01. Pagiku dengannya

5 2 0
                                    

"Pagi sebelum bertemu siang dan sesudah berlalu dengan malam. Aku akan bertemu denganmu bukan kala pagi menyapa atau malam yang telah lewat. Namun ketika aku berhasil melewati badai besar"

Pagi bersama mentari yang belum menyapa sang langit, juga belum hadir tuk menetap kemudian meninggalkan, esoknya datang lagi juga meninggalkan kembali, hingga hal itu berulang setiap harinya.

Pagi ku tak sama dengan kebanyakan orang yang dibangunkan oleh benda mati bernyawa, yang dengan teriakannya berhasil mengganggu lelap tidur tuannya.

Aku tak memiliki jam alarm, juga tak menyukainya. Aku lebih senang untuk bangun sendiri dan terbiasa akan hal itu, namun aku akan lebih senang lagi jika saudara kembarku yang membangunkanku.

"Pagi tanggal enambelas. Woahh betapa indahnya pagi ini." Salam juga mantar wajib yang sangat dengan penuh keharusan untuk di ucap.

Jika kalian mengucap kalimat itu setelah bangun di pagi hari, niscaya hari-hari kalian akan menyenangkan, tidak percaya? Silahkan coba.

Kali ini seperti pada umumnya, aku lekas beranjak, membereskan kasur?, itu bukan tugas pagi ku, karna selanjutnya yang ku lakukan adalah memasak. Ingatlah untuk mengutamakan hal penting terlebih dahulu, dan perut bayiku adalah prioritasku.

Aku tak dapat bergerak jika tak memiliki energi, dan kurasa kalian pun demikian.

Setelah memasak, sungguh jika boleh, aku ingin kalian mencium aroma masakanku, ini pasti sangat lezat, aku akan membangunkan kembaranku untuk mengajaknya makan, wahh sungguh aku adalah kembaran yang paling baik hati.

"Dyo, keluarlah! Aku sudah memasak untuk sarapan kita."

Aku hanya berteriak di depan pintu, tak berani untuk mengetuknya karna aku takut, pintu itu akan roboh. Bukan karna aku memiliki kekuatan super seperti Do Bong soon, tapi karna pintu kamarnya memang sudah sangat tua, bahkan bagian bawahnya sudah nyaris habis di lahap oleh makhluk pemakan kayu.

Aku tak perlu menunggu Dyo kembaranku untuk keluar karna aku tau, sebentar lagi dia dengan wajah tampannya akan keluar.

Nah, benar apa kataku, dia sudah keluar dengan seragam sekolahnya, wahh sangat tampan, nanti jika aku sudah memiliki ponsel berkamera, aku akan memotretnya dan memperlihatkannya pada kalian, tunggu saja.

"Sudah kukatakan berapa kali untuk membereskan tempat tidur sebelum keluar kamar, membersihkan peralatan masak, gunakan tikar untuk alas kita makan, apa kau anjing yang makan di lantai tanpa alas!"

Begitulah pagi ku dengannya, namun dengan senyum secerah mentari, aku tak ingin meneriakkan kalimat pembelaan untukku, karna memang itu salahku.

Aku hanya akan menariknya untuk duduk di sampingku, ahh tidak, aku menyuruhnya duduk di tempat yang ku duduki sebelum nya, karna tempat itu sudah sedikit hangat pasti, tidak sedingin ketika pertama kali aku mendaratkan diriku bertemu dengannya, si lantai dingin.

"Dyo, kau tau kalimat magic yang dapat membuat hati akan terasah sangat bahagia? Woah bet-"

"-apa indahnya Pagi hari ini."

Dia memotong kalimatku, lagi, hahah. Dengan suara yang dibuat berubah, dia mengikuti cara berbicaraku. Sangat gemas bukan.

Ada yang aneh, jangan memberi tahu siapapun, ini adalah rahasia kita. Baiklah karna kita tidak dapat menautkan kelingking untuk tanda janji kita, kau boleh mempertemukan ujun jari kelingkingmu pada bintang yang terdapat disebelah kiri bawah.

Setelah itu, sudah selesai? Jadi rahasianya adalah bahwa aku tak pernah tau seperti apa suara kembaranku, aneh bukan. Jangan beritahu siapapun terutama kembaranku, dia akan memangsaku jika sampai dia tau bahwa aku belum sepenuhnya mengenalnya.

Barusan aku memang mendengar ocehannya, namun aku tak pernah berhasil mengingat seperti apa jelasnya.

Setelah selesai dengan sarapan pagi, aku bergegas mandi dan mengenakan seragam yang sama seperti kembaranku.

Sementara dia membereskan bekas makan kami, menyucinya kemudian menyapu rumah, dan entahlah apa yang ia kerjakan. Aku masih sangat sibuk mencari letak dasi, aku lupa dimana meletakkanya terakhir kali.

"Kau lama sekali, apakah kau perempuan yang hendak ke pesta!"

Lihat, dia memarahi ku lagi, tak ada hari tanpa kemarahan dan kekesalannya, namun aku cukup bersyukur dengan itu. Artinya dia peduli padaku, tidak seperti Ayahku yang pergi tanpa meninggalkan setidaknya kalimat penyesalan atau janji walau akhirnya akan berujung ingkar.

"Ya, aku adalah perempuan yang hendak kencan dengan seorang lelaki tampan bernama Dyo. Tunggu sebentar lagi sayang, aku akan selesai dengan alis mata ku ini."

Candaku. Bermain-main dengan amarahnya adalah hal yang paling menyenangkan.

Dia menatapku tajam, lalu berlalu pergi. Ahh dia akan berangkat tanpaku, tidak boleh. Aku tak suka berangkat ke sekolah sendirian.

Tanpa mempedulikan dasi yang entah dimana keberadaannya, aku mengejarnya.

"Hey tunggu! Kau akan meninggalkanku lagi, bisa-bisanya aku memiliki saudara kejam sepertimu." Kalimat ku hanya angin lalu, seperti biasa. Dia akan bertingkah tidak peduli, berbuat semaunya, mengomel jika apa yang dilihat tidak sesuai dengan inginnya.

Yah, sedikit perbedaan kami. Hahaha. Aku tak ingin berlarut dengan sikap dinginnya. Buku yang berada di genggamannya ku rampas, hanya ini cara agar dia menoleh padaku dan...berhasil.

Aku membawanya kabur, hingga ia juga ikut berlari mengejarku, wahh semasa kanak-kanak dulu, aku belum pernah melakukan ini dengannya. Bermain kejar-kejaran hingga napas tak beraturan.

Aku tertawa, bersama angin yang berhembus kencang, menerbangkan seragam kemeja bawahku. Lihatlah, aku lupa mengancingnya, untung saja aku mengenakan kaos hitam, jadi perut babyku tidak terlihat.

Omong-omong soal otot perut, kalian tau, Dyo memilikinya, aku tak tau bagaimana dia mendapatkan itu, sungguh ketika kau menyentuhnya, kau akan berpikir itu adalah batu, sangat keras. Berbeda dengan perutku, sangat kenyal oleh lemak, hahaha.

"Kemarikan buku ku!!!"



Sorry for typo (s)

Goodbye my little brotherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora