(I) Debutante Ghania Wening

12 1 0
                                    

Ini akan jadi pesta biasa. Begitu kata sang Ibu dengan wajah datarnya, sebelum sibuk mengurus dokumen orang-orang yang melewati perbatasan.

DEBUTANTE?!

Hanya pesta minum teh dengan anak baroness, kakak kelasnya saja yang pernah dia ikuti berkali-kali. Apa pula itu pesta biasa? Mengapa tiba tiba menjadi pesta debutantenya saja?

Ini juga merupakan pesta ulang tahun kerajaan yang diadakan oleh keluarga Duke dari Tokan pendiri dari Garajana. Seorang Duchess paling muda generasi sekarang, yang rumornya mengincar garis putri mahkota. Sang dewi lingkaran atas, Duchess Tokan itu sendiri, Rinjani Adinata.

Mendengar nama depannya, orang-orang sudah keburu merinding. Auranya yang kuat dengan pembawaan karismatik, tegas, dan penuh dengan kelicikan.

Ghania langsung bisa membaca itu semua sekali melihat wajah wanita muda itu. Rambutnya bermodel pendek hampir seperti potongan laki-laki dan diberikan gel untuk menaikannya dengan tinggi. Hitam legam khas keluarga Adinata dengan mata sebiru darah mereka.

"Nona... Wening, benar?" Suara itu renyah, berat untuk ukuran perempuan. Sehingga Ghania harus mendongak, menahan dirinya agar tidak gemetaran.

Dia tersenyum dengan kaku, membuat wanita di depannya mengernyit  dengan senyum hampir sinis. "Benar ya? Apa Nyonya Wening tidak bisa datang?"

Padahal ini debutantenya. Kali pertama dia menginjakan kakinya ke dalam pesta di lingkaran kelas atas. Bisa-bisanya dia langsung dihadapkan oleh seorang dewi seperti Rinjani? Bikin gemetaran saja.

Suara dengusan terdengar, "hah. Sibuk sekali sepertinya. Namun, selamat atas debutantemu."

Ghania buru-buru membungkuk. Dia tidak tahu relasi macam apa yang ada di antara sang Ibu dengan wanita menyeramkan di depannya, yang pasti dia ketakutan sekali.

Dia hanya membawa pengawal pribadi sang Ibu sebagai pengiring dansa pertamanya. Kemudian dia berjanji langsung akan segera pulang setelah berdansa satu kali.

"Selamat malam, Duchess. Saya harap anda mengalami malam yang menyenangkan," sapa Ghania masih membungkuk, merapalkan salam itu berulang kali di dalam hatinya. Sehingga saat keluar terdengar seperti kereta cepat.

Wanita itu mengernyit dalam, "... apa?"

Ghania mendongak untuk melihat ekspresi wanita itu yang terlihat tidak terlalu baik. SERAM!

"M-maaf! Maksud saya, semoga hari anda... menyenangkan. Malam ini!" Ucapan Ghania jadi tercampur-campur dan terkesan kaku sekali. Haduh. Bagaimana ini? Semua orang pasti memperhatikan! Pasti dia ditertawakan di pesta pertamanya.

Wanita menyeramkan itu mendengus, "kaku sekali. Seharusnya ibu itu meluangkan waktunya yang sangat berharga itu untuk datang menemani anaknya. Setidaknya supaya kejadian seperti ini tidak terjadi."

Ghania membungkuk dalam, "maafkan saya."

Kemudian wanita menyeramkan itu hilang melalui lautan para bangsawan. Pengawal pribadi sang Ibu berada di samping Ghania dengan wajah lemas seakan melihat malaikat maut.

"Apa nona tidak apa?" Dia bertanya dengan nada khawatir.

Ghania menggeleng, "aku baik-baik saja. Mari pulang."

Dansa untuk debutante sudah selesai. Sudah sewajarnya dia pulang setelah bertemu tuan pesta.... sepertinya? Dia juga tidak yakin sebenarnya.

