The Bastard's Angel

Da ameyliamd

58.6K 3.8K 632

Genre : Romance, Young Adult Rate 17+ Don't Copy My Story | DILARANG PLAGIAT! ---------- Angela Princessa Hud... Altro

The Bastard's Angel
The Bastard's Angel | Part 1 - My Angel
The Bastard's Angel | Part 2 - Love Bird's
The Bastard's Angel | Part 3 - No Sex Before Married!
The Bastard's Angel | Part 5 - Poor Jarvis
The Bastard's Angel | Part 6 - I'll Wait
The Bastard's Angel | Part 7 - Mafia
The Bastard's Angel | Part 8 - Worry
The Bastard's Angel | Part 9 - Who Are You?

The Bastard's Angel | Part 4 - Such a Crazy BOY

6.4K 441 81
Da ameyliamd

Coba yang nungguin cerita ini komen.

Jangan lupa VOTE, KOMEN, dan SHARE ke temen-temen/keluarga kalian! ❤️

ini part agak konyol, tapi aku kasih tahu...cerita ini hanya mengandung konflik ringan (Kalau authornya gak berubah pikiran ya) kasian mereka kalo dikasih yang berat-berat 😉

CEKIDOT!


"Tapi, kata Jarvis—Daddy bilang jika—"

"Ssshh... kita bisa melakukan apapun, yang kita sukai, sayang. Asal..." Jarvis sengaja menggantung ucapannya, menggantikannya dengan ciuman gemas di bibir penuh milik Angela dengan tangan-tangannya yang sudah bergeriliya menyentuh tubuh indah Angela.

"Asal apa, Jarvis?" Angel terengah, tangannya meremas pakaian yang pria itu kenakan. Dia merasa sangat liar hanya karena sebuah ciuman yang Jarvis berikan.

"Asal tidak ketahuan." Bisik Jarvis nakal sambil kembali menyerang gadisnya.

The Bastard's Angel

Part 4 – Such a Crazy BOY

________________

"Jarvis..."

"Hmmm."

"Apa kamu tidak mengantuk?"

Jarvis tersenyum tipis, bibirnya yang sedang berada di hadapan perut rata Angel berhenti melakukan aksinya. Kepalanya mendongak untuk menatap gadis itu, matanya sayu dan Angel terlihat sudah tidak bisa menahan kantuknya lagi.

"Kau mengantuk, sayang?" Tanya Jarvis saat dia sudah mensejajarkan wajahnya dengan Angela. Anggukan polos yang gadis itu lakukan membuat Jarvis terkekeh kecil.

"Tidurlah."

"Jarvis tidak pulang?"

"Tidak, aku masih merindukanmu sayang." Jawab laki-laki itu sambil membawa Angel untuk masuk ke dalam pelukannya. Mengusap rambut halus gadis itu penuh kasih.

"Tidurlah, Angel. Aku akan menemanimu."

"Hmm." Anggukan ringan Jarvis rasakan. Rasanya selalu nyaman jika sudah bersama Angel. Jarvis seakan melupakan segala masalah yang sedang terjadi dalam hidupnya.

Angel terlihat sudah terlelap dalam tidurnya. Dan Jarvis... laki-laki itu nampak memandangi langit-langit tanpa menghentikan sedikitpun usapan lembutnya yang sekarang menjalar ke punggung gadis itu. Sampai akhirnya Jarvis ikut terlelap juga di tengah keheningan itu.

****

Suara dering ponsel membuat Jarvis menggeliat tidak suka. Angel yang sedang berada dalam pelukannya itu juga terlihat bergerak tidak nyaman.

"Sshh, tidurlah Angel." Jarvis mengambil ponselnya, mematikannya tanpa mau repot-repot melihat siapa yang telah mengganggu tidurnya dan Angel.

Angel tampak kembali terlelap, gadis itu mendekatkan tubuhnya lebih dekat ke dalam kehangatan tubuh kekar Jarvis. Laki-laki itu menghela napas lega karena Angel masih lelap dalam tidurnya, Jarvis memutuskan untuk melihat ponselnya.

Melihat nama adiknya yang tertera disana meyakinkan Jarvis bahwa ada sesuatu yang cukup penting sehingga Jackson harus menghubungi dirinya di pagi buta seperti ini. Perlahan-lahan Jarvis mengangkat kepala Angel yang menajdikan lengannya sebagai bantalan hingga laki-laki itu menidurkan Angel di bantalnya kembali. Laki-laki itu mengecup bibir Angel sebelum bangkit dari ranjang dan berjalan menuju balkon.

"Ada apa, Jack?" Tanpa berbasa-basi Jarvis langsung bertanya pada adiknya dengan nada kesal.

Jarvis diam, dengan seksama mendengar penjelasan dari seberang sana. Wajahnya tampak serius dan tubuhnya menegang.

Jarvis menghela napasnya pelan, "Aku akan kesana, untuk sementara kau bisa menanganinya bukan?"

"Baiklah, aku mempercayaimu Jack. Lakukan dengan baik."

Itu merupakan pembicaraan terakhir, Jarvis menutup panggilannya. Matanya menatap Angel yang sedang tertidur.

"Hey..."Jarvis duduk di tepi ranjang dan mengusapkan tangannya pelan ke lengan gadis itu.

"Angel, bangun." Sebenarnya Jarvis benci membangunkan Angel, tapi apa boleh buat. Dia sedang terdesak.

"Angel sayang, bangun." Kali ini Jarvis mengusap pipi lembutnya, Angel melenguh kesal karena tidurnya diganggu. Namun, beberapa detik kemudian gadis itu menggeliat pelan dan membuka matanya pelan.

"J, ada apa?" Suara serak gadis itu menyapa, Angel mengucek matanya pelan dan tampak dirinya belum benar-benar tersadar penuh dari tidur lelapnya.

"Ini masih pagi sekali." Angel nampak bingung, dia juga tidak akan pergi ke sekolah karena ini masih summer holiday-nya, tapi kenapa Jarvis membangunkannya sepagi ini.

"Bangun, Angel." Jarvis mencubit gemas hidung mancung gadis itu karena Angel tak kunjung sadar.

"Aduh! Angel sudah bangun, J." Rutuk gadis itu kesal karena tidurnya terganggu.

"Bersiaplah, kita akan pergi ke Italy." Ujar laki-laki itu santai sembari mengecup bibir gadis itu.

"Apa?! Italy!" Angel sontak bangkit dari tidurnya, tubuhnya menegang mendengar ucapan Jarvis. Gadis itu memandang Jarvis dengan mata cokelatnya dengan pandangan tidak percaya.

"Angel, kau sudah mendengarnya dengan baik. Tidak perlu berteriak seperti itu, sayang."

"Angel belum izin dengan Dad dan Mama."

"Tenang, sayang. Ayo mandi, atau perlu aku mandikan, hm?" Goda Jarvis dengan kedipan nakalnya.

"Big NO! Jangan, nanti Daddy mengamuk lagi padamu dan memukulmu lagi, Angel tidak mau!"

"Kau sangat sayang padaku, ya?" Lagi-lagi Jarvis menggoda gadis itu yang sudah merona malu itu.

"Jarvis!!! Berhenti menggoda!" Teriaknya marah, "Tapi, J... Bagaimana bisa dan kenapa tiba-tiba begini? Angel bahkan belum bersiap-siap," sambung Angel masih kebingungan.

"Tidak perlu panik, bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk bersiap-siap beberapa detik yang lalu."

"Tetap saja, bagaimana dengan Daddy—"

"Sshh, itu urusanku. Tugasmu hanya bersiap-siap dan mandi. Mengerti?"

"Tapi..."

Cup.

"Angela, dengar... mandilah, aku menunggumu dan jangan membantah lagi, baby."

"Baiklah."

"Good girl."

Jarvis teresenyum senang, kemudian mengambil ponselnya kembali. Menghubungi seseorang.

"Helicopterku, aku tunggu 1 jam lagi di helipad di Mansion keluarga Hudson." Jarvis tersenyum penuh arti, ini begitu menantang dan sepertinya akan sangat seru.

****

"Angel, kau mau kemana sayang?" Tanya Jarvis pelan saat dirinya keluar dari kamar mandi dengan handuk yang mellilit di pinggang.

Gadis itu nampak sudah cantik dan siap untuk diajaknya pergi.

"Angel mau turun, perut Angel lapar." Jawabnya polos.

"Jangan, tunggu aku! Dan satu lagi, kita akan makan di pesawat." Jarvis menggosok rambutnya yang basah dengan terburu-buru. Memakai kaos hitamnya yang memang tertinggal di kamar gadis ini dengan cepat, tidak melupakan denim jaket yang dia pakai semalam.

"Jarvis! Kenapa kau telanjang? Kau tidak malu, hm!" Angel menutup matanya kesal saat dengan santainya pria itu naked di hadapannya.

"Hanya padamu, tidak perlu menutup mata Angel. Semuanya milikmu," kekehnya.

