BAB 20🌿

2.4K 118 1
                                    

Bangunan elegan bermotif mewah menyambut kehadiran dua remaja yang turun dari mobil. Siapa lagi kalo bukan Fhelisa dan Arvin.

Fhelisa kagum dengan bangunan di depan matanya, berbeda sama Arvin yang bersifat santai karena ini rumahnya.

"Tunggu, ini rumah siapa? Kenapa itu anak membawa gua kesini?" Tanya Fhelisa ke dirinya sendiri.

"Ayo masuk," ajak Arvin sambil menarik paksa tangan Fhelisa.

"Gua ngga mau! Jangan tarik-tarik gua!"

"Ayo masuk, aku mau hukum kamu!" Tegas Arvin menarik paksa tangan Fhelisa, tapi tenaga Arvin kalah sama tenaga Fhelisa.

Walaupun Fhelisa cewek tapi ia bertenaga baja bukan seperti Arvin yang bertenaga lemah seperti coklat cair.

"Ayo ikut Arvin!" Tegasnya.

"Ngga mau!"

"Eh, kenapa ribut-ribut?" Tanya sesesorang menengahi perdebatan dua remaja tersebut.

Siapa cewek itu? Tumben Arvin bawa cewek ke rumah. Delisa ngga ambil pusing siapa dia. Intinya anaknya sudah tertarik sama cewek. Pikiran kotor tentang Arvin menyukai cowok sudah hilang begitu saja.

"Mami," panggil Arvin lalu mencium tangan dan pipi Delisa diikutin dengan Fhelisa dibelakangnya.

Sebarbar-barbarnya Fhelisa ia tetap sopan dengan orang tua, tapi  ngga berlaku untuk guru-guru di sekolah. Kalo Fhelisa sopan sama guru-guru hari Fhelisa ngga akan menyenangkan.

"Aduh, cantik banget kamu," puji Delisa lalu membawa Fhelisa ke dalam pelukannya.

Nyaman, itulah yang Fhelisa rasakan ketika di pelukan Delisa. Fhelisa sudah lama ngga merasakan kenyamanan ini semenjak Vanessa sibuk dengan dunianya. Andai waktu bisa dihentikan Fhelisa ingin terus di peluk sama Delisa.

"Hai, sayang kenapa menangis?"

Air mata yang Fhelisa tahan dari tadi turun begitu saja.

"Saya ngga papa tante. Saya cuma kangen sama mama." Jujur Fhelisa.

Delisa ngga mau bertanya lebih lanjut, ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakannya. Delisa bertanya di waktu bahagia nanti, entah kapan waktunya tiba.

"Tante ngga tahu, apa yang menimpa kamu diluar sana. Tapi tente harap kamu bahagia di sini sama tante, om, dan Arvin. Tetap semangat sayang."

Fhelisa tersenyum bahagia, kata sederhana yang selalu Fhelisa ingat.

"Makasih tante," kata Fhelisa tersenyum manis.

"Sama-sama sayang."

"Ih Mami, anak Mami siapa disini? Kenapa Arvin yang dicuekin?"

"Uuu, tayang jangan cemburu 'kan Mami sayang sama pacar kamu."

"Pacar?" Tanya Fhelisa dengan mata melotot.

Jadi yang dipikiran Delisa dari tadi, Fhelisa adalah pacar Arvin. Ih, ogah banget pacaran sama anak mami walaupun maminya baik.

"Kalian pacarankan?"

"Ng__" belum selesai Fhelisa berkata Arvin lebih dulu memotongnya.

"Iya Mami kita pacaran, masa kamu lupa sayang," kata Arvin dengan manis memeluk pingang Fhelisa.

Fhelisa ngga tinggal diam ia berusaha melepaskan pelukan tersebut.

"Jangan dilepas!" Tegas Arvin dengan suara pelan. Mau ngga mau Fhelisa menurutinya, Fhelisa ngga mau membuat senyuman Delisa hilang begitu saja.

"Ayo sayang bawa pacarmu ke kamar, ingat cuma ganti baju jangan macam-macam!"

"Siap Mami, ayo sayang."

Tanpa berkomentar Fhelisa mengikuti Arvin, tapi Fhelisa tetap berjaga-jaga dari hal berbahaya.

"Selamat datang tuan putri di kamar Arvin."

"Ngga usah lebay. Mana bajunya?" Tanya Fhelisa tanpa basa-basi.

"Santai dong tuan putri. Sebelum kamu ganti baju Arvin mau membacakan hukum untuk kamu."

"Terserah."

"1. Kamu harus tidur disini.
2. Kamu bikinkan Arvin dot.
3. Sebelum Arvin tidur, kamu harus bacakan Arvin dongeng.
4. Kamu harus peluk Arvin ketika tidur.
5. Kamu suapin Arvin.
Pokoknya terus seperti itu selama 1 minggu. Arvin ngga terima penolakan, itu cocok untuk cewek nakal seperti kamu."

"Lo hukum gua atau jadikan gua bebysister? Gua ogah menerima hukuman lo. Pokoknya gua mau pulang!"

"Arvin ngga bolehkan kamu pulang!"

"Lagian lo sudah besar bukan bocah. Kenapa harus minum dot? Kenapa harus didongengin kaya anak TK, malu sama umur."

"Arvin mau dimanja sama kamu."

"Gua mah ogah manjain bayi besar kaya lo ngga ada gunanya!"

"Pokonya Arvin ngga mau tahu. Sekarang kamu bikin Arvin dot isi susu dancow!"

"Ha."

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now