46: Kemarahan

16.9K 676 22
                                    

Pagi yang baru telah datang. Hari Shayra kini juga benar-benar disambut oleh pengalaman baru. Apakah itu? Yap, morning sickness.

Tidak tahu apa yang terjadi di dalam perutnya, hingga Shayra merasa sangat mual seperti ini. Sekarang, ia terduduk di lantai kamar mandi sambil menyandar di dinding. Tubuhnya lemas sekali setelah sejak tadi berdiri dalam rangka muntah-muntah, tapi sialnya tidak ada yang keluar selain hanya cairan.

"Nak, kenapa kau membuatku semual ini? Apa yang kau lakukan di dalam sana?" tanya Shayra sambil mengusap perutnya.

Ia kemudian bangkit saat rasa mual itu datang kembali. Dan ... adegan yang sama terulang.

"Shayra,"

Shayra masih fokus mengeluarkan sesuatu yang sangat membuatnya mual itu alih-alih membalas panggilan seseorang di luar. Pada akhirnya, ia mendengar langkah kaki seseorang di belakangnya disusul oleh tepukan di pundak.

"Apa sangat mual?" tanya orang itu, Ahana.

Shayra hanya mengangguk lemas. Ia merasa itu sudah jawaban yang cukup.

"Kau tidak meminum obat yang diresepkan Nick kemarin?" tanya Mahira lagi.

"Bagaimana mau minum, Ma? Aku langsung mual bahkan ketika baru meneguk setetes air," kata Shayra setelah membersihkan bibirnya dengan air.

"Sekarang sudah tidak mual?"

Shayra mengangguk. Ahana pun menuntunnya pelan-pelan untuk kembali ke tempat tidur.

"Makan, ya? Atau minum susu?"

Shayra menggeleng. "Nanti aku mual-mual lagi," rengeknya. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia jadi suka merengek-rengek seperti anak kecil.

"Tapi perjanjiannya kau harus makan untuk bisa pulang," sahut seseorang dari tengah-tengah pintu.

Shayra menoleh dan membelalak melihat sosok itu. "Nick? Kau di sini? Sedang apa?" pekiknya terkejut.

Pria itu melenggang santai mendekati Shayra di tempat tidur. "Bukankah aku sudah bilang? Aku akan menerormu setiap jam makan," ujarnya.

Shayra ternganga tak percaya. "Tapi ... dengar, aku mual, mual sekali. Aku tidak mau makan," katanya.

Nick menghela napas panjang. "Itu memang sering terjadi pada hampir semua ibu hamil, tapi kau harus mencoba dulu untuk makan, minum susu, dan minum obat. Kandunganmu agak lemah, kau tahu itu, kan?"

Shayra menunduk, lalu mengangguk-angguk lesu. "Jadi ...."

"Jadi apa lagi? Kau harus mencoba makan," tutur Nick dengan suara lembut.

"Tapi kalau aku mual lagi nanti bagaimana?" protes Shayra sedikit merengek.

"Coba saja dulu. Kalau tidak mual, berarti harus kau makan. Kalau mual, kita cari cara lain," ujar Nick.

"Mama ambilkan makanannya dulu," ucap Ahana.

Sekarang, di kamar itu hanya ada Shayra dan Nick. Berdua. Nick dengan wajah jahilnya menaik-turunkan alisnya menatap Shayra, Shayra sendiri memutar bola mata malas.

"Ehm, Shayra, kalau kau tidak keberatan, bisa aku tahu ke mana suamimu?" tanya Nick sedikit berbisik.

"Karena kau temanku, maka baiklah, akan kuberitahu," kata Shayra. Ia mengambil napas dalam-dalam, "Kami sedang ada masalah. Masalah suami-istri, biasalah."

"Kalian sudah menikah berapa lama?" tanya Nick lagi.

"Hampir enam bulan."

"Dan sudah ada masalah? Dia melakukan apa padamu? Selingkuh?" cerocos Nick. Sepertinya pria itu sangat kepo.

Dear, Mr. A (Completed)Where stories live. Discover now