01 - Wedding Anniversary

78.6K 2.9K 20
                                    

Instagram: @lovely_kakra

Liliana tidak berhenti menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas kala tamu-tamu undangan berdatangan seraya memberikan ucapan selamat.

Malam ini adalah malam perayaan ulang tahun ketiga pernikahanya bersama Felix yang diselenggarakan secara meriah. Lebih dari lima ribu undangan Liliana sebarkan, mulai dari keluarga, teman-teman sekolah Felix dan teman-teman sekolahnya, teman-teman kuliah, rekan kerja pria itu dan rekan kerjanya, seluruh pegawai di kantor, serta tidak lupa relasi-relasi bisnis keluarganya juga keluarga pria itu.

Bukan tanpa alasan Liliana membuat acara semeriah ini. Selain karena hari istimewa, Liliana juga ingin mengumumkan sebuah kabar bahagia di mana kabar ini harus diketahui oleh semua orang, dengan harapan orang lain juga dapat merasakan kebahagiaan yang saat ini sedang dirinya rasakan, yaitu kabar tentang kehamilannya.

Tidak ada satu orang pun di tempat yang dipenuhi ingar-bingar ini mengetahui tentang kehamilannya kecuali dirinya sendiri, bahkan suaminya tidak mengetahui sama sekali. Liliana juga baru tahu dua minggu yang lalu, dan selama itu pula dirinya harus menahan hasrat untuk tidak memberitahukan kabar bahagia ini kepada siapa pun.

Rencananya Liliana ingin memberitahukan kehamilannya malam ini, bersamaan dengan perayaan ulang tahun pernikahan. Liliana ingin memberikan kejutan kepada semua orang terutama kepada suaminya, ia berharap kabar kehamilannya ini menjadi hadiah paling mengesankan untuk Felix.

"Terima kasih," ucap Liliana setelah mendapat ucapan selamat dari salah satu tamu undangan.

Senyum Liliana tidak selebar saat pertama kali acara dibuka. Kedua sudut bibirnya lebih menyerupai garis lurus yang dipaksa melengkung ke atas dengan jantung yang berdegub resah, indra penglihatannya tidak berhenti menoleh ke arah pintu masuk.

Ketakutan mulai menyerang sebab lima belas menit lagi acara akan dimulai, tetapi suaminya tak kunjung datang. Fakta bahwa hari ini pria itu sulit untuk dihubungi juga membuat kedua telapak tangan Liliana kian mendingin.

Liliana tidak tahu ke mana perginya pria itu. Felix pergi begitu saja. Padahal Liliana sudah memberitahu jauh-jauh hari supaya pria itu meluangkan waktu pada tanggal ulang tahun pernikahan mereka, tetapi Felix tidak menghiraukan sama sekali.

Liliana pikir Felix akan pulang sebelum waktu makan siang.

Tubuh wanita itu bergerak gelisah, menarik perhatian tiga orang yang sedari awal berdiri mendampinginya, yaitu ayahnya dan kedua orang tua Felix.

Miranda meletakkan telapak tangan di bahu Liliana, mengusap dengan lembut berharap dapat mengurangi keresahan yang dirasakan sang menantu.

"Jangan khawatir, Felix pasti datang," ucapnya mengerti alasan mengapa Liliana terlihat gelisah.

Tindakan dan ucapan dari ibu mertuanya tidak membuat Liliana tenang sama sekali. Ia justru semakin gelisah sebab waktu terus berjalan.

"Mama, Papa, Ayah," ucap Liliana seraya menatap satu per satu sang umpunya panggilan. "Aku mau ke toilet dulu."

"Mau Mama temani?"

Liliana langsung menolak tawaran Miranda dengan gelengan. "Tolong hubungi aku kalau Felix sudah datang, dan tunda juga acaranya kalau aku belum kembali ke sini!" ucapnya seraya mulai melangkahkan kaki tanpa menunggu respons dari tiga orang yang diajaknya bicara.

Liliana berjalan secara tergesa menuju toilet, meninggalkan hiruk-pikuk pesta untuk menghubungi suaminya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Liliana sudah sampai di tempat yang cukup sepi tersebut, ia langsung menghubungi nomor Felix begitu tangannya menyentuh ponsel.

Liliana menggigit-gigit jari telunjuk seraya menatap wajahnya sendiri melalui benda di hadapannya. Sesekali matanya terpejam demi mendengar lebih jelas nada sambung dari benda yang dirinya tempelkan di indra pendengaran.

Selaput bening mulai menyelimuti kedua indra penglihatan wanita itu kala sambungan telepon yang dirinya lakukan kepada Felix tak kunjung diterima. Liliana berdecak kesal seraya menggeser ikon merah pada layar ponselnya, sambungan tersebut seketika terputus.

Liliana beralih pada aplikasi tukar pesan singkat, mengetik pada ruang pesannya bersama Felix kemudian mengirimkannya. Mertua serta ayahnya belum memberitahukan kedatangan pria itu, Liliana asumsikan Felix memang belum datang juga.

Kamu di mana sayang? Acaranya sebentar lagi dimulai

Anehnya pesan tersebut langsung dilihat oleh Felix. Benaknya langsung bertanya-tanya mengapa pria itu bisa langsung melihat pesan, tetapi tidak bisa mengangkat sambungan telepon darinya.

Felix: Aku gak bisa datang, Velia tiba-tiba saja sakit

Liliana membaca pesan tersebut dengan perasaan marah. Tidak cukup sampai di situ, suaminya kembali mengirim pesan berisi potret seorang perempuan yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit.

Angkat teleponku!

Setelah mengirimkan pesan yang langsung dilihat tersebut, Liliana buru-buru menghubungi suaminya kembali, kali ini langsung diterima.

"Jangan main-main denganku Felix, cepat datang ke pesta!"

"Aku tidak pernah bilang akan datang ke acaramu itu kan?" sahut Felix ringan.

Salah satu tangan yang tadinya bertumpu pada wastafel kini luruh di sisi tubuhnya. Mendengar kalimat yang suaminya ungkapkan membuat Liliana benar-benar lemas, membayangkan rasa malu yang akan dirasakannya kalau para tamu undangan tahu suaminya bahkan tidak hadir di acara ualng tahun pernikahannya sendiri, apalagi kalau sampai tercium suaminya tidak hadir karena menemani wanita lain.

Mau ditaruh di mana mukanya?

"Aku sudah mengundang semua orang, bagaimana tanggapan mereka kalau kamu nggak datang? Apakah Velia lebih penting daripada acara ulang tahun pernikahan kita?"

"Ya, Velia jauh lebih penting. Pesata ini bukan urusanku, lagipula apakah kamu pernah meminta pendapatku soal acara ini? Apakah aku menyuruhmu untuk mengundang banyak-banyak orang?"

"Tapi aku membuat acara ini untuk memberimu kejutan, Aku-"

"Persetan!" umpat Felix di sebrang sana memotong kalimat yang ingin Liliana sampaikan. "Aku tidak terkejut sama sekali, Liliana. Urus sendiri pesta sialanmu itu!"

"Felix please, jangan seperti ini. Kamu ada di rumah sakit mana? Biar aku jemput."

"Aku dan Velia ada di salah satu rumah sakit yang ada di Bandung. Kamu tahu kan apa artinya?"

Artinya Liliana tidak akan pernah bisa membawa Felix datang ke pesata ulang tahun pernikahan mereka. Mungkin Felix akan sampai di kota ini ketika acara bahkan sudah selesai.

Sambungan telepon terputus secara sepihak. Liliana langsung membanting benda dalam genggamannya dengan sekuat tenaga pada cermin di hadapannya hingga benda yang dapat memantulkan sesuatu tersebut hancur tak terelakan.

Liliana menatap wajahnya yang telah dirias sedemikian rupa itu melalui cermin yang sudah pecah tersebut, kemudian mengusap kasar air mata yang meleleh di kedua pipinya. Napasnya memburu karena perasaan yang bercampur aduk antara marah, sedih, dan sesak. Semuanya menjadi satu karena satu orang.

"Felix sialan!"

After GoodbyeWhere stories live. Discover now