20. Sincerity

792 73 8
                                    

Happy Reading Guys...

.

.

.

Matahari akan segera terbenam. Tinggal menunggu waktu di mana cahaya jingga yang memenuhi langit perlahan memudar di gantikan kegelapan.

Saat itulah, Alexa bergegas kembali ke pack house .Dua omega yang di tugaskan untuk melayani Alexa telah menunggu di depan kamar dengan air mandi yang telah siap digunakan. Sebenarnya Alexa sudah menolak dan bisa menyiapkan kebutuhannya sendiri namun kedua omega itu tetap menjalankan tugas yang diberikan oleh Alpha mereka. Tak ingin kerja keras kedua omega itu sia-sia pada akhirnya Alexa menggunakan air mandi yang telah di siapkan pada bathtub. Airnya hangat juga berbau harum dari sabun. Perlahan Alexa mulai mencelupkan tubuhnya ke dalam air. Rasa hangat merayap diikuti perasaan tenang dari lilin aroma terapi yang di nyalakan.

Selesai mandi Alexa melihat sebuah dress sederhana namun elegan berwarna hitam telah tersedia di atas ranjang. Beraroma mawar juga sangat lembut dan ringan saat dipakai. Alexa duduk di depan meja rias sambil menyisir rambutnya yang sama hitamnya dengan dress yang ia kenakan. Melihat pantulan dirinya di cermin membuat Alexa berpikir, apakah dirinya pantas menerima semua ini.

Dari sampah yang biasa di injak-injak menjadi putri dalam semalam. Sebuah dongeng kekanak-kanakan yang hanya pantas di dengar orang anak kecil. Masih terbesit dalam ingatannya saat pertama kali bertemu Pheron yang mengetahui identitasnya. Beruntung vampir itu bersedia menjaga rahasianya rapat-rapat. Alexa terlalu takut jika orang-orang mengetahui identitasnya. Seperti apa reaksi mereka. Apakah akan sama dengan orang-orang di Blood Moom Pack? Tanah kelahiran yang begitu membencinya. Begitu pengecutnya. Sampai kapan Alexa harus hidup dalam ketakutan. Cinta yang begitu rapuh akan sangat menyakitkan. Kasih sayang orang-orang yang ternyata palsu begitu mengetahui kenyataan dari orang yang mereka cintai.

Ayahnya terbunuh karena menjalin kasih dengan ibunya yang seorang werewolf. Sedangkan sang ibu dengan suka rela menyerahkan nyawanya di tangan segerombol rogue karena tak sanggup lagi kehilangan. Peristiwa itu terjadi begitu cepat. Kini hanya Alex satu-satunya keluarga yang Alexa miliki. Namun lagi-lagi hidupnya hanyalah suatu beban untuk Alex karena darah campuran yang mengalir dalam nadinya.

Bahkan Alexa merasa jijik pada dirinya sendiri. Hal yang sampai saat ini belum bisa ia lakukan untuk dirinya sendiri. Yaitu menerima dirinya apa adanya. Alexa belum mampu. Hal yang sepele namun pada kenyataannya begitu sulit.

Cermin memantulkan ekspresi wajahnya. Murung. Hingga akhirnya air mata tak dapat terbendung. Penyesalan yang tak pernah berhenti Alexa ratapi seumur hidupnya. Menjadi darah campur yang hina dan kotor. Alexa memunduk, membiarkan air mata mengalir deras membasahi lantai hingga Alexa tak menyadari kehadiran Leon yang berdiri di belakangnya.

"Bagaimana bisa makhluk rendah dan hina sepertiku ada di sini?" Gumamnya yang tentu dapat di dengar Leon.

Dengan lembut Leon mulai melingkarkan lengannya yang kokoh di tubuh Alexa, mendekapnya sambil menghirup aroma memabukkan yang hanya dimiliki Alexa. Awalnya Alexa cukup terkejut dengan sentuhan Leon yang tiba-tiba. Alexa juga tidak tau sejak kapan Leon ada di sana melihatnya menangis dalam diam.

"Kau tidak rendah. Tapi kau adalah makhluk terindah yang pernah ketemukan." Bisik Leon yang malah membuat air mata Alexa semakin deras.

Perlahan Leon membimbing Alexa agar duduk menghadapnya. Mata Alexa sembab dan merah khas orang yang menangis. Jari-jari tangan Leon dengan sigap menghapus jejak-jejak air mata di pipi pucat Alexa. Melihat ke dalam netra Alexa, Leon dapat menyaksikan luka dan perih di sana. Iris yang membuatnya terpana saat pertama kali bersinggungan kini tampak redup dan muram.

Half Blood MateHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin