Rav dan Han datang paling awal sebelum waktu makan sore bersama dijanjikan. Mereka bilang mereka ingin ikut bantu memasak. Namun, karena kami berencana menunggu sayur mayur dari kebun, jadi kami semua bersama Uta dan Maza berbincang di ruang tengah.
"Letnan akan datang sebelum langit mulai menggelap. Dia akan mengajak Putri Amara jika sempat," ujar Han.
Gadis pelayan Iredale bersurai abu panjang itu memakai pakaian lain dan aku sangat terkagum pada penampilannya. Surai abunya dikuncir rendah, diikat dengan pita hitam. Pakaiannya mirip gaun musim panas sepanjang lutut yang biasa aku lihat di Bumi sana, berwarna putih tulang, berhias renda-renda berwarna senada di ujung lengan dan rok. Potongan leher berbentuk persegi, menunjukkan kalung cantik tali kain cokelat, dengan bandul tiruan bunga fire lily.
"Kalungnya cantik, Han," kataku, kami memperhatikan obrolan para cowok.
Han menarik senyum tulus sambil menyentuh bandul kalung, memainkannya sejenak.
Aku jadi teringat tentang hal yang ingin kutanyakan. "Aku dengar kamu udah bertunangan. Siapa orangnya?" ucapku lebih pelan sambil senyum-senyum penuh maksud.
Dia tampak keberatan dan ragu hendak menyampaikannya.
"Ah, aku gak boleh tau?"
"Bukan. Sebenarnya aku ingin merahasiakan ini dulu sampai hari pernikahan dilaksanakan, berhubung keluargaku mengikuti tradisi leluhur yang bilang 'melarang orang-orang tau sebelum mendekati hari sucinya'."
Aku mengangguk-angguk paham. "Kalau begitu, aku akan menunggu sampai hari itu tiba." Aku menunjukkan diriku sama sekali tidak keberatan soal itu. "Tapi, aku penasaran, deh. Kenapa tiba-tiba? Maksudku, kamu masih 16 tahun."
Usia yang menurutku masih terlalu muda untuk menikah. Usia di mana kebanyakan orang masih ingin banyak bercanda dan mengikuti kemauan, masih mencari jati diri, dan di beberapa orang masih tidak ingin terikat dengan siapa pun dalam sebuah hubungan serius seperti 'Suami-Istri'.
"Kami baru bertunangan. Pernikahan akan dilaksanakan ketika aku sudah berumur 18 tahun. Orang tua kami ingin kami sudah terikat janji lebih dulu." Gadis itu berkata, "Lagi pula, aku ingin menghabiskan hidup seperti apa yang aku mau. Dan aku akan siap, asal bersama orang itu."
Aku merinding. Berbeda denganku yang masih belum tau hendak ke mana dan hendak mengejar apa, Han sudah memutuskannya dan sudah bertindak untuk mewujudkan apa yang dia mau, apa yang dia kejar.
Hahhh, aku yakin diriku bakal sendiri sampai tua nanti. Selain karena sifatku yang labil, semua orang pasti akan pergi pada akhirnya. Baik itu pasangan hidup dan sahabat sejati.
Wajah riang Yuan muncul di benakku seperti siaran hitam putih yang kabur.
Kutarik napas. Tidak, aku tidak akan terpuruk. Orang-orang mungkin pergi dan datang dengan mudah, namun aku tidak mau meninggalkan diriku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Bumi [FF Forestesia]
RandomKerandoman manusia Bumi Kedua jika mereka datang ke tempat Bumi Manusia. Timeline dan Plot berada di luar cerita yang sebenarnya dan karya ini hanya sebagai lapak iseng saja. Makasih yang mau mampir :D