Chapter 04 - Bunny With Scythe

32 3 4
                                    

Flame duduk bersila diatas rerumputan. Katana hitamnya tertancap di sebelah kanan, tak jauh dari tempatnya duduk. Matanya awas, telinganya mendengarkan dengan penuh seksama. Raut mukanya berganti dari santai ke serius.

            Didepan Flame, duduk Ogre hitam yang menceritakan semua kejadian belakangan ini. Dia bercerita dengan nada terburu-buru dan ketakutan. Setiap hembusan nafasnya sekaan berusaha meyakinkan Flame kalau yang akan dia hadapi saat ini bukan lawan yang mudah.

            ”Mulanya aku hanya menanggapi hal itu sebagai rumor. Bagaimana tidak, ditempat ini manusia yang bisa melawan kami saja bisa dihitung. Apalagi ini hanya seekor kelinci”. Kata Ogre menjelaskan.

            ”Kedengaran remeh kan? Awalanya aku juga sepemikiran denganmu. Tapi setelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, aku telan semua egoku”. Flame menambahi.

            ”Kejadian di Mall rempo hari, sebenarnya itu bukan yang pertama. Di awal bulan, sudah ada tiga kejadian buruk yang menimpa kami”. Ogre mengangkat tangan kanannya dan mulai menghitung. ”Yang pertama, di taman kota. Kelinci itu membantai empat perempuan tanpa belas kasihan”.

            ”Kuntilanak”?

            ”Kalian menyebutnya seperti itu, tapi kami lebih memilih untuk menyebut mereka dengan sebutan kami sendiri. Yang kedua, di museum kapal selam, dia menenggelamkan kepala api yang sudah menjaga tempat itu selama berpuluh-puluh tahun. Terakhir di jalan kembar. Dia membunuh bapak-bapak yang sering lalu-lalang di sekitar jalan itu”.

            ”Selanjutnya baru kasus penampakan massal. Ada yang tidak beres disini”.

            ”Aku sendiri uga pernah bertemu langsung dengannya. Tidak secara langsung, hanya siluet diantara gelapnya malam. Dan ya.....ada yang tidak beres. Ketika aku melihat kedua mata merahnya, seluruh tubuhku serasa kaku, aku bahkan tidak bisa berkedip. Persis seperti es. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Selanjutnya,....semua gelap. Aku tidak mengingat apapun. Dan tahu-tahu, di depanku sudah ada tiga manusia cedera, yang aku pikir, itu adalah ulahku. Tapi tidak! Aku bersumpah tidak pernah melakukan apapun. Bahkan semenjak tempat ini dibangun, hal buruk yang aku lakukan hanyalah menampakkan diri”.

            Hawa dingin tiba-tiba menyerang dari arah belakang Flame. Mulanya Flame hanya menganggap itu angin malam. Namun makin lama, hawa dingin yang datang makin kencang, bahkan Flame sempat merinding karena efeknya. Dengan sigap, Flame berdiri dan berbalik untuk mengetahui siapa pelaku yang sudah melakukan hal ini. Namun Flame tidak melihat apa-apa di belakang. Ya, dia tidak melihat apapun. Bahkan lampu perkotaan yang seharusnya ada di ujung jalan, juga tidak terlihat. Flame kini tahu apa yang menyerangnya barusan. Bukan hawa dingin, melainkan kegelapan total.

            Disisi lain, Ogre yang juga terkejut dengan kegelapan yang menyerangnya, tiba-tiba menjadi kaku. Tubuhnya bagaikan es yang tidak bisa digerakkan sama sekali. Dia meraung sekuat tenaga untuk bisa lepas dari belenggu kasat mata yang saat ini tengah mengikatnya. Namun teriakkannya tidak berguna. Karena beberapa detik kemudian, mulutnya juga tidak bisa bergerak.

            Seiring berjalannya waktu, Flame masih kebingungan bagaimana cara menghadapi kegelapan disekitarnya, kedua mata Ogre yang awalnya berwarna putih, mendadak menjadi semerah darah. Entah apa yang terjadi, bukan hanya kedua matanya yang berubah, tapi dirinya juga menjadi semakin buas. Tanpa pkir panjang, dia menghempaskan Flame dengan menggunakan tangan kanannya. Flame yang tidak sempat menghindar, terlempar sejauh sepuluh meter dan berguling diatas rumput. Satu serangan itu hampir membuat Flame pingsan.

            Flame tidak punya waktu untuk berfikir lebih jauh, karena ketika dia masih berusaha berdiri dengan bertumpu pada lutut kirinya, Ogre itu sudah melompat dan siap untuk menginjak Flame.

Order of Heaven 01 - Soul AmuletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang