Prolog

269 9 4
                                    

Hai guys


Semangat bacanya

🦋🦋

Ada dua remaja sedang duduk di kursi taman belakang rumah mewah milik keluarga Artika, yang dihiasi oleh berbagai bunga bunga indah di halaman rumahnya, dan juga kolam ikan yang tak kalah indah, tapi apa seindah itu??

Dua remaja itu sedang asik menghitung bintang di langit yang gelap, tapi begitu indah. Bintang-bintang di langit bersinar dengan sangat indah, dan bulan pun sungguh cantik pada malam itu. Sungguh, kuasa Tuhan yang maha esa.

Noviyara Artika adalah gadis dari pemilik rumah tersebut, dengan sahabatnya yaitu Alvin Rostasta sekaligus tetangganya. Mereka sedang membicarakan hal yang menurut mereka menarik, dan memang butuh di perbincangkan.

Tiba-tiba, Novi mencurahkan isi pikirannya kepada Alvin yang sedang asik menghitung bintang.

"Pengen terbang and tinggal di langit, kayaknya seru deh vin," ucap novi dengan senyuman penuh harapan.

"Kayaknya sih, tapi rada ngeri kalo ketabrak pesawat kek mana." Alvin malah membalas dengan pikirannya yang agak geser.

"Ish, pikiran lo. Jangan bikin takut deh," ucap Novi dan menatap alvin dengan bombastic side eyes.

"Sorry, hanya mengutarakan apa yang ada dipikiran aja hehe." Alvin tersenyum canggung.

Novi menyenderkan kepalanya di pundak Alvin. Sontak, itu membuat alvin terkejut, tapi akhirnya ia memantaskan pundaknya untuk menjadi tempat bersender Novi.

"Vin, kira kira ortu gw bakal memberi kasih sayang yang tulus, ga ya? kayak ke kedua saudara gw?" nada bicara Novi menjadi lesu secara tiba-tiba.

"Ga ada yang ga mungkin, itu pasti kalo ortu lo udah sadar bahwa lo juga sama berharganya, kayak kedua saudara lo," ucap Alvin.

Novi menatap Alvin dengan mata yang berkaca-kaca, jawaban itu sangat membuat Novi tersentuh. Alvin yang peka, langsung menoleh dan mengelus kepala Novi sambil berkata, "Jangan nangis, cengeng." Alvin tertawa saat melihat Novi menangis dengan hidung yang memerah.

"Ihh, jangan ketawaa, gw engga cengeng." ucap Novi sembari menghapus air matanya, seperti anak kecil yang tak sengaja menjatuhkan es krimnya.

"gw ke dalem ya, ngantuk. Tolong kunciin gerbangnya ya vin." Novi berjalan begitu saja meninggalkan Alvin menuju rumahnya.

"Iyaa." Alvin tahu ini akan terjadi, karena ini bukan satu atau dua kalinya ia di suruh mengunci gerbang rumah yang bukan rumahnya.

"Udah malem, lu harus langsung pulang, jangan nongkrong-nongkrong atau belok ke bapa-bapa yang lagi ronda di pos ronda. Udaranya udah gak bersahabat, nanti lo sakit!" teriak Novi sambil menatap Alvin yang sedang mengunci gerbang rumahnya.

Alvin hanya membalas dengan anggukan dan mengacungkan jempolnya untuk berkata 'ya'.

