SCHEIDING

Od Dilla_Srifalensia

6.7K 3.3K 610

Apa yang harus ku lakukan ketika sudah lima tahun aku tidak bertemu dengan seseorang lalu dipertemukan kembal... Více

00. Prolog
01. Awal
02. Psikopat Rumpi & Perawang
03. Orang yang Sama
04. Pertemuan Pertama
05. G-Team dan Dia
06. Futsal
07. Persembunyian
08. Sebuah panggilan
09. Bertatap Muka
10. Mulai Terbiasa
11. Insiden
WhatsApp (1)
12. Perpisahan
13. Awal yang Baru
14. Sebuah Penjelasan
WhatsApp (2)
15. Gegana
16. Janjian
17. Meet Her
WhatsApp (3)
19. Bimbang
20. Menunggu
WhatsApp (4)
21. Marah?
22. Pesan Misterius
23. Curiga
24. Kita?
25. Ungkapan Perasaan
WhatsApp (5)
26. Truth or Dare
27. Sisi lain Fikri
28. Canggung
29. Serba Salah
30. One day with him (1)
31. One day with him (2)
32. Selamat Ulang Tahun Sayang
33. Mas Andra?
34. Pernikahan
WhatsApp (6)
35. Jerawat Rindu
36. Penyelesaian
37. Akhir
EPILOG
Semua Tentang SCHEIDING
Tentang Andra
Mimpi (?)

18. Permainan Hati

178 95 9
Od Dilla_Srifalensia

JANGAN LUPA VOTE NYA YA <3

Permainan Hati

Apapun permainannya akan terasa membahagiakan. Kecuali satu, permainan hati ~

***

Padang, 2021

Pagi ini kampusku mengadakan sebuah event jalan santai. Ku pikir event ini mirip dengan car free day yang ada diJakarta sana. Tapi ini hanya pikiranku saja, karena aku tidak pernah pergi ke Jakarta.

Orang-orang memenuhi jalanan sekitar kampus dan mengenakan celana training. Seperti aku, aku menggunakan celana training dan baju kaos lengan panjang bewarna abu-abu dengan jilbab langsung (Jilbab sorong) bewarna hitam yang menutupi dadaku.

Aku tidak sendirian. Ada Andra, kak Hani, bang Fajar, dan Fikri disini. Kami tak sengaja bertemu saat aku memarkirkan motorku diparkiran. Saat itu juga aku teringat oleh pesan whatsapp dari Andra yang akan menungguku diparkiran. Ahh ada-ada saja anak itu.

“ Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan” ucap Fikri karena dia sedang melakukan pemanasan pada bagian kaki. Lanjut pada bagian tangan, dan sepertinya dia sengaja mengayunkan tangannya di depanku.

“Ihhhh Fikri” kesalku padanya karena tangannya mengenai mukaku.

“Apaan sih gue lagi pemanasan ni. Biar badan gak sakit-sakit. Emang nya elo” katanya menyindirku.

“Pemanasan sih pemanasan. Tapi tangan kamu juga gak usah sampe ke muka aku dong” jawabku sabar.

“Yaelah, pindahin aja muka lo biar gak kenak tangan gua” jawab Fikri seenaknya. Ia pun kembali melakukan pemanasan dibagian tangan. Lagi dan lagi tangannya sangat menggangguku.

Plakkk

“Anjayyyyy perih perih nikmat gaes. Gila lo ya Dil” ucap nya sambil mengelus-ngelus bahunya yang baru saja ku pukul.

“Lagian lo juga kebangetan sih Fik. Anak orang jadi kehabisan kesabaran” Ucap Andra sepertinya membelaku.

Jika berbicara denganku Andra menggunakan kata ‘Saya dan Kamu’. Jika dengan kak Hani menggunakan kata ‘Aku dan Kamu’. Dan jika dengan Fikri dia menggunakan kata ‘Lo dan Gue’.Sepertinya lelaki ini memang pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya.

“Iya, kalau kamu gituin aku pasti aku juga bakal ngelakuin hal yang sama kayak Dilla” ujar kak Hani membelaku.

Aku menatap Fikri dan memasang ekspresi wajah sombong untuk meledeknya.

“Yaelah biasa aja dong muka lo. Kayak anak-anak tau gak” lelaki yang satu ini memang selalu ceplas-ceplos.

“Iya, soalnya lucu” kata Andra membalas ucapan Fikri. Sedangkan aku segera mengalihkan tatapanku pada Andra. Ia terlihat sangat santai mengatakan hal itu didepan teman-temannya.

“Siapa yang lucu Dit? Dilla?” tanya kak Hani pada Andra.

“Yoi” jawab  Andra dan membuatku malu. Ku lihat wajah kak Hani yang sedikit menampilkan ekspesi tak percaya.

“Gass keun Dit” kata bang Fajar sambil tertawa.

“Baper lu baper” kata Fikri meledekku.

“Aku? Baper? Sorry, gak level” jawabku sombong. Padahal sebenarnya apa yang dikatakan Fikri ada benarnya juga.

“Yaudah. Jalan santai nya masih satu jam lagi. Kita sarapan dulu. Dil, kamu ikut sama kita aja ya” pinta Andra padaku.

“Gak usah deh. Kalian duluan aja. Aku udah sarapan kok” tolakku, aku sudah sarapan memang. Sarapan segelas energen coklat maksudnya.

“Udahlah Dil. Ikut aja, lagian teman-teman kamu juga gak ada kan?” ujar bang Fajar.

Tunggu dulu, maksudnya gimana? Apakah bang Fajar berpikir jika aku tidak memiliki teman dikampus seluas ini? hahaah yang benar saja. Tapi sayangnya itu semua benar. Bukan tidak memiliki teman sih. Lebih tepatnya aku belum memiliki teman dekat yang satu hati denganku.

“Yaudah deh” jawabku pada akhirnya.

“Adit yang ngajak lo tolak. Giliran si Fajar yang ngajakin lo ngikut. Curiga gue” ujar Fikri.

Siapapun, tolong musnahkan Fikri dari hadapanku sekarang juga. Jangan sampai bang Fajar mengetahui jika dulu aku pernah menyukainya. Ralat, aku mengaguminya- dahulu.

“Yaudah yuk. Mau makan apa?” tanya kak Hani pada kami semua.

“Gua mah ngikut. Walaupun gua orang kaya, tapi selera gua sama rata” ujar Fikri sombong.

“Sombong banget” ledekku.

“Apa! Masalah buatlo” katanya lagi.

“Apaan sih. Dari dulu suka banget gangguin aku” ujarku padanya.

“Dari dulu?” tanya kak Hani tiba-tiba.

“Hmmm langsung makan aja yuk. Gue yang bayarin” kata Andra.

Feelingku, Andra selalu menghindar saat kak Hani berusaha mengungkit pertanyaan mengenai masalalu. Benar bukan?

***

Kami berlima duduk melingkari sebuah meja. Lima porsi bubur ayam sudah tersedia didepan mata. Jujur saja, inilah kali pertamaku memakan bubur ayam. Ntah apa rasanya, aku tidak tahu. Aku tidak terlalu suka makan makanan yang lembek. Seperti bayi saja.

Melihat keempat orang dihadapanku memakannya dengan lezat aku sedikit tergiur. Apalagi mereka menambahkan banyak cabe di bubur ayam mereka. Aku jadi penasaran apa rasanya. Tak tanggung-tanggung aku memasukkan dua sendok makan cabai ke dalam piringku.

“Keras banget sih” ujar kak Hani pelan sambil membuka botol minuman miliknya. Tanpa aba-aba dapat kulihat jika bang Fajar langsung megambil botol itu dan membukanya dengan mudah. Lalu diberikannya pada kak Hani.

“Makasih Fajar” kata kak Hani dengan tulus sambil tersenyum manis.

“Sama-sama” jawab bang Fajar bahagia.

Aku mengalihkan pandanganku dari ke-uwu-an mereka. Lalu beralih fokus pada rasa pedas yang terasa menyanga dimulutku. Sumpah demi apapun, bubur ini terasa sangat pedas untukku. Bahkan, warnanya sudah berubah menjadi warna merah karena sambal yang kuberi terlalu banyak. Buliran keringat mulai mengalir dipelipisku. Sejenak ku hentikan untuk memakan bubur itu. Aku mengambil tisu yang sudah terletak diatas meja lalu mengelap wajahku yang sudah penuh dengan keringat.

“Dil? Are you okay?” tanya Andra sedikit khawatir melihatku. Aku menggeleng mendengar pertanyaan Andra. “Pedas banget” tanpa sadar airmataku keluar begitu saja.

Buru-buru Andra mengambil sebotol air putih dan memberinya kepadaku. Ku terima air pemberian Andra dan meminumnya dengan tergesa.

“Pelan-pelan Dil” ucap Andra cemas. Saat Andra mengatakan hal itu aku dapat melihat jika kak Hani tidak suka.

“ Udah mendingan?” tanyanya. Akupun mengangguk pelan.

“Syukurlah” katanya sambil bernafas lega.

“Bagus juga akting lo Dil. Takjub gua” kata Fikri memuji  atau menjatuhkanku.

“Aku lagi gak akting ya” ujarku sambil menangis. Kesabaranku sudah mulai habis.

“Ehhh jangan nangis dong. Gua bercanda doang” ujarnya karena melihatku menangis.

“Aku pergi ke teman-teman dulu. Makasih untuk sarapannya” akupun pergi meninggalkan mereka berempat.

“Bercanda lo keterlaluan Fik” kata Andra yang masih dapat kudengar. Ku percepat saja langkah kakiku meninggalkan mereka.

Dapat kurasakan jika seseorang mengikuti dari belakang. Namun ku biarkan saja. Aku pun memutuskan untuk menenangkan diri dibangku yang sudah tersedia sambil menenangkan diriku. Perkataan Fikri benar-benar menyakiti hatiku. Saat hendak menghapus air mata menggunakan jilbab yang ku kenakan, sebuah sapu tangan bewarna hijau army muncul dengan tiba-tiba.

“Jangan dilap pakai jilbab. Pakai sapu tangan saya aja.” Ujar lelaki itu. Siapa lagi kalau bukan Andra.

“Fikri emang gitu. Jangan terlalu kamu masukin ke hati. Dari dulu kamu udah tahu sifat dia kan.” Kata Andra. Aku mengangguk “Sangat menyebalkan” kataku.

“Itu kamu tahu. Sudahlah, kamu terlihat tidak cantik saat menangis” ucap Andra menenangkanku. Namun aku menyalahkan arti dan memberikannya sebuah tatapan sayu.
“yang bilang gua cantik emangnya siapa.” Jawabku malas dengan logat ‘Lo gua’.

“Ehh maksud saya bukan gitu. Aduhh serba salah jadinya” kata Andra gusar.

“Santuy” jawabku.

Obrolanku dan Andra berakhir sampai disitu saat kak Hani menghampiriku.

“Dil, gapapa kan?” tanyanya.

“Gapapa kok kak” jawabku tersenyum, padahal mataku sembab.
Ku lihat bang Fajar dan Fikri juga berjalan menghampiriku. Apalagi Fikri dengan tampang bersalahnya.

“Dil sorry. Gua gak bermaksud bikin lo sampe nangis gitu. Gua Cuma iseng, bener deh” katanya.

“No problem Fik” aku sudah mengetahui sifat jahil Fikri dari jaman dulu. Jadi ku maklumi saja.

“Makanya jangan bercanda terus” kata bang Fajar sambil meninju pelan bahu Fikri.

“Niat gua Cuma main-main doang” ujar Fikri.

“Semua permainan menyenangkan Fik. Kecuali satu, permainan hati” kata Andra dan berhasil membuatku tertegun.

***

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

123K 9.3K 25
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
GREAT GIRL Od api 💥

Nezařaditelné

1.7M 59.6K 39
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
228K 25.2K 87
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
160K 16.2K 22
[HIATUS] [Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar m...