Keduanya menuju taman yang langsung terhubung dengan hall acara, sehingga dia bisa melihat dengan jelas taman paling cantik seisi kerajaan itu.

"Cantik ya," puji Ghania. Pengawal itu setuju, mengamati selangkah demi selangkah mereka.

Ramai sekali. Alunan musik dari hall masih bisa didengar sampai keluar. Suara kaki-kaki sepanjang taman, gertakan yang keras, dan juga suara perbincangan yang makin lama keras. Kemudian hening lagi.

Ghania melirik ke arah pengawalnya yang juga meliriknya, "kamu dengar itu?" Perasaannya jadi sangat tidak enak.Pria itu mengangguk. Suara seperti itu berulang kemudian kini digantikan dengan suara kaki kuda yang bergerak cepat seakan berlari dari arah luar dan dalam, mulai mengepung kediaman Duchess.

"Nona, mari melangkah cepat. Saya merasa tidak enak. Atau jika berat karena gaun anda, haruskah saya menggendong anda?" Ghania menelan ludahnya sendiri dengan suara suara disekitar yang makin lama makin dekat, juga suara alunan musik yang sepertinya tidak menyadari itu sama sekali.

Akan ada serangan.

Kali ini Ghania yakin karena kakinya yang sulit bergerak bisa digerakan lebih cepat, walaupun dia harus melepaskan sepatunya dan ditemani oleh pengawal dari belakang. Semua kereta kereta kuda ada di luar.

Kuda tadi memang bisa dari kuda yang terlepas, tapi suara jeritan nyilu seakan terjadi penyiksaan bahkan dapat terdengar dari jauh. Itu lebih dari dua puluh kuda, atau pasukan yang isinya lima puluh orang paling banyak untuk melumpuhkan area depan.

"Nona! Mari lebih cepat lagi!" Pacu sang pengawal seakan mendorong Ghania untuk berlari lebih kuat sampai kakinya tergelincir sesuatu.

Matanya membulat menatap horor tubuh - tubuh yang bergeletakan di bawah kakinya. Bau anyir yang baru dia sadari setelah terinjak. Kakinya yang sekarang terkena percikan darah bersama gaunnya.

Mayat-mayat mengotori lingkungan taman panjang yang dikatakan sebagai yang paling cantik seluruh kerajaan. Sang pengawal dengan cepat mengangkat Ghania ke punggungnya walaupun dengan beratnya gaun, dan juga pedang di samping pinggangnya.

Wilayah Tokan terserang.

IBUKOTA DISERANG!

Kira-kira siapa yang membawa pasukan ini? Apa orang di wilayah ini sendiri atau malah orang dari luar? Ghania tidak tahu. Tapi dia ketakutan dan gemetaran di balik punggung sang pengawal.

"Nona jangan khawatir, ya! Kita akan naik kuda sampai ke wilayah kita dan menginformasikan ini ke Nyonya Wening langsung, ibu anda. Atau beliau mungkin sudah tahu dan sangat khawatir terhadap anda sekarang."

Benarkah?

Ghania tidak tahu harus merasakan hal lain selain ketakutan. Dia mengeratkan pegangannya pada leher sang pengawal, menenggelamkan wajahnya pada ceruk lehernya.

"Ayah...."



















MEMPERKENALKAN KEPADA KALIAN

TOKOH UTAMA PERTAMA KITA
NONA WENING
alias
Ghania Wening

Anak perempuan satu-satunya dari Marchioness Wening (anjing penjaga perbatasan kesayangan ratu) yang baru saja melakukan debutantenya di kediaman Duchess Tokan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Anak perempuan satu-satunya dari Marchioness Wening (anjing penjaga perbatasan kesayangan ratu) yang baru saja melakukan debutantenya di kediaman Duchess Tokan.

(Gambar hanya ilustrasi.)

Our beautiful gardenWhere stories live. Discover now