Novi tersenyum lalu segera bergegas masuk ke dalam rumahnya, setelah melihat Novi sudah mengunci pintu utama, dengan segera Alvin pun pergi menuju rumahnya yang ada diseberang rumah Novi. Ia sedikit berlari ketika menuju rumahnya, karena takut jika orang tua Novi tau dia mengobrol dengan Novi sampai tengah malam begini, pasti Novi akan dimarahi.

~~~

"Mas, Novi itu anak yang ga tau di untung tau gaa. Aku udah ngandung dia 9 bulan, terus aku juga ngelahirin dia, ngebesarin dia juga, tapi apa balasannya sekarang? ga ada mas, ga adaa." Ucap wanita baya yang berstatus sebagai 'Ibu' tapi tak pantas dengan sebutan itu.

"Wajarlah dia juga kan masih kelas 11 sayang, dia masih berproses menjadi dewasa. Sabar aja bisa kan?" ucap suaminya menenangkan istrinya.

"Sabar? mas, aku udah sabar selama ini tapi apa yang aku dapet? Ga ada, cuma kisah pilu keluarga kita 5 tahun yang lalu, yaitu kematian Aksan mas...hiks...hiks." Wanita paruh baya itu mulai menangis pilu.

"Jangan bahas itu Liotika! kamu benar benar sudah memancing emosi saya." Tatapan suaminya sudah seperti orang yang siap membunuh siapa saja yang ada di depannya.

"Aku ga mancing emosi kamu mas, aku hanya ingin menceritakan sakitnya hatiku, saat aku kehilangan Aksan putra pertama kita, dan satu satunya putra kita mas...hiks." Liotika malah membela diri yang membuat dirinya terancam.

Prang.. (suara gelas pecah yang di lempar)

Mata Leondra sudah benar benar di selimuti oleh amarah, "istri sialan kamu! sudah saya bilang jangan pernah membahas anak itu lagi di hadapan saya, kau tidak pernah takut akan peringatan yang sudah saya beri. Terserah akan kau apakan anak itu, saya sudah benar benar muak dengan semuanya." Leondra pergi menuju ruang kerjanya.

Liotika tersenyum tipis dan pergi ke kamar Novi, 'aku akan melampiaskan amarahku kepada anak pembawa sial itu'.

ceklek...

[suara pintu dibuka dengan perlahan]

Novi dengan segera menatap ke arah pintu, ia sangat terkejut saat tahu jika itu adalah ibunya yang datang dan membawa gagang sapu patah di tangannya, itu membuat Novi ketakutan dan berlindung di sudut kamarnya.

"Maa, aku mohon jangan, sakitt maa ga mauu." Novi memohon mohon hingga bersujud sujud saking takutnya.

"heii, apa dengan memohon seperti itu akan aku ampuni? mama mu ini tidak sebaik itu, HAHA!" Liotika menjambak rambut novi.

"Sakitt maa, ga mauu." Novi menggeleng geleng kan kepalanya saat melihat gagang sapu yang di genggam Liotika siap untuk di arahkan ke arah punggungnya.

Pltak...

Satu pukulan berhasil mendarat di punggung Novi yang sedang bersujud untuk memohon mohon agar tidak dipukul setelah liotika melepaskan jambakan di rambutnya, itu malah sangat memudahkan Liotika untuk memukulnya.

"Maa sakitt." Novi mencengkram kuat tangannya, tubuhnya gemetar hebat antara kaget dan perih di punggungnya.

"Ini tidak seberapa dengan sakit ku saat melahirkan mu." senyuman iblis terpancar di wajah Liotika.

pltak.....pltak....pltak

Novi hanya bisa menahan sakit di punggungnya dengan mencengkram kuat dan lebih kuat tangannya, tubuh rapuhnya semakin gemetar ketakutan akan pukulan itu lagi dan lagi. Padahal cabukan minggu lalu di betisnya juga belum sembuh.

"Kurasa itu saja sudah cukup, aku sedikit merasa lega. Segera tidur dan jangan mengganggu malam yang indah ini dengan tangisan mu itu."

Liotika meninggalkan Novi yang sedang menangis pelan dengan sedikit isakan karena punggungnya sangat perih dan sakit, sedangkan esok ia harus pergi sekolah.

"sakitt, ya Allah novii takut, takut akan esok hari." ucap novi dengan suara sedu sedu karena menahan tangisnya.

Akhirnya Novi tertidur dengan ketakutan yang menyelimutinya, dan bayang bayang ibunya.

~•~•~•~


Semangat bacanya.

Sorry if cerita ini gak sesuai ekspektasi kalian.

Kalo suka cerita ini vote, sama support aku juga ya.

Biar semangat, <⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠>

Kalo gak suka cerita ini gpp tapi lebih bagus kalo suka, hehe.

Itu hak kalian mau suka atau engga juga sih, gak bisa di paksa juga.

Beri tanggapan kalian dikomen.

Terima kasih.

Love you all💞

MATI RASAWhere stories live. Discover now