"Suara apa itu? Apa Dad akan pergi dengan helinya?" Tanya Angel saat mendengar suara helicopter yang tidak begitu keras karena jaraknya yang cukup jauh.

"Angel, ambil ponselmu. Kita berangkat sekarang!" Jarvis menarik tangan gadis itu dan berjalan ke arah jendela.

"Kenapa kita kesini, pintu keluar ada disana. Lagipula koperku—"

"Ssst, lewat sini lebih seru Angel!" Ujar Jarvis yang sudah melompat lebih dulu dengan begitu mudahnya. Tidak ada keraguan sama sekali dalam lompatan itu.

"Ayo Angel, kau aman! Aku akan menjagamu di bawah, aku tidak akan membiarkanmu terluka." Tukas Jarvis gemas saat gadis itu tidak mengikuti instruksinya dengan cepat.

Jarvis melihat ke sekeliling. Ternyata aman, Tuhan memudahkan rencananya.

"Jarvis, ini bahaya. Bagaiamana jika Daddy tahu?" Angel merasakan kepalanya pusing saat menengok ke bawah.

"Tenang, ada aku di bawah. Aku akan menangkapmu," ujar pria itu dengan uluran tangannya.

"Jarvis ini terlalu tinggi bagi perempuan bertubuh pendek sepertiku!" Pekik Angela yang masih saja takut dan ragu untuk melakukan hal yang Jarvis minta.

"Angel lewat jalan yang biasa saja ya?"

"No Angel, lewat sini saja sayang. Jangan takut, kau percaya padaku kan?" Bujuk Jarvis lembut.

"Tapi..."

"Angel, ayolah! Ada pangeranmu disini! Jangan takut! It's ok, Babe!" Jarvis mencoba menahan dirinya untuk tidak berteriak keras pada gadis itu. Padahal Jarvis sudah mulai gemas akan tingkah gadis itu yanv tak kunjung melompat.

Angel memulainya, dia memegang erat pembatas balkon itu. Gdis itu sudah melangkahi satu kakinya dari balkon kamarnya. Ini tinggi sekali dan dia benar-benar gemetar.

"Jangan mengentip! Tutup matamu, J! Aku memakai rok!"

"C'mon Angel! Lompat! Aku bahkan sudah pernah melihat seluruh tubuhmu,"geramnya tidak sabaran.

"Jump, Angel! Jump!"

HAP

"Good, you did it!" Jarvis merasakan cengkraman kuat Angel di bahunya, gadis itu terengah ketakutan.

"Aku melompat Jarvis," gumam gadis itu seakan bangga dan sekaligus tidak percaya pada apa yang telah dia lakukan.

"Kau bisa berlari?"

"Apa, kenapa kita harus berlari setelah kau memaksaku melompat?"

"Kau akan tahu nanti. Ayo, waktu kita tidak banyak," desak laki-laki itu sangat terburu-buru. Menarik gadis itu dengan langkah besarnya.

"Jarvis, wait! Aku masih belum izin pada Mama!" Angel mengingatkan.

"Ikuti saja aku, baby!"

Jarvis terus berlari dengan tangan yang menggenggam gadis itu. Angela mengikutinya, Jarvis menariknya ke arah helipad Mansion ini. Dan Angel pikir Jarvis akan meminta izin pada Daddy-nya yang sedang berada disana. Semakin lama suara bising semakin jelas terdengar di telinganya.

Sesampainya disana, Angel kebingungan, dia sama sekali tidak melihat orang-orang yang dia kenal. Semuanga nampak asing. Dan juga, ayahnya ternyata tidak ada disana.

"Buon lavaro, Carlos!" Ujar Jarvis pada seseorang yang memegang kemudi di helicopter itu.

"Naiklah, cara mia." Angel bingung, namun dia menurut dan tetap naik ke helicopter itu.

"Sekarang waktunya," Jarvis bergumam sendiri dan masih dapat di dengar oleh Angel yang bertanya-tanya bingung.

"Jarvis! Bagaimana jika Daddy marah?"

"JARVIS!!!"

Belum sempat Jarvis menjawab, suara teriakan yang keras terdengar. Bahkan masih terdengar saat suara bising helicopter ini ada.

Jarvis menyeringai akan rencananya yang sepertinya berhasil.

Angel terksesiap mendengar teriakan itu. Itu teriakan milik kakaknya—Ellard. Angel benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan bandel yang kali ini Jarvis lakukan.

"Kakak..." Angel sudah akan menengok kakaknya, namun tubuhnya ternyata sudah terpasang sabuk pengaman—yang bahkan tidak disadarinya sama sekali, membuat dirinya kesusahan untuk melihat Ellard.

