Dangerous Yeoja

Namanya Im Joomi

Title : Dangerous Yeoja

Lenght : Chaptered (2/?)

Author : luphyazfah

Cast : Im Joomi (OC), Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae, Lee Donghae, Shin Donghee, and others

Rated : PG-13 [aman-aman saja ;)]

HAPPY READING~ ^^

***

“Cepat ya! Jika noona tidak ingin sesuatu terjadi pada wajah tampan adikmu ini.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, langsung ku pindahkan gagang telephone ke gantungannya.

Sekali lagi aku menengok ke luar. Sosok itu masih setia duduk bersila di trotoar. Aku mendesah panjang. Dengan langkah berat ku tarik pintu dan keluar dari box merah ini.

Jika dilihat dari punggungnya, dia terlihat seperti ‘gadis normal’ lainnya. Terlihat lemah dan butuh perlindungan. Dengan dress kuning tanpa lengan dan rambut yang dibiarkan terurai, membuatku hampir lupa akan figure Im Joomi ketika di toilet mapupun kantin sekolah.

Sampai dia menghajarku sepuluh menit yang lalu.

Ragu-ragu kudekati ia. Aku mengikutinya duduk di trotoar.

Aku hampir jantungan ketika gadis itu menoleh ke arahku sekilas.

“Tsk… apa aku semengerikan itu?”

Dia bicara padaku? Lalu aku harus jawab apa? Kalau aku jujur apakah dia marah? Kalau dia marah apakah aku akan dibunuhnya? No…!! Aku masih ingin hidup!!

“T-tentu saja tidak! Hahaha…. Yang benar saja! Kau kan hanya seorang gadis! Mana mungkin laki-laki jantan seperti aku takut padamu! Hahaha.”

“Tidak takut tapi kenapa kau duduk 10 meter dariku?”

Heh?? Masa 10 meter? Perasaan cuma 9,5 meter?

“Mendekatlah. Aku ingin bicara.”

“Tapi kau memang sedang bicara.”

Dia mendelik, membuatku menelan ludah merinding. Akhirnya aku hanya menurutinya dengan menggeser pantatku mendekati tempatnya.

“Cukup mendekatnya.”

Aku berhenti. Sekarang jarak kami hanya menyisakan satu meter. Seketika itu juga hawa dingin malam menusuk tulang-tulangku. Hawa dingin malam atau hawa membunuh gadis ini?

“Kau ada uang?”

“Ada. Tadinya. Tapi… sudah buat… menelpon,” jawabku segan. Bagaimana ini?? Dia pasti tidak senang atas jawabanku. Tapi bagaimana lagi?? Aku memang tidak punya uang se-won pun sekarang!

Tapi tidak ada reaksi apa pun darinya. Hanya keheningan panjang di antara kami berdua.

“Kalau sepatu ada?”

Aku melihat ke bawah. Dua sepatu hitam merek XYZ favorite-ku membungkus kakiku sempurna. “W-wae?”

“Boleh…, aku pinjam?” nadanya tidak lagi keras ataupun menakutkan. Malah terdengar lirih seperti… memohon?

Aku melihatnya menundukkan kepala ke arah kaki-kakinya yang telanjang. Sungguh aku baru sadar….

Entahlah apa yang membuatku terdorong untuk melakukannya. Tanpa menunggu lagi, langsung saja kulepaskan kedua sepatuku kemudian menaruhnya di samping kakinya. Dia memandangi sepatu itu beberapa saat, kemudian menatapku. Tatapan yang entah bagaimana membuat jantungku berpacu di atas normal. Bukan… bukan karena takut. Ini sesuatu yang lain.