Bab 3 : Dia Sudah Kembali

210K 10.5K 454
                                    

This Is What It Takes - Shawn Mendes

.

Ale berbaring di tempat tidurnya dengan posisi terlentang. Ia menatap lurus dinding langit-langit kamarnya, tatapannya kosong, namun pikirannya lari ke mana-mana. Apa yang pernah dikatakannya mungkin harus ia jilat sendiri, karena sekarang Ale sedang memikirkan Kenya, gadis yang katanya ia benci sampai ke akar-akarnya. Dan sekarang, dirinya meneguk ludahnya, tergelak.

Besok adalah hari di mana ia harus kembali ke Indonesia dengan keluarga. Meninggalkan nenek dan pamannya yang hanya tinggal berdua di kota München. Ale sendiri tidak tahu kenapa ia harus memikirkan Kenya sampai seperti ini. Yang ia yakini, Kenya adalah gadis alay dengan kadar kepedean tingkat tinggi, dan maka dari itu ia memikirkannya. Hanya itu. Apalagi jika mengingat komentar gadis itu di setiap foto yang ia unggah.

Tangannya terulur untuk mengambil benda tipis berbentuk persegi panjang itu di meja samping tempat tidurnya. Bunyi pertanda pesan masuk itu membuat dirinya sedikit tertarik, siapa yang mengiriminya pesan singkat selarut ini.

Sebuah notifikasi yang naik turun di layar ponsel pintarnya, membuat Ale mengulas senyum kecil, walaupun di dalam hati. Ia baru ingat, Kenatha yang selalu mengirim pesan singkat kepadanya saat malam hari. Terkadang juga tengah malam. Karena perbedaan waktu Indonesia dan Jerman yang membatasi.

Kenatha : cie besok pulang ke indo. jan lupa oleh2 ya

Lalu dengan segera ia mengetikkan balasan pada Kenatha.

Aldiano : ok

Kenatha yang sedang duduk bersama Kenya di ruang keluarga hanya bisa memaklumi balasan singkat yang Ale berikan. Ia sudah biasa, toh Kenatha tidak mengharapkan hal lebih lainnya yang selalu kakaknya tuduhkan. Malahan, menurutnya, ia akan membantu Kenya untuk memperjuangkan Ale sekembalinya dari Jerman. Membantu sang adik untuk memperjuangkan sang pangeran batu.

Tanpa sadar, Kenatha mengulas senyumnya. Membuat Kenya yang hampir masuk ke dalam rumah berbalik.

"Siapa kak? Kok senyum-senyum?" Kepalanya mendekat ke arah ponsel milik kakaknya, namun dengan segera Kenatha berhasil menjauhkan benda persegi panjang itu dari Kenya.

"Anak kecil nggak boleh tau, ya." Kenatha menjulurkan lidahnya, berusaha manjahili adiknya. Namun Kenya tidak merespon, malah dirinya tidak mau berurusan lagi jika sudah menyangkut urusan pacar kakaknya.

Setiap orang mempunyai privasi masing-masing. Dan Kenya yang memaklumi itu lebih memilih masuk ke dalam kamar, berniat untuk membuka halaman selanjutnya di majalah langganannya. Atau mungkin akan meng-scroll layar ponselnya yang menampilkan foto Ale di galeri yang sudah ia screenshoot dari akun sosial media. Kakaknya yang tadi ia tinggalkan di ruang keluarga, langsung mendesah pelan, merasa lega kalau Kenya tidak merasa penasaran lagi.

Sampai di kamar, ia segera duduk bersila dengan majalah ELLE di depannya. Membuka setiap lembarnya sampai berhenti di lembar keempat puluh. Dimana ada seorang pria berwajah arogan yang mengingatkannya kepada Ale. Kenya tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya saat melihat Ale mengunggah postingan foto dirinya yang sedang bermain keyboard saat itu. Ale tampan dan lebih macho. Sangat berbeda jauh dengan yang dulu. Kenya masih ingat saat kecil dulu gigi Ale sedikit maju, tapi sekarang tidak. Lengkungan di hidung lelaki itu juga menambah kesan mancung.

Intinya, Kenya sangat menyukai Ale yang sekarang. Walaupun faktanya lelaki dengan tubuh tegap itu membenci Kenya.

"Kenapa lihat muka Cameron Dallas aku jadi inget Ale? Astaga," gumamnya pelan sambil menepuk kepalanya kesal.

A Little Bit of Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang