prolog

524 65 7
                                    

Kaki laki-laki berusia 28 tahun itu tanpa sopan santun berada di atas meja bergetar tak menentu menandakan sipemiliknya tengah merasakan gelisah tentang sesuatu, tubuhnya bersandar di kursi, jari-jarinya menyentuh kepala menandakan jika dia juga t...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kaki laki-laki berusia 28 tahun itu tanpa sopan santun berada di atas meja bergetar tak menentu menandakan sipemiliknya tengah merasakan gelisah tentang sesuatu, tubuhnya bersandar di kursi, jari-jarinya menyentuh kepala menandakan jika dia juga tengah merasa pusing.

Kiano, menghela nafasnya kasar. Hidupnya selama 27 tahun terasa baik-baik saja mulus seperti jalan tol tanpa ada kemacetan, namun mengapa di usianya yang ke 28 merasa jadi seberantakkan ini, terlalu berat seperti beban selama hidupnya oleh Tuhan baru diberikan sekarang, jika memang seperti itu dia merasa lebih baik di cicil saja.

"Shit!" Umpatan keras terdengar menggelegar, untung saja ruangan ini dibuat kedap suara jadi sebising apapun bisa dijamin tak akan terdengar keluar.

Otak Kiano dibuat bekerja terus sejak tadi, namun bukan tentang pekerjaan melainkan suatu hal yang menyangkut masa depan dan penyelamatan akan rasa malu keluarga dan juga diri sendiri. Sudah seminggu laki-laki bernama lengkap Kiano Delvin Arion ini berpikir namun jalan keluarnya tak pernah dia dapatkan.

Kiano saat ini merasa seperti terkunci disebuah ruangan gelap yang pintunya sulit di jangkau, dan untuk melewati semua itu ada halang rintang yang harus dia hadapi. Serumit itu.

"Gue gak mau sampai gagal nikah!" Kiano mengacak rambutnya.

Sejak seminggu yang lalu Kiano tengah memikirkan cara bagaimana mencari pengganti mempelai wanita untuk pernikahannya bulan depan. Gila bukan? Sebenarnya dia juga tak sebodoh itu mempersiapkan pernikahan tanpa calon yang jelas jikalau saja Syakila tak tiba-tiba menghilang.

Undangan sudah di buat, Mas kawin sudah di beli, gedung sudah di booking, catering sudah di pesan, gaun sudah di buat, intinya semua sudah direncanakan sebaik mungkin, dan Kiano tak mau membuat orang tuanya murka karena pernikahan batal mendadak, dia juga tidak mau merugi karena sudah mengeluarkan ratusan juta, jadi lebih baik dia mencari perempuan yang mau diajak menikah mendadak.

Gila bukan? Tentu saja, tapi bagi Kiano akan lebih gila dan memalukan jika dia gagal menikah, karena kabar pernikahannya sudah terdenger di telinga keluarga, serta kolega-kolega binis sang Ayah tentu juga dia.

Kiano pun tak diam, sampai detik ini dia masih mencari keberadaan Syakila, dia juga sudah meminta penjelasan dari orang tua calon istrinya itu namun tak ada jawaban selain tangisan permintaan maaf. Kiano akan menunggu, namun dia merasa butuh batu loncatan atau pilihan kedua jika Syakila tak kembali.

"Permisi Pak, hari ini mau makan siang apa?" Tanya Rere sekretaris Kiano.

Bukannya menjawab Kinao malah diam sambil menatap Rere dari ujung kepala sampai ujung kaki, membuat sekretarisnya bingung juga tak nyaman namun tak bisa berbuat apa-apa.

"Re kamu udah punya pacar?" Kiano merunkan kakinya dari meja, dia memajukan kursi dan menyangga dagunya dengan tangan.

"Belum, kenapa ya Pak?" Rere menatap Kiano kebingungan.

Tak menjawab Kiano menatap Rere semakin lekat, membuat sekretarisnya itu terlihat jelas bahwa dia tak nyaman dengan tatapannya. Sebenarnya Kiano tengah memikirkan sesuatu, apakah menjadi hal gila jika dia meminta Rere sebagai pilihan kedua jika Syakila tak kembali?

***

Second ChoiceWhere stories live. Discover now