Part|| 18

487 11 0
                                    

"Makasih kak udah nganterin aku." ucap Gheisha setelah turun dari motor Bara.

Setelah tadi Gheisha bercerita panjang tentang yang sebenarnya terjadi dulu, Bara langsung mengantarnya pulang. Entahlah Gheisha pun jadi tidak yakin Bara benar benar mempercayainya, apalagi saat ia selesai menceritakan semuanya Bara hanya diam dan langsung mengantarnya ke rumah.

Melihat itu Gheisha semakin percaya mau seberusaha apapun ia membela dirinya mau gimana pun ia menjelaskan kalau dirinya tak bersalah semua itu hanya akan menjadi angin lewat saja bagi mereka, itu adalah hal yang sia-sia.

***


"Kak Bara juga tau kan gimana hubungan antara aku papa dan mama? Mungkin karena hal itu juga mereka gak mau dengerin penjelasan aku, tanpa memberikan aku kesempatan buat cerita sedikit pun." jelas Gheisha.

"Kak?" panggil Gheisha saat Bara hanya diam sejak ia mulai bercerita. "K-kak Bara gak pe.."

Kalimat Gheisha terhenti saat tiba tiba Bara berdiri lalu berjalan ke arah motornya. Gheisha diam sambil memperhatikan pergerakan Bara yang sedang memakai helm.

"Hah?" bingung Gheisha saat Bara menunjuk jok motor belakangnya dengan gerakan kepala.

"Naik." titah Bara.
Dengan kikuk Gheisha berjalan mendekat ke arah motor Bara.

***

Gheisha mendongak memandang Bara saat tak mendapatkan balasan apapun. Gheisha melihat Bara yang memperhatikannya dengan lekat, tanpa ekspresi hanya menampilkan wajah datarnya. Gheisha tersenyum kecut membalas tatapan Bara.

Bara menghela nafas dan mengangguk pelan lalu pergi dari hadapan Gheisha.
"Bodoh! Kamu mengharap kak Bara mau percaya sama yang kamu ucapin? Haha, harusnya kamu tau diri Ghe." Rutuk Gheisha dalam hati.

"Huhff, mereka sama aja." lirih Gheisha.

Ternyata Gheisha salah, sangat salah mempercayai Bara. Harus nya Gheisha tau enggak akan ada yang mau percaya dengan ucapannya, mau sejujur apapun ia akan tetap dianggap salah.

Gheisha mengusap wajahnya kasar, merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa ia mempercayai orang lain? Padahal Gemma yang notabenya adalah pacarnya pun tidak Gheisha beritahu, lalu kenapa ia bisa sampai cerita ke Bara? Ahhh mengapa ia bisa sebodoh itu, huh menyebalkan sekali.

Gheisha berbalik lalu berjalan masuk kedalam rumah, hatinya terasa gundah entah kenapa. Gheisha tidak tau apa yang harus ia hadapi sebentar lagi, jujur ia belum siap untuk bertemu dengan mereka ia belum siap kembali ke rumah, tapi kembali lagi ke awal semuanya akan semakin berantakan jika ia tidak segera pulang. Gheisha menghela nafas sebelum membuka pintu, ia takut bertemu mereka.

"Gheisha pul..."

PLAKK

Ucapan Gheisha terhenti saat sebuah tamparan keras mendarat di pipi kirinya, Gheisha memegang pipinya saat panas mulai menjalar. Ia melihat papa nya yang menatap dirinya dengan marah. Dapat Gheisha lihat mama dan kakaknya berdiri tak jauh dibelakang papanya.

"Pa Gheisha..."

PLAAKKK

Lagi, sebuah tamparan kembali mendarat di pipi sebelah kanannya terasa lebih keras dari tamparan sebelumnya. Pipinya terasa kebas, ia benci rasa sakit ini. Sekuat tenaga Gheisha menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Dari mana saja kau, Hah?" bentak Daren. "Jam segini baru ingat mau pulang, dasar anak kurang ajar." tangan Daren sudah terangkat siap menampar Gheisha kembali.

GheishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang