LLS 2

1.9K 141 12
                                    

Ialah Haris Amantara. Sosok yang baru 2 bulan ini mengisi penuh relung hatiku. Ia telah membuatku mengangguk malu-malu atas lamarannya di pertemuan pertama kami setelah aku membaca singkat proposal taarufnya dua minggu lalu.

Adalah ummi Diah yang mengenalannya padaku. Ummi adalah sosok yang sangat aku hormati dan kagumi. Ia adalah murrobbiku (baca: guru spiritual). Aku masih ingat betul bagaimana pada siang menjelang sore itu—selepas kegiatan pengajian kami, Ummi memanggilku dan mengisyaratkan untuk mengikutinya ke salah satu ruangan.

"Kayaknya ada yang bakal dapet proposal nih." Teriak rekan-rekan satu Liqqo' 

"Betulkan Ummi?" selidik Tira

Ummi hanya tersenyum lembut sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah muttarobbinya ini.

"Kalau begitu, kami pamit dulu ya ummi, Assalamualikum."

"Semoga berjodoh." Kekeh mereka berbarengan

Tira, salah satu teman akrabku, menyikut pelan lenganku, "harus cerita pokoknya. Malem nanti kutelpon." Kerlingnya padaku

Saat semua teman-temanku sudah sepenuhnya menghilang dari pandangan, Ummi menuntunku menuju ruangan di salah satu masjid terbesar di kotaku ini. Umi berjalan mendekati sebuah meja lalu mengeluarakan sesuatu dari dalam tas nya.

"Zarah, ini coba kamu lihat-lihat dahulu." ucap Ummi sembari memberikan sekumpulan kertas yang sudah dijilid rapi, persis seperti sebuah proposal

"Ini apa Ummi?" tanyaku bingung

"Ini proposal pinangan untukmu, Zarah." Jelas Umi

Proposal?

Aku tertegun, inikah semua penantiaanku selama ini? jujur aku sudah mulai jengah dengan status single ku yang selalu dipertanyakan orang orang disekitarku. Bukannya aku tak berusaha mencari, tapi memang prinsip yang kuanut selama ini, hanya membuatku menunggu seorang lelaki yang datang melamarku. Bukan aku yang datang mencarinya. Pernah suatu ketika Bunda dan Yuk Raya menawariku bertemu dengan salah satu adik temannya. Tapi dengan sopan kutolak hingga mereka bosan sendiri menawariku. Tapi sekarang, proposal ini bak oase di padang pasir yang gersang.

"Ummi mengenalnya?" tanyaku penasaran

"Ia salah satu murid di pesantren Ummi. Ia cukup dekat dengan Abbi (baca: suami Ummi Diah) dan Ia adalah seorang Hafidz." jelas ummi kepadaku

"Tapi terlepas dari itu semua, berikan penilan obyektifmu kepadanya. Jangan sampai kamu menerimanya lantaran Ummi mengatakan dia pria baik." Tambah Ummi sembari membenarkan kacamata plusnya.

Aku menganguk sepelan mungkin.

"Ummi tunggu jawabanmu di mentoring kita selanjutnya. kalau kamu setuju, mungkin Ummi dan Abbi akan mempertemukan kalian dahulu sebelum benar-benar melangkah ke jenjang yang lebih serius. " Jelasnya.

"Baik Ummi. Terimakasih sudah mempercayakannya kepada Zarah."

Ada jeda sesaaat sebelum Ummi menjawabnya.

"Bukan. bukan Ummi yang sengaja memilihmu. Tapi dia yang minta dikenalkan dengan mu." Ralat Ummi cepat

Aku tertegun sejenak. Ia yang minta diperkenalkan denganku? Apa ia sudah mengenalku? atau aku sudah mengenalnya?

Pertanyaan itu urung kutanyakan pada Ummi karena azan sholat Ashar sudah terlebih dahulu berkumandang.

---


Tepat 3 minggu setelah melewati sesi taaruf pertama, akhirnya kuberanikan diri memberitahu Bang Zaki perihal pinangan Kak Harris. Aku tak berani memberitahu Ayah-Bunda dulu sebelum calonku ini di screening oleh Bang Zaki. Jadi aku meminta bang zaki menemuinya terlebih dahulu. 

Lazarah's Love StoryOnde as histórias ganham vida. Descobre agora