21

313 20 55
                                    

Anna memperhatikan pria yang berjalan berdampingan dengan nya sambil menggengam tangan nya hangat. Daritadi, mereka tidak berbicara banyak. Tapi, saat berjalan menuju blok depan rumah nya, Dave mengenggam tangan nya hangat. Begitupun saat mereka sudah berjalan pulang, Dave masih mengenggam tangan nya.

Entah hanya Anna yang merasa atau memang Dave sengaja memperlambat langkah kaki nya di saat tahu udara malam semakin mendingin bertambahnya waktu.

Tapi mau sedingin apapun udara malam ini tetap kalah karna pria di samping nya mengenggam hangat tangan nya.

Anna tidak tahu, apa maksud Dave bersikap seperti ini. Setelah menghiraukan nya hampir dua hari kini dengan tanpa merasa berdosa malah melakukan kontak fisik.

"Om," Anna sontak memanggilnya membuat Dave menghentikan langkah nya.

Dave menghadapkan tubuhnya ke arah Anna dan menaikkan kedua alisnya. "Kenapa, An?"

Anna mengulum bibirnya namun tangan nya bergerak di dalam genggaman Dave. Pria itu menyadarinya, ia menatap tautan tangan mereka lalu kembali menatap gadis itu. "Kamu ga suka kalo tangan kamu saya pegang?"

Anna menatap ke arah tanah, mencari pelarian karna ia yakin kalau melihat mata pria itu yang ada lidahnya akan kelu. Anna menggelengkan kepala nya samar.

Dave semakin menghadapkan tubuhnya. "Kalo gitu, kenapa?"

Anna menelan ludahnya kasar, mengumpulkan semua keberanian nya. Ia menarik napas panjang, "Anna perlu tahu perasaan Om untuk Anna."

Anna merasakan ketegangan dari tangan Dave seusai ia mengatakan itu. Apakah dia selalu bereaksi seperti ini setiap Anna melemparkan pertanyaan yang sama? Apa pertanyaan nya membuatnya tertekan? Apa Anna terlalu menekan nya?

Terlihat Dave menarik napas panjang dan mengalihkan pandangan nya ke arah jalanan yang sudah sepi. Tak ada objek yang bisa ia jadikan sebagai pelarian.

Akhirnya, ia kembali menatap Anna. Gadis itu setia menunggu jawaban nya. Tiba-tiba satu tangan nya terangkat, membelai surai kehitaman nya kemudian turun menghelus lembut wajah nya.

Ia hening, hening untuk waktu yang lama. Seakan sedang memilah kata mana yang lebih baik ia keluarkan atau sedang mengulur waktu untuk bisa memberikan jawaban yang tepat namun yang pasti,

Anna dapat melihat benang kusut itu di wajah nya.

"Saya marah, An." Dave akhirnya bersuara tegas namun lembut, "Saya marah sama diri saya sendiri."

"Saya terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaan saya. Saya masih belum berani mengambil langkah untuk kita. Tapi ketika saya tahu, ada banyak laki-laki yang berpotensi mengambil kamu dari saya," Helusan nya di wajah Anna berhenti, ia pun terlihat terdiam untuk beberapa saat, "Saya kesal setengah mati."

"Saya mau kamu,"

Seketika detakan jantung Anna berhenti berdetak namun aliran darahnya berdesir. Wajah nya memanas bersamaan dengan napas nya yang tercekat.

"Tapi saya punya banyak pertimbangan lain, An."

Anna akhirnya bisa melihat kedua netra pria itu saat ia juga menatapnya. Tatapan tegas dan dingin dari mata elang nya menyapu wajah Anna. Anna menggunakan kesempatan itu untuk menyelam ke lautan onyx coklat Dave. Mencari sesuatu yang bisa ia buktikan kebenaran nya.

Namun yang Anna dapatkan adalah rasa berat dari tanggung jawab. Kemudian Anna menatap Dave secara keseluruhan. Dan yang Anna menemukan beban yang sangat berat yang sengaja Dave sembunyikan dari balik punggung nya.

Anna mau tahu, beban apa itu. Apa yang selalu menahan Dave untuk mengungkapkan perasaan nya. Pertimbangan apa yang selalu berusaha menghentikan Dave dari langkah nya.

Ajudan BapakWhere stories live. Discover now