HALU(Completed)

MartabakKolor tarafından

587K 98.3K 2.9K

Ini menceritakan tentang kisah percintaan seorang gadis yang memiliki tingkat halusinasi tinggi. Dirinya perc... Daha Fazla

Prolog
1 ||JODOHKU!
2 ||HANA YANG PERTAMA?
3 ||HANA CINTA LUKAS
4 ||KECEWA
5 ||LUKAS YANG MANIS
6 ||HANA SI DORA
7 ||BERKUNJUNG
8 ||PUISI CINTA
9 ||KEKOSONGAN
10 ||MULAI TERBIASA?
11 ||HANA LAGI
12 ||DERITA LUKAS
13 ||PERHATIAN LUKAS
14 ||AJAKAN NGEDATE
15 ||NGEDATE
16 ||PELUKAN TIBA-TIBA
SMA Cakrawala Spesial Malam Tahun Baru
17 ||TEROR
18 ||LAGI?
19 ||MULAI MENJAUH
20||JADIAN?
21||RESMI
22||HARI PERTAMA
23||Spent the Whole Day With Lukas
24||TERUNGKAP?
25||SANDARAN LUKAS
26||KENYATAAN MENGEJUTKAN
27||PERMINTAAN MAAF
28||FIRASAT BURUK
30||LUKAS
31||RENCANA
32||DI UJUNG TANDUK
33||INGIN MENYERAH
34||KESEDIHAN
35||PENYESALAN
36||LUKA YANG BEGITU DALAM
EPILOG
Extra Part?
EXTRA PART
PENGUMUMAN
EXTRA PART 2
LEO

29||MEMBAIK

9.3K 1.8K 81
MartabakKolor tarafından

"Rahel? Ini beneran lo?" Hana terkejut saat melihat Rahel berdiri di samping ranjangnya. Ia hendak bangun namun kepalanya terasa pusing.

"Jangan banyak gerak, Na." Ujar Lukas mengingatkan.

"Rahel lo-"

"Gue minta maaf." Gadis berambut sebahu itu menunduk merasa bersalah. "Gara-gara nyelametin gue, lo yang kena imbasnya."

Hana tersenyum tulus kearah Rahel. Tangannya bergerak mengambil tangan Rahel yang saling menggenggam. Melihat hal itu Rahel mendongakkan pandangannya menatap Hana.

"Kita sahabat. Harus bisa jaga satu sama lain."

Mendengar penuturan dari Hana, hati Rahel menghangat. Senyum lebar terbit di wajahnya. "Jadi, lo udah maafin gue?"

Hana menggeleng, "Disini lo nggak salah, Hel. Tapi gue. Maafin gue, ya?"

Rahel mengangguk antusias. Ia menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan Hana. "Jadi kita balik jadi kembaran lagi kan?"

Hana terkekeh lalu menautkan kelingkingnya dengan milik Rahel. "Nggak ah. Orang cantikan gue."

"Nyebelin ya, lo."

"Ehem! Ehem! Kacang mahal kacang mahal!" Sindir Reyhan yang merasa dianggurkan. Sontak Hana dan Rahel tertawa.

"Makan-makan dong." Celetuk Reyhan.

"Siapa yang ultah?"

"Nggak ada. Lo berdua 'kan baru baikan. Syukuran dong." Balas Reyhan yang langsung mendapat acungan jempol dari Nova. Lukas memutar bola matanya malas, duo kurcaci ini memang hobi sekali makan.

"Nanti kalau gue udah pulang dari rumah sak- Awhh!!" Ucapan Hana terhenti saat rahangnya terasa sakit. Lukas yang melihat itupun panik, ia mengelus rahang Hana yang terasa ngilu lalu memperingatkan agar gadis itu lebih berhati-hati.

Reyhan yang melihat adegan itupun segera berdehem, "Kayaknya kita disini ganggu deh. Yuk keluar Nov, Hel."

Ajakan Reyhan disetujui oleh Nova dan Rahel. Ketiganya keluar ruangan meninggalkan Hana dan Lukas disana.

"Sakit?" Tanya Lukas. Hana mengangguk. Dirinya tidak berbohong seluruh bagian tubuhnya terasa ngilu dan perih.

"Mana yang sakit?" Tanya Lukas lagi. Hana menunjuk tangannya yang terluka. Karena peka Lukas segera meniup luka Hana berharap bisa menghilangkan rasa sakit itu. "Mana lagi?"

"Ini juga sakit." Hana menunjuk lututnya.

"Ini malah tambah sakit. Elusin dong." Hana menunjuk kepalanya yang diperban, Lukas pun menurutinya.

"Tapi ini juga sakit."

"Ini juga Lukas."

"Aw yang ini sakitnya tambah parah."

"Lukas tiupin rahang aku."

"Bibir aku juga sakit. Cium dong."

"Ngelunjak ya, kamu." Lukas merasa geram dengan tingkah laku Hana. Ia menatap Hana kesal lalu duduk di kursi sebelah ranjang Hana.

"Iya, maaf. Sama pacar sendiri manja sekali-kali nggak papa, 'kan?"

