2.a. Pemeran Utama

101 14 4
                                    

RAMEIN DULU BOLEH KALI YAAHHH

AKUU MAU CEKK SOUNDDD TIM #SAGARLA MANAA SUARANYAAAHH

#GERHANLAA DIMANA NIHH SUARANYOOO??

HIHIHI MAMACII BUATT RESPONNYAA ENJOYY BACANYAA YAAHH HEHEHEH:3

–––

"Sudah tiga tahun lamanya tapi tokoh utamanya masih sama, masih kamu orangnya."

–––

Ila terperanjat dari kasurnya kala ia mendengar dering telepon yang sudah berbunyi sejak tadi. Matanya terbelalak. Jantungnya berdegup cepat tak karuan. Sial! Bisa-bisanya ia kesiangan disaat Sagara akan datang untuk menjemputnya.

Alih-alih mengangkat telepon itu, Ila justru lebih memilih untuk bersiap-siap agar lelaki itu tidak perlu menghabiskan waktunya lebih banyak lagi untuk menunggu.

"Tidur jam berapa semalem, hm?" Sagara menyapanya–kala ia baru saja masuk ke dalam kendaraannya–dengan sebuah pertanyaan yang terdengar cukup mencekam.

Dari ekspresi Ila yang ia tangkap dari ekor matanya Sagara sudah bisa mendengar jawabannya. Perempuan itu pasti begadang semalam, dugaannya benar.

"Kan udah gue bilang jangan begadang," gerutunya.

Ila meringis pelan. Ia tahu Sagara akan habis-habisan mengomelinya. Oleh sebab itu selama bersiap-siap untuk penampilannya, Ila juga mempersiapkan mental dan telinganya untuk mendengar semua wejangan yang akan ia ucapkan untuknya.

"Sumpah kak gue tidur cepet kok semalem jam 10 juga udah tidur," jawab Ila sedikit melakukan pembelaan diri sembari mengacungkan dua jarinya membentuk lambang peace.

Sagara mengangguk-anggukkan kepalanya. Cowok itu berusaha untuk mempercayai ucapan Ila meskipun sejujurnya ia masih ragu sepenuh hati. "Kok bisa kesiangan?"

Ila mengedikkan bahunya, "Gue juga ga ngerti, kayanya kecapean jadi bablas."

Sagara mendekat. Detik itu juga jantung Ila berdegup dengan cepat. Kedua matanya langsung terpejam sebagai reaksi spontannya.

Sagara terdiam tak melanjutkan aksinya. Senyuman tipis itu secara tidak sadar terpancarkan saat melihat reaksi gadis itu. "Gue cium beneran juga nih," batinnya.

Sagara kemudian menjauh dengan menarik safety belt hingga melingkari tubuh mungil perempuan di sebelahnya. Bersamaan dengan sirnanya lengkung bibir yang tadinya tertarik sedikit ke atas. Dari awal hanya raut wajah datarnya saja yang Ila lihat, pria itu bertingkah seolah ia tidak melihat reaksi Ila barusan.

Ila perlahan membuka matanya. Jujur saja ia malu setengah mati. Reaksinya barusan pasti membuat Sagara berpikiran kalau Ila mengira akan menciumnya. Ila tidak mau dipandang terlalu percaya diri seperti itu.

"Lo sambil sarapan aja, di belakang ada roti coklat tuh," tukas Sagara memecah keheningan. Pria itu mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi agar Ila tidak terlambat.

"Kak gue alergi–"

Sagara langsung memotongnya, "Alergi kacang? Itu selainya bukan nuttela ko, gue pake ovomaltine."

Tanpa Ila sadari, kedua sudut bibir pada wajahnya sedikit terangkat. "Makasih ya kak."

"Makan dulu gih cepet, gue bakal agak kebut nih biar lo gak telat," Titah Sagara dengan tatapannya yang masih lurus memandang jalan raya yang sedikit padat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ganjil Genap 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang