1

15.6K 1.4K 121
                                    

Mari vote dulu sebelum baca maniez 💁🏽‍♀️

"A-arkhhh ... Radev eumhh~"

"Heum? Enak, sayang?" Pemuda yang dipanggil dengan sebutan Radev itu menghentakkan pinggulnya berkali-kali menciptakan suara tabrakan kulit yang nyaring. Karena ulah Radev itu, pemuda lain yang ada di bawah kungkungannya melenguh terus-terusan akibat titik nikmatnya yang dihantam Radev.

Situasi saat ini benar-benar kacau. Dua pemuda bermandi keringat sibuk berhubungan badan dengan kasar di dalam sebuah kamar. Cuma ada mereka berdua di rumah, jadi mendesah sekuat apapun gak bakal ada yang protes. Hampir setengah jam sudah mereka melakukan kegiatan panas itu hingga akhirnya lelah dan kegiatan berakhir. Laki-laki yang digempur oleh Radev tumbang gitu aja ke atas kasur sedangkan Radev beranjak santai mengambil tissue buat bersihin kotoran-kotoran yang ada.

Pemuda itu mengangkat celana jeansnya yang tadi tergeletak gitu aja di atas lantai. Dia meraba-raba saku celananya sampai mendapat apa yang dia cari, kotak rokok. Satu pucuk rokok Radev ambil lalu diapit di antara dua bibirnya. Sejenak Radev memasang boxer serta celananya, barulah sehabis itu dia jalan ngebuka jendela dan duduk di pinggiran sana buat ngerokok.

"Radev," panggil pemuda manis yang ada di atas kasur. Tatapannya sendu, air mukanya tampak sedih. Pemuda ini sebenarnya cukup sensitif, dicuekin sehabis sex gini aja udah cukup menyakiti perasaannya.

"Kenapa?" Radev menjawab seadanya, dia bahkan gak noleh sedikitpun.

"Kamu kenapa, sih, tiap habis sex selalu bodo amat kaya gini? Seenggaknya peduliin sedikit partnermu."

Radev mendengus. Dia jadi males banget ngeladenin submissive yang kaya gini. Radev mutusin buat matiin rokoknya dan dibuang gitu aja ke luar jendela. Pemuda itu make baju dan jaketnya.

"Radev, jawab aku!"

Gak perduli, Radev terus mengambil barang-barangnya, bersiap pulang. Tapi lagi-lagi partner sex Radev manggil dan minta jawaban. Akhirnya Radev berbalik badan sejenak pas udah nyampe di ambang pintu kamar.

"Karna sex adalah sex. Kalo sex kita udah berakhir tandanya semua juga udah berakhir, sex selesai, kita balik jadi temen kaya umumnya, dan temen gak perlu saling perhatian yang berlebihan, Nayyan."

Radev berlalu, diam-diam dia menyeringai. Gak perlu waktu lama buat Radev bisa mengendarai mobilnya dengan santai. Persetan kalo aja dia barusan nyakitin hati orang. Habis ini dia justru pengen ketemu sama inceran barunya, Dek Wira. Adek tingkatnya yang banyak disukain cewek-cewek padahal aslinya gay. Meski gitu, setau Radev, Wira ini masih polos dan belum berani macam-macam selama masuk dunia pelangi. Itu yang Radev incar, submissive perawan yang boolnya masih menjepit manja.

Radev sampai di sebuah cafe, dengan langkah cepat dia masuk lalu memesan minuman. Selesai dari sana, Radev naik ke lantai atas tempat dimana Wira udah nunggu. Radev mendudukkan diri, keduanya saling lempar senyum. Awal-awal gini, mah, Radev emang selalu ramah. Buat memikat hati mangsanya.

"Maaf, ya, bikin lu nunggu. Gua ada urusan organisasi tadi makanya telat."

Wira mengangguk tipis. Senyuman pemuda itu adem banget diliatnya. Ganteng sekaligus cantik diborong semua sama Wira. Mana dia ini tipe cowok yang kalem juga, gak heran banyak yang suka. "Gak papa, aku juga baru aja datangnya."

Radev mengangguk. Tanpa ada keraguan sama sekali, dia menyelipkan rambut Wira ke belakang telinga. Senyum gak pernah lepas dari wajah pemuda itu. "Gimana kuliahnya? Aman, gak? Kalo ada tugas yang bikin pusing bisa aja sesekali panggil gua ke rumah lu." Tangan Radev beralih menyentuh punggung tangan Wira, ibu jarinya mengusap tempat itu, nakal. Bahkan lirikan Radev juga berubah liar. Respon Wira cuma ngangguk dan tertawa kecil.

Karma {M-preg} Where stories live. Discover now