"Hm."

                             *****

"Mami jangan dikasih tahu soal ini ya, Bi. Hana nggak mau Mami khawatir." Ujar Hana disertai senyum sendu diakhir kalimatnya. Tidak apa-apa Mami-nya tidak berada di sampingnya ketika keadaannya seperti ini. Daripada nanti dia membuat Maminya repot hingga pekerjaannya terbengkalai.

"Iya Non." Jawab Bi Sarmi seraya mengacungkan jempolnya. Bi Sarmi memberikan potongan apel yang baru saja dikupasnya kemudian menyuapkannya untuk Hana. Terkadang Hana merasa kalau orang tuanya adalah Bi Sarmi. Mengingat wanita paruh baya itu begitu perhatian terhadapnya. Bukan hanya sekedar ART dengan majikannya.

"Masih ada yang sakit nggak Non?" Tanya Bi Sarmi. Ia mengelus rambut panjang Hana dengan penuh kasih sayang lalu membenarkan letak pita kuning Hana yang semula miring.

"Badan Hana masih agak linu-linu. Tapi udah nggak papa kok. Kan kemarin habis dipijitin pangeran Hana." Ujar Hana. Gadis itu tersenyum senang mengingat semalaman Lukas menemaninya, memijatnya, melakukan apapun yang Hana suruh tanpa ada bantahan. Sempat terlintas di pikiran Hana untuk sakit selamanya saja.

"Non mah, kalau udah berhubungan sama Den Lukas suka lupa sama segalanya."

"Namanya juga cinta, Bi."

Bi Sarmi terkekeh, "Iya-iya yang lagi kasmaran."

Hana tersenyum, "Oh iya Mami ada telpon Bibi nggak?"

Bi Sarmi menggeleng, "Enggak Non. Kenapa? Non Hana kangen sama Nyonya?"

Hana menunduk sedih. Entahlah setiap mengingat Maminya Hana selalu merasa sedih. Hatinya terasa hampa, kosong, ambyar, semuanya bercampur menjadi satu. Hana bahkan sudah lupa kapan terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama.

Hana kembali meringsut tidur. Ia menarik selimutnya hingga sebatas dada. "Hana tidur dulu Bi. Pusing. Bibi pulang dulu aja, belum mandi kan?"

Awalnya Bi Sarmi ragu menyetujui saran Hana. Namun mengingat dirinya belum mandi dan masih mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin akhirnya Bi Sarmi menuruti permintaan Hana.

"Yaudah Bibi pulang dulu. Kalau ada apa-apa langsung telpon ya."

Hana mengangguk lalu memejamkan matanya. Melihat itupun Bi Sarmi segera bergegas pulang. Setelah Bi Sarmi menghilang si balik pintu, Hana kembali membuka matanya.

"Mami....." Lirihnya.

                               *****

Hana tersenyum malu-malu. Tangannya bergerak memilin baju rumah sakit yang dirinya kenakan. Bibirnya ia gigit kuat-kuat agar tidak menimbulkan jeritan. Dihadapannya kini Lukas berdiri dengan membawa sebucket lily di tangannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Lukas. Memang dasarnya cowok itu tidak peka. Cewek mana yang tidak senang jika dibawakan bunga?

"Nggak papa." Jawab Hana malu-malu.

"Kak Hana bapel kali." Celetuk Adel yang tengah asik memakan permen lolipopnya. Lukas menatap adiknya sejenak lalu mengangguk-angguk paham.

"Baper karena aku bawain bunga? Orang mati aja dibawain bunga, kenapa mesti baper?"

Jleb

Hana sontak mendongakkan kepalanya menatap Lukas tajam. Jadi cowok itu menyamakannya dengan orang yang sudah mati? Kurang ajar memang, pacar sendiri dikatai seperti itu. Hana menarik napasnya dalam agar tidak melemparkan umpatannya kepada Lukas. Ia mencoba untuk biasa saja dengan ucapan yang selalu dilontarkan cowok itu.

"Enggak. Aku nggak baper, Adel mah sok tahu." Ujar Hana akhirnya. Ia melirik ke arah bunga yang masih ditangan Lukas. "Lagian aku nggak suka bunga."

Kening Lukas sedikit berkerut lalu mengedikkan bahunya cuek. "Yaudah kalau nggak mau. Nanti bisa aku kasih ke Bi Sarmi."

Dasar nggak peka! -Batin Hana kesal.

"Bi Sarmi udah tua. Nggak mungkin dia mau, nanti kalau dia baper gimana?"

"Baper juga nggak papa."

"Terus aku gimana?" Tanya Hana disertai pelototan matanya.

"Tinggalin."

"Ish jahat!" Hana bersedekap dada. Wajahnya berubah masam dengan bibir cemberut. Bisa tidak Lukas bersikap manis saja satu hari penuh?

Lukas menepuk pelan puncak kepala Hana. Gadis itu selalu bisa membuatnya merasa geli dengan tingkah laku kekanakannya. "Makanya nggak usak sok gengsi."

