Chapter 01

1.1K 159 151
                                    

Happy reading

Malam hari sepulang dari rumah sakit. Javas masuk ke dalam kamarnya. Sorai beranjak ke dapur untuk mengambil makanan serta minum untuk Javas.

Pintu kamar Javas dibuka. Sorai masuk membawa nampan berisi makanan. Javas sedang berada di dalam kamar mandi. Begitu keluar, keningnya mengernyit menatap Sorai duduk di bangku belajarnya.

"Ngapain di sini?"

Sorai menoleh.

"Mama mau antar makanan. Habis makan langsung minum obat ya. Ada buah juga. Kalau butuh yang lain bisa panggil Mama. Kalo malas panggil Mama, bisa telpon atau chat."

Javas menepikan gelas yang berada di atas meja.

"Boleh dibawa keluar. Saya nggak lapar. Saya bisa beli sendiri kalau saya lapar."

"Tapi Mama udah siapin ini buat kamu."

"Bawa keluar, Sorai." bantah Javas.

Alih-alih mengiakan. Sorai justru mengangkat piring tersebut lantas mendekatkan piring itu ke wajah Javas.

"Cium dulu wangi masakan, Mama. Ayo cium biar kamu ngiler buat makanny...."

Sorai terkejut ketika Javas menepis piring itu hingga jatuh ke lantai dan mengeluarkan bunyi ribut. Pecahan piring berserakan di atas lantai.

Javas menatap Sorai. Langkahnya mundur perlahan ketika melihat Sorai yang memunguti pecahan piring itu.

"Nggak apa-apa, Javas. Mama bersihkan. Maaf, ya udah maksa Kam...."

Sorai tambah kaget mana kala Javas jongkok dan bersandar di dinding. Dia menarik rambutnya, memukuli kepalanya. Dia menggeleng menangis dengan suara kecil.

"Javas, kenapa? Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, nak. Mama nggak marah, nggak kesal juga."

Sorai memegang kedua lengan Javas. Menahan tangan Javas agar tidak terus memukul dan menarik rambutnya sendiri.

"Javas, lihat Mama. Lihat aku, Javas. Kenapa? Ada yang salah sama apa yang aku lakuin? Kamu nggak suka aku di sini? Nggak suka aku sebut kata Mama?"

Javas mendorong tubuh Sorai. Jemarinya dingin, gemetar ketika melihat pecahan gelas itu.

"Jangan disayat......." Lirih Javas terus memukul kepalanya.

Sorai terdiam mendengar ucapan Javas. Mata Javas fokus ke pecahan kaca. Buru-buru Sorai bersihkan pecahan itu. Bisa jadi melihat pecahan kaca tersebut membuat Javas teringat sesuatu.

"Jangan disayat......" Lirih anak berusia 16 tahun itu lagi.

Di saat Sorai membersihkan pecahan kaca itu. Pintu kamar Javas terbuka. Jaksa masuk dan berlari ke arah Javas.

"Kenapa? Ada apa?" Jaksa memeluk tubuh Javas.

"J-javas tiba-tiba ketakutan dan nang......"

PLAK

Dunia seperti berhenti ketika tangan besar anak berusia 17 tahun itu berani menapar wajah Ibu sambungnya sendiri.

Sorai mematung di tempat. Tercekat. Panas di pipinya membuat air matanya jatuh dengan sangat cepat.

"HARUS LO CARI PERHATIAN SAMPAI SEGININYA? JAVAS NGGAK SUKA SAMA LO. BERAPA KALI HARUS GUE KASIH TAHU KALAU NGGAK ADA TEMPAT LO DI HIDUP KAMI!"

Suara keras Jaksa membuat Javas terdiam ketakutan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorai StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang