kulamar dirimu | jaedong

De fullsunprince

21.7K 2.3K 422

[melamarmu | kulamar dirimu] Lee Donghyuck, manusia Borjuis yang memiliki dunia dalam genggamannya. Dan Jung... Mai multe

🔒 Operasi Keluarga Besan
✔ Intro, Cast
✅ Intro, Cast
♾ Last, Intro
1 • Awal Mula
2 • Memutar Waktu
3 • Lelahnya Donghyuck
4 • Masa Lalu
6 • Sweat Spicy Taste
7 • Rencana
8 • Cerita Air Mata & Kepergian
9 • Japan! Venice, I'll Comin'!

5 • Pertemuan Kembali

1.2K 172 8
De fullsunprince

Siang ini, Donghyuck bersama dengan Taeyong dan Minhyung, mengunjungi kantor sang Ayah.
Bukan acara yang penting sebenarnya, hanya saja sudah menjadi rahasia umum jika si tua Lee Dongwook itu sudah meminta anak-anaknya berkumpul untuk makan siang di perusahaan, berarti mereka bertiga harus rela meninggalkan apapun; termasuk kesibukan Donghyuck di kantornya yang terpaksa harus ia limpahkan kepada Chenle.

"Aku bersumpah akan menggunduli kepala si tua Bangka itu jika tidak ada Risotto di menu makan siang kita kali ini!"

Donghyuck dengan mulut pedasnya.

"Akan ku pastikan jika kepala Ayahmu itu masih akan tetap dipenuhi rambut sampai kapanpun!"

Taeyong menanggapi ocehan sang adik.

"Ayahmu juga!" Sergah Minhyung.

"Ya, ayah kita!"

Donghyuck memutar bola mata malas.

Mereka berjalan memasuki lobby setelah keluar dari mobil yang digunakan untuk menjemput ketiganya.
Hanya mobil perusahaan biasa, tak sampai seharga satu unit Jet Pribadi, tapi cukup untuk membeli 14 unit apartment sekaligus di kawasan Gangnam.
Terkesan? Biasa saja!

"Omong-Omong, Daehwi kemana?"

"Sepertinya dia sudah diruangan Ayah!"

Mereka memasuki lift khusus menuju lantai 24, ruangan Dongwook. Setelah berbasa-basi membalas salam dari receptions dan beberapa pegawai yang berpapasan dengan mereka.

"Si penjilat itu pasti sedang merengek minta dibelikan mobil baru pada Ayah!"

Taeyong dengan mulut nyinyirnya.

"Yah, agak susah memang jika kau punya pasangan yang sangat perhitungan terhadap keuangan!"
Timpal Minhyung.

"Itulah sebabnya Somi yang menjadi tangan kanan Ayah, bukan Daehwi!"

"Umm, yaa kau benar juga!"

"Kakakmu ini memang selalu benar!"

"Ck. Perbaiki sifat terlalu percaya dirimu itu, Hyung. Aku yakin lama-lama Johnny Hyung akan bosan dan meninggalkan--
AWW!!"

Donghyuck mengaduh saat kepalan tangan kakaknya mendarat di ubun-ubunnya.

Tak sampai lima belas detik, lift yang mereka naiki sampai diruangan megah berarsitektur kebarat-baratan, sesuai selera Nyonya Utama Lee, Ibu mereka.
Beberapa ornamen yang hampir seluruhnya dibuat khusus oleh pengrajin Eropa, berdiri kokoh disetiap sudut ruangan. Seperti bukan salah satu ruang dari sebuah perusahaan, terlalu mewah dan terkesan private. Jika saja tidak ada meja sekretaris persis disebelah pintu jati diujung ruangan.

Terpampang pula Lukisan Abstrak False Start karya Jasper Johns seharga Satu Triliun lebih, bertengger manis di dinding sebelah Timur ruangan, dikelilingi hiasan dinding lainnya yang tak kalah mahal.
Sungguh fantastis hanya demi sebuah hiasan dinding.

Ya, tapi rentetan angka dibelakang lambang dollar tidak ada artinya bagi keluarga Lee termasuk untuk sebuah lukisan. Karena bagi Dongwook maupun In Na, sebuah selera dan kepuasan yang terpenuhi merupakan yang termahal dibandingkan dengan harga berapapun.
Sungguh ciri manusia kelebihan uang.

Tok tok tok..

Taeyong memasuki ruangan terlebih dahulu setelah mengetuk pintu, disusul Minhyung dan Donghyuck.

Didalam sana, ada Daehwi tengah memainkan rubik dengan kaki berselonjor keatas meja, tubuhnya setengan tertidur. Sungguh Bossy sekali.

"Wah, lihat. Tuan muda kita rupanya sedang bersantai!"
Cibir Donghyuck sambil mendaratkan pantatnya diatas sofa mewah milik Ayah. Disamping sang adik.

[Jangan bosan dengan segala sesuatu yang terkesan Wah dan Fantastis, karena itulah ciri khas Lee]

Daehwi hanya melirik sekilas kemudian memainkan kembali rubiknya.

"Dimana Ayah?"

Minhyung menolehkan kepalanya kearah meja kerja sang ayah yang kosong.

"Keluar sebentar. Mengambil makan siang untuk kita!"

Daehwi sama sekali tak melepaskan matanya dari rubik.

"Tumben sekali dia mau repot-repot sendiri!"

"Aku rasa ada yang sedang direncanakan Ayah!"

Daehwi meletakkan rubiknya di meja, membenarkan posisi duduknya dan menatap serius ketiga kakaknya.
Kemudian pandangan itu jatuh tepat dimanik Donghyuck.

"Bersiap-siaplah!"
Ucapnya tajam.

Satu kalimat dari adiknya membuat Donghyuck mau tak mau merasa was-was. Dikepalanya berputar berbagai kemungkinan, dan semua itu berakhir pada satu kemungkinan yang sangat Donghyuck hindari seumur hidupnya, siapa lagi kalau bukan Jung Jaehyun.

"Apa yang tidak ku ketahui?"

Taeyong membuka suara setelah melihat respon Donghyuck atas ucapan si bungsu.

"Kau akan tau sebentar lagi, Hyung!"

Sebagai satu-satunya Dominant dari keempat keturunan Lee Dongwook, Daehwi memang menjadi sosok yang misterius menurut kakak-kakaknya. Tingkat kepekaannya lebih tajam daripada ketiga saudaranya yang lain.

"Aku--- ke toilet sebentar!"

Donghyuck buru-buru keluar ruangan sang Ayah. Padahal, diruang kerja ayahnya juga terdapat satu toilet pribadi khusus untuk Dongwook, dan satu untuk tamu. Tapi Donghyuck memilih keluar ruangan.

"Mungkin toilet lantai satu!"
Gumam Minhyung yang langsung mendapat cubitan manja dari Taeyong.

"Kau semakin mirip dengan suamimu! Selera humor yang payah!"

"Ahahaha.. Yeah, aku membawa darah dan daging Lucas dalam diriku, Hyung. Rasanya wajar kalau diriku memiliki rasa yang sama dengannya!"

Minhyung berucap sangat santai sambil tertawa, sedangkan Taeyong mendengus sebal.

"Daehwi, apa maksud ucapanmu pada Donghyuck barusan?"

Taeyong mengalihkan fokusnya pada si adik bungsu.

"Hmm? Tidak ada! Hanya mengingatkan, kalau sesuatu yang harusnya terhubung, pada akhirnya akan tetap terhubung!"

Jawaban Daehwi sama sekali tak membantu Taeyong. Tapi, di fikirannya terlintas satu nama.

"Jangan bilang------"






"Halo anak-anakku!"

Ucapan Taeyong terpotong ketika Dongwook memasuki ruangan. Dan--





--Jung Yunho, berjalan tepat dibelakangnya.

"Ah, shit!"
Umpat Taeyong. Dia mulai memahami keadaan.




...



Donghyuck menatap pantulan dirinya di cermin wastafel didepannya.
Menelusuri setiap lekuk dari mulai alis, kelopak mata, sampai ke dagu.

"Kenapa aku seperti terjebak dalam tubuh yang sama dengan beberapa tahun yang lalu?!"

Ia bermonolog.

Ya, memang. Donghyuck tak memiliki perubahan yang signifikan sejak masa sekolah dahulu.
Maksudnya, fisiknya masih sama saja, tidak ada tanda-tanda pubertas atau bahkan dewasa seperti Kaum Adam pada umumnya, seperti jakun, garis rahang, dan lainnya.
Semuanya masih sama, layaknya belia. Bahkan suaranya masih sama seperti saat kanak-kanak dulu.

"Menyebalkan!"

Donghyuck mengusap kasar wajahnya yang basah.

Baginya, ke-awet mudaannya sama sekali bukan sebuah hal yang patut dibanggakan.

Donghyuck justru merasa sebal, sebab ia merasa seperti melihat dirinya yang menjijikan di masa lalu; Lee Donghyuck yang menjadi budak cinta seorang Jung Jaehyun.

Ah, nama itu lagi. Donghyuck rasanya ingin berteriak saat ini juga. Ayah sialannya, ingin sekali Donghyuck menonjok wajah tua yang selalu terlihat angkuh itu agar tak seenaknya membawa seseorang yang mati-matian Donghyuck anggap lenyap dari muka bumi, kembali terangkat ke permukaan.

"Ssshhhh!"
Donghyuck mendesis saat dinginnya air kran mengalir dari wajahnya hingga ke leher. Membasahi kerah kemeja flanel berwarna biru muda yang siang ini ia kenakan.

Donghyuck menyudahi acara mendinginkan kepalanya dan keluar dari toilet yang biasa digunakan oleh sekretaris ayahnya itu.

Langkah yang tadinya memang pelan, otomatis terhenti total.

Penyebabnya? Seseorang luar biasa dengan setelan formalnya dan se-cup kopi ditangannya yang baru saja keluar dari lift.

Kalau bisa, Donghyuck ingin meminta pada Tuhan agar nyawanya diambil saat ini saja. Jika bumi menelannya secara utuh pun, Donghyuck tak akan keberatan. Itu lebih baik daripada ia kembali beradu tatap dengan pemilik mata seindah jelaga yang sialnya semakin menawan itu.

Tubuhnya Tremor seketika, pasokan oksigen yang harusnya kilir mudik masuk kedalam paru-parunya mendadak terhenti, seseorang seperti tengah mencekiknya secara tak kasat mata. Pandangannya mengabur terhalang kabut imajiner.

"Tidak tidak!!"

Gumamnya patah-patah saat dirasa Jaehyun mengambil langkah mendekat. Semuanya lambat, saat tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Pandangan Donghyuck hampir total menghitam saat Jaehyun berada beberapa langkah darinya.

Tapi ia kembali bisa menguasai dirinya, dipasangnya wajah angkuh Khas Lee Donghyuck sang pengusaha sukses abad ke-20 ini.

Tidak sudi ia kalah dari masa lalu yang luar biasa menyebalkan seperti si Jung ini. Mana bisa, seorang pemilik Wedding Organizer terbaik se-Korea itu terlihat lemah didepan Sang Mantan.

Dengan langkah pasti dan wajah sedikit mendongak, angkuh, Donghyuck berlalu dari hadapan Jaehyun, santai memasuki ruangan sang Ayah.



...


"Aku ingin membeli kopi sebentar!"

Jaehyun menghentikan langkahnya mengikuti Ayah dan Calon Ayah Mertuanya itu.

"Oh. Ingin Ayah pesankan?"
Dongwook menawarkan.

"Tidak perlu, Ayah Lee. Aku masih hafal jalan menuju kantin perusahaan!"
Jaehyun tersenyum lembut, seperti biasa.

"Yasudah, jangan terlalu lama. Kalau sudah mendapatkan kopimu, segeralah naik keruangan biasa!"

Itu Ayah Jung yang menimpali.

Setelahnya, kedua orang tua itu menaiki lift menuju ruangan Dongwook, dengan beberapa paper bag dikedua tangan mereka.
Sementara Jaehyun berbelok kearah Utara, tempat cafetaria perusahaan.

Seusai mendapatkan yang dia kehendaki, Jaehyun menyusul Ayahnya dan Dongwook ke lantai 24.

Bukan tanpa alasan dia memerlukan kopi, meskipun nanti dia akan makan makanan berat, tapi setidaknya kopi mampu mengurangi sedikit rasa gugupnya.

Ya, dia gugup, tentu saja. Untuk pertama kalinya, lagi, setelah bertahun-tahun, dia akan kembali bertemu langsung dengan sang Ratu hatinya, Lee Donghyuck.

...

Ting

Lift terbuka tepat dilantai 24, sambil berjalan keluar, Jaehyun menyeruput Kopinya dengan santai, kelihatannya.

Tapi, apa yang dia lihat pertama kali di lantai 24 perusahaan Lee Dongwook ini membuat kerja jantungnya mendadak menggila.


Itu dia. Donghyuck-nya.

Kedua pasang mata itu saling menatap dalam gerakan lambat, hanya sepersekian detik sebelum Donghyuck menjadi yang pertama memutus pandangan mereka.

Donghyuck-nya masih sama. Manis. Seperti permen kapas yang terakhir mereka nikmati beberapa tahun silam. Tidak ada yang berubah dengan Pujaan Hatinya.

Donghyuck-nya, masih sama. Selalu memikat. Tak pernah gagal membuat jantungnya berdegup ribut.

Tapi,

Kenapa Donghyuck-nya berjalan angkuh? Apakah ia ingin menunjukan kalau ia baik-baik saja selama ini, atas penghianatan yang secara tidak sengaja Jaehyun lakukan?!

Jaehyun menatap nanar punggung sempit berlapis kemeja biru langit yang perlahan menjauh dan memasuki ruangan Dongwook.

Ia lebih memilih melihat Donghyuck menangis, menanyakan alasan Jaehyun yang duku tiba2 pergi dan tak kunjung menemuinya.







Jaehyun nelangsa dengan sikap Donghyuck. Jujur. Tapi, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Jaehyunlah api dari segala asap sikap Donghyuck kini.

Baginya tak penting sekarang, Donghyuck perlahan bisa dia jinakkan kembali, seperti dulu. Yang terpenting adalah mengikatnya dengan sebuah pernikahan, seperti janjinya dulu.

Jaehyun melangkah sedikit lebih cepat, menyusul Donghyuck memasuki ruangan Dongwook. Bersiap memulai segalanya yang bisa membuat Donghyuck kembali menjadi Donghyuck-nya.





...








TBC.





Wah, udah ketemu aja tuh si Jahe sama Hyuck.😱😱
Apa yang akan mereka lakukan diruangan Tuan Lee Dongwook habis ini, kita serahkan semuanya pada pinkcarnation_ dan Admin C.
Ehehehe..

Saya, Sajadahnya Doyoung imoy77, undur diri dulu. Haseeekkk

Jaga kesehatan, jaga pola makan, terlebih jaga hati buat doi. Kayak akyu yang setia sama Kanjeng Doyoung. Ehehe..

Semangat dan Selamat puasa buat yang ngejalanin. Eh tapi, inikan malem yaa? Ahahahaha..

Jangan lupa streaming Ridin' nya yaa gesss.. Terus persiapkan hati juga menunggu kambeknya ilichill. Emuah😘😘

Paypayyy💙💙💙

Continuă lectura

O să-ți placă și

106K 10.3K 86
bertahan walau sekujur tubuh penuh luka. senyum ku, selalu ku persembahkan untuknya. untuk dia yang berjuang untuk diri ku tanpa memperdulikan sebera...
839K 58.7K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
195K 3.1K 11
suka suka saya.
302K 377 4
21+