"Biar kali-kali kelihatan aku yang nolak kamu."

Lukas terkekeh, "Nggak usah berperilaku kayak gitu. Aku udah terbiasa sama sikap kamu. Nggak perlu jadi orang lain kalau jadi diri kamu sendiri aja udah buat aku bahagia."

Hana benar-benar meleleh sekarang juga. Tatapan mata Lukas mampu menghipnotis dirinya. Hana memegang dadanya agar Lukas tidak mendengar detakan jantungnya yang berpacu cepat.

"Kenapa? Deg-deg an?" Tanga Lukas saat menyadari gerak gerik Hana.

"Adel juga seling deg-deg an kalau dipacal-pacalin sama Dewa." Celetuk Adel. Anak jaman sekarang memang kebanyakan pikirannya sudah tercuci oleh yang namanya cinta. Memang benar kalau cinta tidak mengenal umur. Buktinya saja, Adel yang bahkan baru berusia tujuh tahun saja sudah main cinta-cintaan.

"Dasar bocah." Gumam Lukas.

                               ****

"Na, gue rasa kalau kita baikan kayak gini tanpa ada penjelasan rasanya kurang lega deh." Ujar Rahel. Gadis itu tengah menyuapi Hana bubur.

"Gue sebenernya juga penasaran. Kenapa waktu itu lo sering berangkat pagi?"

Rahel tersenyum, dugaannya benar kalau itu adalah salah satu penyebab Hana menuduhnya. "Tapi Na, jangan kasih tahu siapa-siapa soal alasan gue ini ya?"

Sedikit kernyitan muncul di dahi Hana namun setelah itu ia mengangguk menyetujuinya. "Oke."

"Sebenernya, alasan gue selalu berangkat pagi itu karena gue mau ngasih bekal buat Reyhan." Ujar Rahel pelan.

Hana melebarkan matanya. Jadi sahabatnya ini suka diam-diam dengan Reyhan sahabat Lukas. "Jadi, lo-"

"Iya, gue suka sama Reyhan." Potong Rahel. Pipinya mendadak berubah warna menjadi merah.

Hana membungkam mulutnya terkejut kemudian menyemburkan tawanya keras. "Jadi lo sok-sok an nolak dia padahal sebenernya lo suka?" Hana kembali tertawa sambil memukul ranjangnya.

Rahel yang melihat itupun merasa kesal lalu membungkam mulut Hana yang masih mangap karena tertawa menggunakan sesendok penuh bubur membuat gadis itu tersedak tiba-tiba.

"Kampret lo."

Rahel terkekeh, "Beneran jangan bilang siapa-siapa oke?"

"Tenang aja." Jawab Hana dengan senyuman. Dia tahu kalau sahabatnya ini memiliki gengsi yang besar. Malu untuk terang-terangan menyatakan cinta. Tidak seperti dirinya yang bahkan tidak mempunyai urat malu.

"Terus soal mawar itu?" Tanya Hana ragu.

"Itu mawar pemberian Reyhan. Di taruh di laci gue." Jawab Rahel.

Hana mengangguk-anggukkan kepalanya. Jadi seperti itu ceritanya. Hana masih merasa bersalah akibat tuduhannya."Terus Hel, soal kertas warna merah yang gue lihat di tas lo?"

Rahel tertawa sampai matanya menyipit, "Lo lupa? Kita kan ada tugas buat bikin puisi di kertas warna? Nah berhubung gue suka merah, jadi gue pilihnya yang merah lah."

Hana menepuk jidatnya. Dirinya bahkan lupa kalau ada tugas Bahasa Indonesia. "Hel, maafin gue ya?"

Rahel mengangguk. "It's Ok. Yang penting sekarang udah baikan 'kan?"

Suara dering telpon membuat fokus Hana teralihkan. Ia mengambil telponnya yang berada di nakas lalu mengerutkan keningnya saat melihat nama Lukas Ganteng tertera di sana. Hana menggeleng tak percaya, ini kali pertama Lukas menelpon dirinya. Dengan jantung yang berdetak cepat Hana menekan tombol hijau lalu mendekatkan ponsel kearah telinganya.

"Hallo-"

"Hallo kak Hana, Kak Lukas malah-malah dan kabul dali lumah."

Suara Adel diseberang sana membuat Hana terkejut bukan main.

****

Salam,

Ia💓

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

515 162 21
Arfalo Nicko Langit dan juga Arbecca Bumi Valova dipertemukan saat nenek becca dipanggil Allah SWT dari sinilah kisah mereka dimulai. "zizi, lucu" "...
712 422 11
Sebuah kisah yang penuh dengan intrik dan rahasia antara Aneska Dania, seorang gadis yatim piatu dengan bakat seni yang luar biasa, dan Liam Keane Ru...
2.4M 218K 52
TERSEDIA DI GRAMEDIA📍 "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak per...
1.4K 824 10
Queensha Helena. Perempuan berparas cantik, dengan rambut panjang blonde cremnya dapat memikat para kaum adam dengan mudahnya, tak terkecuali Biru da...