BAB XV : Epilog

2K 81 35
                                    

Alam Semesta Valhalla

 

            "Sudah selesai, Helena. Perjanjian telah dipenuhi. Mahija Nandi sudah tewas," ujar Kaspar dengan nada yang amat berat.

            "Syukurlah ... kalau begitu," jawab Helena sambil menahan diri agar air matanya tidak tumpah, "Biarkan aku sendirian, Kaspar."

            Kaspar memalingkan mukanya ke arah jendela kamar dengan tatapan kosong dan menerawang, "Oke, kalau kau butuh apa-apa ... kami ada di bawah."

            Helena mengenggam erat-erat foto dirinya bersama Nandi di Prambanan beberapa waktu yang lalu. Air matanya mulai meleleh membasahi pipinya. "Tamam Shud ... Mahija Nandi. Terima kasih ... atas segalanya."

 

Alam Semesta Versigi

Semarang , Republik Indonesia Serikat, 17 Desember 2012.

 

            Calya tengah menikmati mengiris-ngiris jari jemari seorang pria paruh baya dengan pisaunya. "Jadi ... Tuan Guntur ... apa jawaban anda?"

            "Ti ... tidak akan! Aku tidak akan pernah memberitahukan siapa saja nama saksi-saksi dalam perkara ini! Bunuh aku, maka kau juga tidak akan mendapatkan apa-apa," jawab pria itu terengah-engah menahan perih dan nyeri. Jari kelingking dan jari tengah tangan kirinya sudah dipotong oleh Calya. Karena Calya tidak memotong jari-jari itu langsung di pangkalnya melainkan ruas-per-ruas maka bisa dibayangkan betapa hebatnya rasa sakit yang dialami orang ini.

            "Ow begitu?" ujar Calya tersenyum licik, "bagaimana kalau aku juga melakukan hal yang sama pada putramu?"

            "Apa?" pria bernama Guntur itu terkejut bukan kepalang.

            "Oh? Anda tidak tahu? Kupikir aku sudah memberitahu anda. Hei kalian! Bawa mereka semua masuk!" seru Calya.

            Maka masuklah sekumpulan orang berjas rapi ke dalam rumah tua itu. Dua orang di antara mereka menggiring masuk seorang wanita paruh baya dan seorang remaja pria usia 18 tahunan. Tak berapa lama masuklah pula dua orang pria bermantel abu-abu serta bertopi fedora ke dalam ruangan itu.  Guntur mengenali mereka berdua. Mereka adalah Agni dan Bayu, komplotan yang dahulu membunuh dokter Adhibratha Mursito. Kasus yang ia tangani bertahun-tahun yang lalu dan akhirnya di-peti-es-kan.

            "Kalian!!" raung Guntur mencoba menyerang kedua pria itu tapi kakinya terikat borgol pada sebuah meja besi yang juga menjadi tempat Calya meletakkan irisan jari-jemarinya.

            "Oh, Pak Guntur! Jangan terbawa emosi dahulu lah, kami ke sini hanya mau merundingkan sesuatu dengan Bapak?" ujar Bayu sambil membetulkan letak kacamata berantainya.

Contra Mundi - Putra BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang