00 - KILAS BALIK

1M 87.4K 51.6K
                                    

Hai, cerita ini merupakan seri ketiga dari Series Diamond. Semuanya bisa dibaca secara terpisah.

1. AREKSA
2. SAMUEL
3. ECCEDENTESIAST
4 dst (?)

*******

*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

"Mama! Mama mau ke mana?"

Bocah laki-laki berusia lima tahun itu memeluk kedua kaki mamanya yang hendak keluar dari rumah dengan erat. Kepalanya mendongak, memandang sang mama dengan tatapan polosnya. Ada sorot khawatir yang tercetak jelas di netra hitamnya.

Nafisha—wanita berusia tiga puluh tahun yang merupakan ibu dari Canva—itu berjongkok untuk menyetarakan tinggi mereka.

"Anva sayang, Mama mau pergi sebentar, ya. Cari uang buat beli susunya Anva," kata wanita itu seraya mengusap puncak kepala anaknya dengan lembut.

"Pergi?" tanya Canva tidak mengerti. "Anva sama siapa kalau Mama pergi?"

Nafisha tersenyum manis. "Anva tinggal sama nenek dulu. Sebentar aja, kok.
Mama pasti balik ke sini lagi."

Canva menggelengkan kepalanya kuat. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Perasaannya semakin tidak enak. Canva takut mamanya berbohong. Canva takut dia tidak bisa bertemu dengan mamanya lagi.

"Sebentaaarrr aja. Mama janji nggak bakalan lama."

"Tapi... Papa udah pergi dan belum balik lagi. Dan sekarang... Mama juga mau ikutan?" Kedua ujung mata Canva mulai meneteskan cairan bening. "Kenapa kalian mau ninggalin Anva sendirian?"

Nafisha menatap malang ke arah anak laki-lakinya itu. Ada perasaan tidak rela di relung hatinya. Tentu saja dia merasakan sakit ketika melihat anaknya yang terluka akibat ulah kedua orang tuanya. "Mama juga mau nyusulin Papa biar cepet-cepet pulang. Nanti, kita bisa main sama-sama lagi. Anva mau, kan, dibeliin pesawat mainan yang bisa terbang?"

Meskipun masih diselimuti perasaan sedih, Canva kecil tidak bisa menutupi keinginannya untuk memiliki sebuah pesawat mainan yang dia idam-idamkan dari dulu. Anak kecil itu mengangguk pelan.

Nafisha mengukir senyuman menenangkan. "Mama janji bakalan bawain kamu pesawat mainan dan ajak Papa pulang. Setelah Mama sama Papa pulang nanti, kita pergi piknik sambil bawa pesawat mainan kamu."

Canva terdiam seraya terus memperhatikan wajah Nafisha. Terdapat keraguan yang begitu besar dalam lubuk hatinya. Mau bagaimana pun juga, ia hanyalah seorang anak kecil yang tidak ingin berpisah lama dengan orang yang sangat disayanginya. "Beneran sebentar?" Akhirnya Canva kembali membuka suara.

Nafisha mengangguk mengiyakan. "Iya, sebentar. Mama, kan, nggak bisa terlalu lama jauh-jauh dari Anva. Mama mau nyusulin papa biar cepet pulang ke sini dan kumpul lagi bareng kita."

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang