faster than a wedding

Από andirananda

1.9M 61.5K 1.4K

Nalani Lituhayu, gadis yang baru saja memasuki masa SMA-nya harus kehilangan mimpinya karena hamil di luar ni... Περισσότερα

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
epilog

chapter 18

59.6K 2.1K 64
Από andirananda

lama ya updatenya? iya lah si inspirasi itu kalo udah pamit pergi, pulangnya udah paling juara malesnya. jadi yaa kalau ada kurang-kurang maaf aja karena kasian sama reader yang penasaran jadi saya buat seadanya deh. makasih udah baca, jangan lupa vote sama comment ya :) makasih

***

“Rad, kok sendiri? Lani mana?” tanya ibu Radina.

“Di rumah sakit, nungguin Agung,” jawab Radina.

“Kenapa gak pulang?”

“Kan jagain Agung, Ma...”

“Ya nggak bisa gitu, Radina! Nalani harus pulang, kan ada Adnan.”

“Nggak bisa, Ma. Adnan biar Bi Muas aja yang urus.”

“Radina!”

“Ma, kalau Agung gak buta, Radina udah bawa Nalani pulang!”

Hening.

“Rayagung buta?” tanya ayah Radina.

“Iya, Pa, kecelakaan di kebun coklat yang ada di daerah Garut,” jawab Radina.

“Kecelakaan apa?” tanya ayah Radina.

“Diserang sama orang yang gak dikenal waktu Agung lagi muterin kebun sendirian. Serangan itu yang bikin blind. Harus dioperasi sih, tapi di mananya gak tau karena tergantung keputusan orang tua Agung,” jawab Radina.

Tidak ada yang bicara lagi. Radina menggendong Adnan yang mangap-mangap tanpa mengeluarkan suara dan membawanya ke kamar.

“Mama lagi nungguin superhero-nya di rumah sakit. Kalau gak ada Agung, kamu gak bakal pernah ada, Nan...” kata Radina. Ia teringat kejadian Nalani yang ditabrak oleh Agung dan Agung yang membiayai semua pengobatannya.

“Bobo yu, Nan, Papa capek,” kata Radina lalu menidurkan Adnan di sebelahnya.

***

“Radina, Radina, bangun,” panggil ibunya.

“Apa, Ma?” sahut Radina yang setengah sadar.

“Bangun,” kata ibunya.

Radina melihat jam yang ada di ponselnya. Masih jam tiga pagi tapi ia dibangunkan.

“Masih jam tiga pagi, Ma!” kata Radina.

“Adnan kejang-kejang, harus dibawa ke rumah sakit. Agung dirawat di rumah sakit mana biar gampang ketemu sama Nalani,” kata ibu Radina.

 Radina langsung terperanjat ketika mengetahui bahwa Adnan sakit. Ia segera bangun dan melupakan rasa kantuknya lalu menunjukkan arah rumah sakit pada ayahnya yang menyetir.

“Mama di UGD aja, Radina samperin Nalani ke ruangannya Agung,” kata Radina.

“Ya, cepet ya,” kata ibunya.

Radina berjalan menuju ruangan tempat Agung dirawat. Ia menemukan Nalani sedang menunduk sambil mengusapi telapak tangan Agung.

“Nal...” panggil Radina.

“Radina?!” Nalani terkejut ketika melihat Radina muncul di kamar Agung itu.

“Adnan sakit, sekarang lagi di UGD,” kata Radina.

Nalani langsung melotot.

“Adnan sakit apa?” tanya Agung.

“Nggak tau,” jawab Radina.

“Kamu ke sana aja, Lan...” kata Agung.

“Tapi kamu...” kata Nalani.

“Aku kan tinggal nunggu perizinan terbang. Kasian Adnan...” kata Agung.

“Perizinan terbang?!” Radina tidak mengerti.

“Gue bakal dipindah ke Singapura, Rad...” jelas Agung.

“Lah, ada siapa ini?” tanya seorang ibu yang memakai setelan wanita karier yang masuk ke kamar Agung.

“Ini Radina, Ma,” kata Agung.

“Halo, terima kasih sudah menyempatkan datang. Pas sekali ini Agung mau pamitan,” kata ibunya Agung.

“Iya, Tante. Hati-hati,” kata Radina sembari menyembunyikan nada kikuk di perkataannya.

“Kamu gak usah anter aku, Lan, ke Adnan aja di UGD,” kata Agung.

“Tapi...” Nalani bingung harus bagaimana.

“Jaga diri baik-baik ya. Kamu di mana sih? Sini aku peluk,” kata Agung.

Nalani memeluk Agung dengan erat, tidak rela kehilangannya. Setelah memeluk Nalani, Agung memeluk Radina.

“Jagain baik-baik,” bisik Agung.

Radina melepaskan pelukannya dan membantu Agung untuk naik ke kursi roda. Hatinya terasa sakit melihat Agung yang tidak berdaya ini. Sakit karena Nalani jelas-jelas mengkhawatirkan Agung sampai rela berpisah dengan Adnan saat ini.

Begitu Nalani berpisah dengan Agung, Radina menarik Nalani pergi ke UGD.

Plak! Bunyi itu yang terdengar keras di tengah heningnya rumah sakit.

“Apa yang bakal kamu lakukan kalau Adnan tidak bisa diselamatkan?!” kata ibu Radina setelah menampar Nalani.

“Mama...” Radina yang terkejut dengan refleks memeluk Nalani.

“Kalau kita sampai terlambat ke rumah sakit, Adnan bisa tidak selamat. Kamu bukannya pulang malah nungguin orang lain!” kata ibu Radina.

Nalani masih diam saja.

“Kalian pulang, biar saya yang tunggu Adnan,” kata ibu Radina.

“Saya aja, Bu...” kata Nalani.

“Saya bilang saya, kamu pulang, istirahat. Besok pagi baru ke sini lagi. Renungkan apa yang kamu lakukan hari ini,” kata ibu Radina.

“Ayo, Nal, kita pulang,” kata Radina sambil menompang bahu Nalani agar tidak lemas.

***

Hujan tiba begitu Nalani dan Radina tiba di apartemen. Lama kelamaan hujan semakin lebat dan Nalani semakin tidak bisa tidur. Ia hanya melamun memandang langit-langit kamar yang gelap itu. Suara gemuruh dan petir terdengar menakutkan sekaligus membuat suasana menjadi mencekam. Nalani langsung duduk dan memeluk dirinya sendiri.

“Nal, belom tidur? Tidur yuk, kamu capek hari ini,” kata Radina sambil mengusap kepala Nalani.

Nalani malah menghela napas. Radina merasa dongkol dengan perilaku Nalani yang seperti ini sehingga ia mendorong Nalani hingga berbaring.

“Aku benci penolakan,” kata Radina dan iapun mencecar bibir Nalani.

“Hmmmfff!” Nalani langsung tidak bisa bernapas ketika Radina menciumnya.

Radina tidak memedulikan Nalani. Ia hanya memedulikan kebutuhannya sendiri tanpa memedulikan Nalani sama sekali.

“Oke, oke, aku kasih kamu kesempatan untuk bernapas sejenak,” kata Radina yang tidak tega dengan napas Nalani yang tersengal-sengal.

Begitu napas Nalani mulai normal lagi, Radina kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Nalani.

“Kalau aku bilang pelan-pelan apa kamu mau nurut?” tanya Nalani.

Radina mengangguk dan ia mencium Nalani dengan perlahan dan tidak menuntut. Rasanya lebih manis dan Radina bisa gila karena ini. Nalani tidak berontak seperti ciumannya yang pertama dan ia bahkan memeluk Radina. Tubuh Radina menggila diperlakukan seperti ini. Ia segera melepaskan ciumannya. Jantungnya berdegup terlalu kencang.

“Nal, I think I love you. I mean I really love you,” kata Radina.

Nalani menatap Radina dengan tidak berkedip.

“Jangan liat aku kayak gitu, Nal. Aku udah banyak salah sama kamu dan ngeliat kamu kayak gini cuma bikin aku ngerasa tambah bersalah,” kata Radina.

Nalani tersenyum lalu tangannya menyentuh pipi Radina dengan ragu. Hening selama beberapa saat sampai akhirnya Nalani menghembuskan napasnya dengan berat.

“Aku juga yang misahin kamu sama Agung. Kalau gak ada aku, kalian pasti gak perlu kepisah kayak gini tapi aku gak bisa lepasin kamu, Nal,” Radina sudah pasrah akan reaksi Nalani. Ia sudah berusaha jujur pada dirinya sendiri dan berani mengutarakan isi hatinya pada Nalani.

“Hubungan aku sama Agung gak seperti yang kamu kira,” kata Nalani.

“Maksud kamu?” tanya Radina.

Nalani tesenyum lalu tiba-tiba ia tertidur, meninggalkan Radina yang diselubungi rasa penasaran.

“Sialan....” gerutu Radina lalu ia mencak-mencak sendiri kemudian tidur.

***

Untungnya Adnan sudah boleh pulang. Dokter memantaunya sejak malam dan melihat kalau Adnan tidak perlu perawatan lebih lanjut di rumah sakit sehingga sore harinya Adnan dibolehkan pulang.

Bukan main bahagianya Nalani, wajahnya terlihat sumringah saat perjalanan pulang ke Jakarta apalagi ketika mereka sampai di rumah. Nalani langsung membawa Adnan ke kamarnya dan ia mengajak bermain Adnan sampai Adnan tertawa-tawa. Radina yang sedang belajar karena besok menghadapi ujian sekolah jadi mendadak kepo dan mengintip dari connecting door.

“Ciluuuk, Baaaa,” suara Nalani terdengar begitu bersemangat ketika mengajak anaknya bermain sehingga anaknya itu tertawa-tawa. Radina dibuat tersenyum karenanya.

“Anak Ibu udah gak sakit lagi, iya? Hebaaat, anak Ibu pasti kuat,” kata Nalani.

Senyum Radina menghilang. Entah mengapa Nalani tidak pernah terlihat sebahagia itu di hadapannya.

“Udah ngantuk ya? Tidur sama Ibu aja ya, Papa lagi belajar jadi Adnan gak bisa main sama Papa,” kata Nalani.

Radina menutup connecting door dan perasaannya tiba-tiba menjadi terlalu bahagia. Nalani menyebut kata papa di hadapan anaknya dan hal itu membuat bibirnya tertarik ke atas lalu memeluk gulingnya erat-erat.

She called me, she called me, she called me!” seru Radina sambil mengigit gulingnya.

Tiba-tiba Radina teringat sesuatu. Ia ingin memperjelas hubungan antara Nalani dan superhero-nya, Agung. Radina langsung melempar gulingnya dan membuka connecting door dengan gegabah.

“Ssssttt! Pelan-pelan,” kata Nalani yang sedang mengeloni Adnan.

“O-ow, dia gak bangun, kan?” tanya Radina.

Nalani mengangguk. Untung saja tidur Adnan sudah nyenyak sehingga suara pintu yang terbuka tidak mengganggunya. Radina menghampiri Nalani untuk mencium kening Adnan.

“Kenapa kamu belom tidur?” tanya Radina.

“Adnan baru mau tidurnya belom lama,” jawab Nalani sambil memindahkan Adnan ke ranjangnya.

“Nal, kamu utang penjelasan sama aku,” kata Radina.

“Penjelasan apa?”

“Hubungan kamu sama Agung.”

Nalani tersenyum lalu duduk di tempat tidurnya dan bersandar ke tembok dan Radina mengikuti apa yang dilakukan oleh istrinya tersebut.

“Nggak enak, aku tidur di pangkuan kamu boleh?” tanya Radina.

Nalani mengangguk dan Radina langsung menyimpan bantal di paha Nalani kemudian kepalanya menempel di bantal itu.

“Jadi, ada apa sebenernya?” tanya Radina.

“Agung dan aku bukan sahabat,” jawab Nalani.

“Jadi dia mantan pacar kamu?” tanya Radina dengan sinis.

Nalani menggeleng.

“Terus?” Radina jadi bingung.

“Agung itu omku.”

“Om?”

“Iya, Om.”

“Kenapa? Kenapa dia bisa jadi Om kamu?”

“Karena sebenernya aku bukan anak bapak dan ibuku yang ini. Aku juga bukan kembaran Narafi. Aku anak yang dibuang sama nenekku karena aku dipercaya bawa kesialan.”

“Apa?!”

“Menurut perhitungan orang pinter yang nenekku percaya, aku akan menjadi penghalang rezeki kalau aku tinggal di rumah yang sama dengan orang tuaku. Karena itu aku dibuang dan dijadikan kembaran Rafi karena kebetulan kami lahir di hari yang sama dan orang tua angkatku yang gak punya biaya untuk menebus Rafi di rumah sakit harus menerimanya.”

Tidak ada nada sedih saat Nalani berbicara sementara Radina jadi merasa bersalah.

“Agung tau kalau aku keponakannya yang hilang karena almarhum ibu kandungku pernah bilang kalau aku dibuang oleh nenekku saat aku lahir dan beliau menyuruh Agung untuk mencariku dan ya, Agung menemukanku waktu kecelakaan itu. Mukaku mirip almarhumah ibuku, makanya Agung mencari asal-usulku sampai dia tau kalau aku keponakannya yang hilang dan aku akhirnya tau kenyataan kenapa aku selalu diperlakukan gak adil oleh bapak dan ibu sekaligus aku gak pernah bisa berhenti mencintai Rafi.”

“Maksud kamu mencintai Rafi?”

“Aku cinta Rafi bukan sebagai kakak, aku mencintainya sebagai sosok pria yang utuh. Aku gak pernah ngerti kenapa, tapi aku selalu deg-degan kalau ada di sampingnya. Aku pikir dulu aku gila karena bisa jatuh cinta sama kakakku sendiri sampai akhirnya Agung muncul dan menjelaskan semua, aku akhirnya ngerti kenapa rasa cintaku ini bisa berlebihan.”

“Bahkan kamu mikirin dia sampe sekarang?”

Nalani tersenyum sambil mengelus pipi Radina.

“Aku udah punya anak dan suami, perlukah memikirkan masa lalu?” tanya Nalani.

Radina langsung duduk dan mencium bibir Nalani dengan lembut dan penuh perasaan. Manis. Tidak pernah Radina merasakan ciuman semanis ini, apalagi Nalani membalasnya. Mendadak tubuh Radina menegang dan haus akan birahi. Sudah lama anak yang gaul ini tidak merasakan itu sekarang.

“Nenek kamu, apa beliau masih ada?” tanya Radina setelah susah payah melepaskan dirinya dari Nalani yang begitu memabukkan.

Nalani mengangguk.

“Kamu gak mau ketemu beliau?” tanya Radina.

“Nggak. Lagipula aku gak ada kewajiban untuk menemui beliau. Aku udah punya Adnan dan kamu. Aku milik kalian berdua, bukan nenekku,” jawab Nalani.

Radina menyisir rambut Nalani dengan tangannya.

“Kamu gak nyesel nikah sama aku?” tanya Radina.

“Nggak. Punya mertua yang menerima kehadiran anakku meski dari hasil hubungan di luar pernikahan udah lebih dari cukup buatku,” jawab Nalani.

“Walaupun aku gak pernah nyentuh kamu?”

“Kalau kamu gak mau nyentuh aku, kamu nyentuh anakku pun udah cukup.”

“Anak kita, Nal, anak kita. KITA.”

Nalani tersenyum lagi lalu memeluk Radina. “Makasih untuk semuanya,” kata Nalani.

“Harusnya aku yang bilang itu. Makasih udah jadi istri dan ibu yang baik,” kata Radina dan merapatkan tubuhnya dengan Nalani.

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

6.4K 605 6
Ada banyak kata yang tak terucap di dunia ini. Karena di saat yang bersamaan, kita menyadari itu akan jadi hal terbodoh yang pernah kita ucapkan. Kam...
5K 452 7
Gita adalah salah satu anak dari sebuah keluarga terpandang dan kaya raya. Ia dihadapkan sebuah pilihan berat oleh orang tuanya yaitu menjadi istri a...
754K 21.1K 200
1000 puisi untuk Kamu yang kusebut rindu :) Cover By @Lil_Butterflies
MAS MANTAN!! [END√] Από ariyanafit

Εφηβική Φαντασία

627 127 21
Niat liburan malah ketemu mantan! Apa yang akan kamu lakukan jika liburan yang kamu pikir akan menyenangkan malah berubah menjadi bencana hanya karen...