Another Dilemma

201K 12.8K 726
                                    

Aku mendesah lesu--untuk yang entah kesekian kalinya sejak kepulanganku dari rumah Ares. Setelah melarangku untuk datang ke butik tante Siska, Ares tidak lagi mengeluarkan sepatah kalimat pun selain ucapan salam pamitan. Wajahnya keliatan agak tegang waktu aku bilang aku tetap akan datang ke butik tante Siska besok.

Apa belum pernah ada yang bilang kalau aku ini gadis yang keras kepala?

Sebenarnya aku gak begitu kaget sih waktu Ares nunjukkin dengan terang - terangan kalau dia gak setuju dengan keinginanku berkiprah di dunia modelling. Dilihat dari sifatnya yang kebapakan, mungkin dia punya alasan yang sama dengan daddy. Aku pun belum membuat keputusan yang pasti. Aku memang ingin jadi model, tapi itu bukan cita - cita terbesarku. Cuma sekedar mau coba - coba aja untuk mastiin apa bakat mommy nurun ke aku.

Lamunanku terganggu ketika ponselku berdiring. Aku meraihnya malas - malasan dan menempelkannya ke telingaku.

"Halo?"

"Re."

Tubuhku lantas terlonjak mendengar suara Rai di seberang sana. Kulirik jam dindingku, pukul 10 malam. Aku tertawa pelan sambil menyentuh keningku. Kebiasaan Rai sejak dulu, selalu menelepon jam 10 malam.

"Ya, Rai?"

"Sedang apa?"

Aku tersenyum sekali lagi. Pertanyaan yang hampir tak pernah dilewatkan. "Aku lagi ngelamun aja, Rai."

Kudengar suara derak kasur dari seberang. "Ngelamunin apa? aku?"

"Bukan, Rai.. hahaha... "

Aku bisa mendengar suara tawa Raikan dengan nada yang rendah tiba - tiba menghangatkan suasana hatiku. Membayangkan seulas senyum di bibir Raikan yang memamerkan sederetan gigi putih dan rapinya. Aku bahkan bisa merasakan kehadiran Raikan di dekatku.

"Kamu tau tante Siska, kan?"

Rai terdiam tampak berpikir sejenak. "Tante Siska desainer itu? temen mommy kamu?"

"Iya, Rai. Dia nawarin aku buat jadi model utama Summer Fashion Show-nya dia. Menurut kamu gimana?"

"Menurutku?", Rai terdiam sejenak. "Ya harus kamu ambil, Re. Ini kan salah satu impian kamu sejak kecil, jadi model kayak mommy kamu. Apa lagi yang kamu pikirin?"

Ares...

"Daddy, Rai. Aku belum bilang sama daddy. Kamu tau kan daddy kayaknya kurang suka aku terjun ke dunia entertainment."

Ares juga....

Lagi - lagi nama itu. Seharusnya aku gak perlu mempertimbangkan apa kata Ares. Toh dia baru calon suamiku. Kita bahkan belum tunangan secara resmi!

"Kamu tenang aja, masalah papa Radith nanti biar aku yang bantu jelasin.. Kapan acaranya?"

"Bulan depan. Besok aku diminta datang ke butik tante Siska."

Aku mendesah lesu sekali lagi sambil memandang bintang - bintang di langit kamarku dengan tatapan kosong.

"Perlu aku antar?"

Aku menelan ludahku berat. "Enggak, jangan. Aku bisa sendiri kok. Kamu pasti banyak kerjaan kan di kantor?"

"Hm.. lumayan. Tapi kalau cuma nganter kamu, aku usahain bisa."

"Gak perlu, Rai. Kamu ke kantor aja. Biar aku bawa mobil sendiri atau dianter Pak Parmin."

Rai terdiam sebentar. Aku menggigit bibirku gelisah menunggu perkataan Rai yang seharusnya tidak perlu. Toh aku gak bikin kesalahan apapun.

The Daddy's ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang