulit, apalagi kini ia berduet dengan pengguna cryo yang baru direkrut sang pengembara dari Fontaine

Tidak lain pasangan duet Bennet siang itu adalah si penyelam legendaris Fontaine, Freminet. Walau yakin dengan kemampuan Bennett, tetap saja kekhawatiran terlihat dari gerak-gerik gelisah Freminet.

Kedua kelopak mata Freminet membelalak saat dia melihat sasaran Bennett.

"Stop, Bennett!" seru Freminet.

Sayangnya seruan untuk berhenti itu terlambat. Yang disergap oleh Bennett bukanlah gerombolan hilichurl, melainkan gerombolan mitachurl yang notabene berpostur dan bertenaga jauh lebih besar dari hilichurl biasa.

Sama terkejutnya, kedua kelopak mata Bennett membelalak lebar saat ia menyadari telah salah mencari musuh. Biasanya serangan pyro dua langkah Bennett cukup untuk memukul mundur bahkan mampu membuat hilichurl terpental. Namun terhadap mitachurl, serangan Bennett hanya membuat monster itu terhuyung sedikit. Masalahnya ada tiga mitachurl lagi yang sigap menolong kawan mereka.

Bennett hanya sempat melihat seekor mitachurl mengayun kapak ke arah dirinya sebelum dia memejam mata erat-erat, berpasrah diri untuk menerima hantaman. Setelah benturan yang cukup menyakitkan, Bennett membuka kelopak mata. Dia bisa melihat hamparan awan terbentang di atas langit biru. Selain melihat awan, pemuda berambut putih itu juga merasa bahwa tubuhnya belum terhempas ke tanah.

Tentu saja Bennett tidak merasa hempasan karena kini dia bisa melihat tepian tebing seakan bergerak menjauh. Serangan balik si mitachurl sukses membuat Bennett terpental melewati pinggiran tebing terjal.

"Demi Barbatos," bisik Bennett perlahan dan mempasrahkan diri untuk mendarat dengan sangat menyakitkan.

Sementara itu di kota Mondstadt ....

"Aneh, kupingku terasa berdenging?"

"Mungkin ada yang memanggilmu?"

"Uh ... Hampir semua orang di kota ini menyebut namaku, Lumine-"

"Sebagai Barbatos, Anemo Archon, bukan Venti si Tone Deaf Bard ..."

"Bisa jadi, bisa jadi."

KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang