Guardian Angel

ISABELLA

Isabella menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, hari ini melelahkan sekali, kegiatannya di kampus sangat menguras tenaga! Kuliah di fakultas hukum itu rasanya benar-benar luar biasa padahal ia baru tingkat 2

Sesekali Isabella melihat jam dinding di kamarnya yang terus mengeluarkan bunyi tik tik tik. Suara detik jam dindingnya jelas sekali terdengar, tidak ada siapa-siapa di rumah sore ini. Seperti biasa papa dan mamanya pasti belum kembali dari perusahaan, kakak perempuan satu-satunya yang ia miliki jam segini masih sibuk latihan menari dengan teman-teman kuliahnya dan para pembantunya biasanya tidur dan akan bangun satu jam sebelum papa mamanya kembali kerja. Makanan dan minuman semua sudah tersedia apabila ia ingin makan tapi jam laparnya sudah lewat dan ia sama sekali tak berniat keluar dari kamarnya.

Jam tujuh malam nanti dia sudah janjian dengan Cindy, teman kuliahnya untuk pergi ke toko buku dimana mereka harus mencari salah satu buku refrensi yang diminta dosen mereka untuk dibaca selama akhir pekan dan harus menceritakan isi bukunya kembali di kelas nanti. Masih satu jam lagi, bosan sekali pikir Isabella, ia pun meraih handphonenya dan mulai membuka aplikasi instagram. Mulai dari melihat instastory sampai menyukai semua feed, Isabella mulai bosan, ia pun akhirnya pindah ke second accountnya.

Kalau biasaya second account gadis seusianya diisi dengan mengikuti hanya teman-teman dekat dan memposting kehidupan yang lebih private dibanding first account, second account Isabella beda sendiri. Saking private nya ia tak memposting foto apapun dan lebih memilih mengikuti akun-akun yang tak ia ikuti di akun pertamanya. Tidak akan ada yang menyangka. Isabella si anak paling populer di kampus karena pintar, cantik dan punya segudang prestasi ini sedang mendalami imannya sendiri

Yah, namanya juga anak yang orang tuanya selalu sibuk dan jarang ada di rumah akhir pekan, Isabella kurang mendapat bimbingan dalam hal Iman. Berbeda dengan bidang lainnya dimana kedua anaknya harus aktif dan berprestasi, kedua orang tua Isabella tidak memaksa anak-anaknya untuk harus selalu pergi ke gereja setiap minggu dan selalu rajin berdoa. Menurut kedua orang tua Isabella, iman yang sudah dari lahir mereka miliki akan berkembang dengan sendirinya seiring pertumbuhan usia anak-anak mereka.

Tak mau iman Katoliknya terkikis, diam-diam di second accountnya Isabella mengikuti berbagai akun rohani Katolik yang membantunya mendalami imannya tanpa harus menyusahkan orang lain. Ia sering menyesal karena jarang ke gereja tapi karena kesibukannya ia pun seringkali mengulangi penyesalannya itu.

Hingga entah mungkin Roh Kudus yang menuntunnya, tiba-tiba saja di feed instagram second accountnya muncul pengumuman registrasi anggota MAGIS Jakarta. Isabella tadinya hendak mengacuhkannya tapi ada sesuatu yang menariknya saat itu sehingga memaksanya untuk membaca caption postingan itu. Awalnya hanya membaca lama kelamaan Isabella tertarik, ia pun mencari tahu lebih lagi mengenai kegiatan MAGIS ini sampai tanpa terasa sudah satu jam ia menyelami dunia internet demi mencari tahu lebih lanjut mengenai MAGIS ini.

"Ahh udah jam 6...!", jerit Isabella ketika ia mendapat notifikasi whatsapp dari Cindy. Cindy sudah menunggu di toko buku tempat mereka janjian ketemu.

Isabella buru-buru ganti baju, tidak ada waktu untuk mandi lagi, tak apalah cukup menyemprot parfum sudah wangi.
....

"Oh my oh my... Sorry beibihh...", ucap Isabella setelah ia berjumpa dengan Cindy. Cindy menunggunya di coffee shop yang juga ada di toko buku itu.

Cindy memonyongkan bibirnya, "Ampe abis kopi gue...", balasnya. Tak biasanya Isabella telat sampai setengah jam.

Isabella tertawa melihat Cindy yang ngambek. "Gue gak ngeh udah jam 7 gara-gara main hape sayang.... Yuk....".

"Lu gak mau ngopi dulu...?".

"Noo...", jawab Isabella, ia menarik tangan Cindy agar mereka bisa gandengan ketika keluar dari coffee shop.

"Gimana gue munya cowok nih kalau digandeng mulu ama lu, dikira lesb* mulu gue...", omel Cindy pura-pura marah.