1. Aba-aba

761 58 9
                                    

HAAIII WELCOME BAACK TOOO GG 2 YUHUWW

GIMANA NIH PERASAANNYA SETELAH BERBULAN2 TIDA KETEMUU GERHANA DKK HAHAHA

RAMEIN DULU DONGSS PART PERTAMANYAA

btw kalian mau sadend aatau happyend nih??

HIHI MAKASI DAH RESPON ENJOYY YAAKK💗

–––

"Andaikan kepergiaan seseorang selalu didahului aba-aba, setidaknya mungkin luka ini tidak harus tumbuh sampai sebesar itu."

–––

Rangkaian acara masa orientasi di hari pertama akhirnya berakhir. Baru saja para mahasiswa baru resmi dibubarkan, Ila sudah langsung angkat kaki dari sana.

Sejak tadi pagi ia merasa tidak nyaman di lingkungan barunya. Entah apa yang menjadi alasannya, mungkin ia hanya tidak pandai saja jika harus berhadapan dengan lingkungan baru.

Gadis itu berjalan cepat menuju arah halte kampusnya yang  sudah disepakati menjadi titik penjemputan antara dirinya dengan Sagara Adhitama.

Ya, kalian tidak salah baca. Pria itu, pria yang sempat kalian harapkan akan bersanding dengan Ila yang selama dua tahun terakhir ini mengantar jemputnya.

Tak sampai lima menit Ila berdiri di depan sana, mobil jeep hitam yang sejak tadi Ila tunggu-tunggu kedatangannya kini sudah melipir berada tepat di hadapannya.

Ila menghela napasnya kala ia sudah duduk manis menempati kursi sebelah sang pengemudi di dalam mobil itu. Ada sedikit perasaan lega dalam dirinya. Akhirnya hari yang sangat ingin ia hindari berakhir juga.

Alih-alih menjalankan mobilnya, pria itu justru mengganti tuas transmisinya pada mode parkir. Tanpa permisi, ia hendak mengambil ransel Ila yang masih menggantung di kedua bahunya.

Ila langsung menolak. Gadis itu langsung menghindar agar Sagara tidak bisa meraihnya. "Jalan aja dulu kak," pinta Ila dengan suasana hatinya yang sudah sangat kacau karena masa orientasi itu.

Sagara menggeleng tidak setuju, "Sini tasnya."

"Kak–"

Belum sempat Ila menyelesaikan kalimatnya, pria itu sudah lebih dulu memotong. Sagara sama sekali tidak mempersilahkan gadis itu untuk membantahnya. "Sini dulu, biar lo enak duduknya."

Ila mengalah. Gadis itu segera melepas ranselnya dari kedua pundaknya lalu menyerahkannya begitu saja. Sagara langsung meraihnya dan menyimpan tas yang cukup besar itu di jok belakang. Setelah dirasa semuanya sudah aman, barulah ia mulai melajukan kendaraannya.

"Tuh diminum dulu matcha-nya," tukas Sagara di tengah-tengah perjalanan.

"Eh gak usah padahal, ngerepotin–"

Sagara kembali memotongnya, "Gak repot kok barusan gue ga sengaja lewat coffee shop favorit lo."

Kedua sudut bibir Ila otomatis terangkat. Alasan yang baru saja cowok itu sampaikan sama sekali tidak terdengar masuk akal di telinganya. "Gak sengaja lewatnya tiap hari banget ya perasaan?"

Sagara hanya bisa tertawa pelan sebagai responnya terhadap pertanyaan itu saking malunya. Sepertinya modusnya kali ini terlihat sedikit terang-terangan.

Selang beberapa menit dari suasana canggung itu, Sagara mencoba untuk mencairkannya kembali. "Gimana barusan ospeknya?"

"Sebel banget kak masa tugas yang udah gue kerjain sampe jam tiga subuh itu disalahin semua, padahal gue ngerjainnya udah sesuai ketentuan tau," cerocos Ila dengan emosinya yang menggebu-gebu.

Ganjil Genap 2Where stories live. Discover now