(II) Debutante Ghania Wening

2 1 0
                                    

Aku berhasil naik kuda. Terimakasih Ibu, sudah mengajarkan aku untuk naik kuda. Ini sangat membantu sekarang.

Tinggal di daerah perbatasan yang hanya dilapisi tembok dan gerbang besi bukan berarti kamu aman. Ada saja hal aneh, menyeramkan dan berpotensi traumatis terjadi. Pembunuhan berencana? Sudah pernah dirasakan beberapa kali. Lumayan banyak. Orang yang berusaha menembus perbatasan secara paksa? Ada.

Banyak kejadian yang menjadi hal biasa untukku selama menjadi anak dari Ibu. Seorang Nandya Wening. Nama yang membuatku setidaknya aman selama berada di akademi walaupun aku punya kemampuan bersosialisi menemui angka nol. Aku aman dalam dekapan Ibu. Walau kadang rasanya dingin.

"Saya harap nona masih kuat menungganginya! Harusnya saya membawa kereta tadi saja!" Seruan dari paman pengawal membuat letihku hilang.

Padahal paman juga sama capeknya. Beberapa guncangan tidak akan membuatnya mati. Hanya saja, mereka butuh waktu yang terlalu lama hanya untuk sampai ke wilayah perbatasan. Paling cepat tiga hari. Itu jika tidak tidur sama sekali.

Kejadian ini seharusnya bukan di luar prediksi para bangsawan kan? Atau mereka tidak berpikir mengenai ini sama sekali? Masa sih?

Acara yang terjadi hanya setahun sekali namun dirayakan selama satu bulan secara besar besaran, dan hanya satu acara puncak di kediaman Adinata ini merupakan sasaran empuk untuk para musuh melakukan serangan.

Anehnya....

Para penjaga dari Duchess semuanya hampir tidak bernyawa di gerbang Timur. Jika keamanan dari kediaman Ibu kota begitu, apa wilayah lain aman?

"NONA! PACU LEBIH CEPAT TANPA MENOLEH KE ARAH TIMUR!"

Ah.

Benar benar ya?

Aku mempercepat pacuan kuda dengan air mata berlinang. Aku ketakutan sial. Namun jika sampai menangis selama melarikan diri itu bukan cara yang baik untuk mengurangi kejadian ini kan?

Aku bersyukur paman memakaikanku baju dari barbarian yang paman temukan untuk kami berdua juga. Setidaknya aku bisa beradaptasi dengan baju berbau dan berbecak darah ini.

Jika wilayah lain juga diserang secara bersamaan bersama dengan Ibu kota, apa yang sedang terjadi di wilayah istana?

Yang terdengar sepanjang pesta hanya obrolan bangsawan bahwa putri mahkota melakukan doa di kuil istana sepanjang malam. Sedangkan Raja dan Ratu ada di acara bersama sama dengan para bangsawan lain.

Tunggu....

Putri mahkota yang akan menjadi ratu itu sendirian?

Bagaimana kalau sebenarnya ini semua sudah direncanakan oleh Duchess untuk mencuri posisi putri mahkota dan jadi ratu selanjutnya? Benar! Tidak mungkin pengawal akan selemah itu kan?

Ah tapi ini juga bukan kebenaran.

Bagaimana kalau orang dari negara lain? Misalnya wilayah perbatasan? Tapi jika mereka melakukan pergerakan pasti Ibu jauh lebih sibuk.

Sebentar.

Ibu kan memang sibuk hari ini? Bagaimana jika Ibu sebenarnya sudah tahu tapi membiarkan aku pergi?

Pacuanku ternyata memelan hingga paman pengawal memukul kuda agar lebih cepat.

"NONA! KITA TELEPORTASI LEWAT KUIL!"

Pilihan tepat.

Paman memang hebat. Tidak salah Ibu menjadikannya tangan kanan. Daripada pengawal pribadi, sebenarnya paman adalah sekertaris Ibu yang paling lama. Hanya saja hari ini paman pengawal diutus untukku.

Kami melaju ke kuil terdekat di daerah Tokan. Karena tuan putri bukan pergi ke kuil Tokan melainkan berdiam di kuil kerajaan penjagaannya pasti sedikit renggang. Aku agak khawatir jika seandainya itu tidak bisa dipakai.

Benar saja kekhawatiranku terjawab setelah melihat para pendeta tergeletak tak bernyawa dengan darah yang terus keluar dari tubuh mereka. Mengganti warna jubah mereka yang putih. Begitu kontras dan mengerikan.

Tidak ada para barbarian sehingga paman berasumsi baik-baik saja untuk masuk ke sana. Kami masuk. Dengan akses yang tersendat karena tidak ada satu pendeta pun yang selamat. Darah mereka akan kering menjelang subuh.

"Nona! Mau tidak mau kita harus pergi ke istana untuk memakai portal ke wilayah perbatasan."

Mau tidak mau.

Tidak ada banyak pilihan yang lebih cepat dari itu sehingga kami tidak ragu untuk berkamuflase dari antara para barbarian. Tidak ada yang mencurigai kami. Seakan-akan aku begitu beruntung malam itu keluar hidup hidup.

Atau mungkin saja memang putri mahkota yang diincar?

Karena saat kami sampai ke kuil, kuil itu kosong dan tak berisikan satu pendeta pun yang hidup. Semuanya tak bernyawa. Altar persembahan bersimbah darah, tapi portal besar terlihat seperti digunakan oleh tuan putri yang berusaha menyelamatkan diri?

Aku tidak begitu yakin tentang itu. Tapi aku yakin itu melarikan diri dengan portal. Kami masuk  di portal yang terbuka itu. Portal yang belum dibuka walaupun tahu mantranya tetap saja tidak bisa dipakai.

Aku menggumamkan mantra yang ibuku ajarkan. Satu satunya mantra yang Ibu turunkan padaku, hal yang bersifat magis. Dan hanya sebentar kami sampai ke perbatasan.

Kuil di perbatasan hanya ada di dalam rumah Marquess. Jadi jika mengasumsikan portal tersebut seandainya membawa seseorang ke perbatasan, itu akan masuk lebih dulu ke rumahku.

Sampai di sana Marchioness Wening berdiri di portal dengan mata nyalang, seakan menunggu mangsa lain keluar dari sana.

"NIA!" Ibu berteriak begitu kencang saat tubuhku ambruk di depannya. Kakiku benar benar tidak bisa menahan guncangan.

"Kamu tidak apa kan? Ibu bersyukur kamu lewat portal ini! Ibu menunggu seandainya ada yang lewat ke sini tapi sepertinya tidak ada penghianat yang melarikan diri."

Aku memeluk Ibu dengan kuat. Gemetaran. "Ibu...."

"Pilihan yang salah membuatmu datang ke acara tersebut! Aku baru sadar bahwa ada jumlah masuk yang aneh tadi. Dan yang bisa Ibumu ini bunuh hanya beberapa semut yang berusaha melumpuhkan perbatasan. Kamu benar tidak apa kan? Kita jadikan tempat ini camp untuk orang yang selamat. Tenangkan dirimu. Lalu ceritakan bagaimana tadi."

Ibu cerewet.

Tapi baru kali ini Ibu benar cerewet sehingga aku malah menangis bukannya menceritakan apa yang terjadi.

"Nyonya Wening, saya punya dugaan bahwa Putri Mahkota diculik oleh Barbarian dan melarikan diri lewat portal. Saya pikir putri akan sampai ke sini."

Ibu menggeleng dengan laporan paman. "Tidak ada tanda-tanda putri mahkota melewati portal ini..... setidaknya tidak ada selama satu jam ini. Namun, jika ini terjadi saat sebelum itu, ada kemungkinan Putri sudah diculik oleh seseorang dengan kemampuan sihir teleportasi juga tepat setelah dia sampai."

Rumit dan membingungkan. Aku mendengarkan obrolan mereka, tapi kepalaku sakit karena tangisanku yang kilat tadi.

Tapi... aku benar-benar berharap putri baik-baik saja. Calon Ratu negeri ini harus hidup.

























Author Note

Impulsif secara totalis. Siapa lagi kalau bukan diriku yang malang ini. Dengan ini perkenalan dari Ghania Wening sudah selesai ya. Tokoh utama lain sudah muncul.

Bersiap untuk berkenalan dengan mereka ya...?

Our beautiful gardenKde žijí příběhy. Začni objevovat