05

138 22 5
                                    

🍃🍃🍃

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍃🍃🍃

Beberapa jam sebelum bangun

Faridz sedang mondar-mandir kesal di kamarnya, ia menghentakkan kakinya berkali-kali, merasa frustasi dan juga lelah karena sedari tadi ia mencoba untuk bangun tapi selalu gagal dan malah dirinya merasa tersiksa. Faridz juga kesal pada keluarganya, kenapa sudah seminggu mereka tak ada yang mengunjunginya? Apa mereka lelah? Padahal dia yang lebih lelah menghadapi ini semua. Tak ada teman mengobrol, tak ada yang bisa melihatnya, tak ada yang bisa menatap mata bulatnya.

Sebenarnya, ia bisa saja berpindah tempat secepat kilat dan menyusuri tiap bangunan atau pegunungan sekalipun. Tapi, ia tak ada tujuan, ingatannya hanya seputar Farel dan kedua orang tuanya. Selain itu, tak ada lagi.

"YAAAKKKKK! GUE MAU BANGUUUUUNNNNN! TOLONG IZININ GUE BANGUUUNNNNNN," teriaknya sekencang mungkin. Urat-urat leher dan juga tangannya sampai terlihat.

"BELLAAAA! GAK TANGGUNG JAWAB LU JADI ORANG! INI GUE DIGANTUNGIN MASA? LO DIMANA IH? MUNCUL GA!"

"Anak itu udah meninggal, Nak." Seseorang tiba-tiba muncul di sebelah Faridz.

"Astaghfirullah, Kek, Kek, saya jantungan! Ini kenapa orang orang suka banget ngagetin? Apalagi kalo kaya jadi anak india, tiap hari jantung saya pasti kayak kesetrum," cerocos Faridz.

"Anak indigo, bukan India," kata si Kakek. Faridz hanya nyengir polos. "Hehehe, itu maksud saya, anak indihome."

Kakek itu hanya menghembuskan napasnya lelah. Karepmu Riz, Riz.

"Eh ngomong-ngomong Kakek udah pindah alam ya? Tinggal diperempatan mana nih? Saya mau dong mampir ke tempat tinggal Kakek, numpang ngopi," celetuk Faridz.

"Hadeh, baru kali ini ngadepin arwah yang banyak maunya. Aneh lagi," gumam kakek itu pelan.

"Sudah siap untuk bangun?" tanya pria tua itu. Faridz melongo dan langsung menghadapkan tubuhnya sedekat mungkin. "Siap, Kek! Siap lahir bathin dunia akhirat. Gak sabar malah, diri ini udah pengen ngereog mukulin kepala Farel," jawabnya lantang.

"Apa kamu tidak ingat? Hal itu tak akan terjadi. Setelah kamu bangun, ingatanmu akan hilang. Semua memori akan lenyap. Tubuhmu juga perlu banyak waktu agar bisa kembali normal."

"Jadi saya bakalan kayak orang amnesia ya? Wah keren atuh! Jadi saya nggak pernah tau kalo saya adalah anak yang dibenci sama ibunya." Sang kakek menoleh, ia tersentak ketika mendengar itu.

"Yasudah, jika kamu setuju, kamu bisa menjabat tangan kakek."

"Gak bisa ditawar Kek? Saya mau hidup 10 tahun lagi atuh, masa cuman setahun doang? Nanti gimana?"

"Tapi yaudah deh, gapapa, setidaknya saya bisa hidup lagi," sambungnya lagi.

Faridz langsung menjabat tangan kakek itu, ia langsung merasa sakit di seluruh tubuhnya, telapak tangannya memanas, kepalanya berdenyut hebat, Faridz meringis kesakitan dan meminta untuk dilepaskan genggamannya.

Faridz & Farel [ Chansoo ] ✅Where stories live. Discover now