"Jalan, Carlos!" Titah Jarvis pada Carlos—tangan kanannya.

"JARVIS KEMBALI!!!" Kali ini teriakan Gior yang samar-samar didengarnya karena mereka sudah mulai bergerak menjauh.

"Jarvis jangan gila!" Angel memperingati. Namun, Jarvis hanya tersenyum manis dan mengabaikannya.

"BYE ELLARD!" Teriak Jarvis keras sambil melambaikan tangannya ke arah bawah—mengabaikan teriakan dan wajah marah yang Ellard berikan.

"UNCLE... Aku pinjam anak gadismu dulu, ya!!! Aunty Faith, aku menyayangimu!" Jarvis juga kembali berteriak dari dalam heli, pria itu melambaikan tangannya kepada tiga orang itu. Dua orang pria dengan wajah tidak terima dan marahnya, sedangkan yang satu lagi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putra sahabatnya itu.

"Jarvis, kenapa kamu nekad sekali, huh!" Kali ini Angel yang berteriak kesal.

"Tenang Angel,"

"Bagaimana Angel bisa tenang, huh? Kak El dan Daddy pasti marah besar, aku sempat melihat bagaimana wajah jengkelnya!"

"Memang itu yang aku inginkan Angel," Kekeh Jarvis santai seolah semuanya baik-baik saja.

"Isshh, J! Kenapa kamu santai sekali, huh?"

"Mereka tidak akan melukaiku karena—"

"Karena kau putra dari Uncle Luca?" Tebak Angel kesal.

"Salah satunya itu,"

"Lalu apa yang lainnya, Jarvis? Mereka tidak akan tinggal diam, kau tahu!" Tuntut gadis itu penasaran.

"Aku tahu, sayang. Mereka akan memberiku pelajaran—itu pasti, tapi aku yakin aku masih bisa menerimanya. Lagipula cepat atau lambat mereka harus bisa merelakanmu sepenuhnya, Angel."

"Memangnya kenapa?" Tanya Angel.

"Karena kau akan menikah denganku. Lagipula, apa kau tidak penasaran kenapa aku membawamu ke Italiy dengan cara seru ini?"

"Apanya yang seru, J! Jantungku berdebar kencang karena ketakutan!" Gerutu Angel dengan wajah pucatnya.

"Itu namanya memacu adrenalin, baby. Mulai sekarang kau akan sering-sering mengalaminya," kekeh Jarvis menggenggam tangan gadis itu yang dingin—mencoba memberikan ketenangan.

"Oh iya, mendengar ucapanmu tadi...kenapa kamu bawa Angel ke Italy?"

"Kita akan bertunangan disana," jelasnya langsung.

"Kenapa tidak bilang baik-baik saja sama Daddy, J? Kau ini, mereka bisa saja tidak merestuinya."

"Tidak, ada Papaku disana. Dan Uncle, akan kesulitan beradu argument disana. Kau pikir kenapa aku membawamu dengan scenario penculikan ini?"

"Kenapa?"

"Disana juga ada Mommyku, bisa bayangkan tidak jika Aunty Faith dan Mommyku bersatu?" Luca menjeda ucapannya, "Uncle tidak akan pernah menolak kemauan Aunty, dan aku mau Mommy membujuk Aunty agar..."

Angel mengerti sekarang, "Agar Mama ikut andil dalam membujuk Daddy, sehingga Daddy luluh—menyerah, dan mengizinkan kita bertunangan." Tebak Angel.

"Pintar, kau membaca situasi dengan jelas!"

"Tapi, J... kenapa aku merasa situasinya tidak akan semudah itu, ya. Dengan kau melakukan ini, aku yakin Daddy pasti marah besar dan tidak akan mudah luluh."

"Kalau begitu, kita melarikan diri saja."

"Maksudmu kawin lari? No, Jarvis! Tidak mau, jika mau seperti itu lakukan dengan gadis lain. Jangan Angel!" Rutuk gadis itu kesal dengan cebikan di bibirnya.

"Angel aku hanya bercanda, aku tidak mau gadis lain, OK! Aku hanya mau dirimu!"

"Jadi bagaimana? Tidak ada cara lain lagi J!" Gerutunya entah yang ke berapa kalinya.

"Ada, hanya saja kita belum menemukannya," Jarvis terlihat berpikir keras.

"Aku dapat ide!" Jarvis memandang Angel dengan pandangan anehnya. Sebelum Jarvis mengatakan idenya—Angel tahu jelas bahwa ide gilalah yang akan muncul dari bibir pria itu.

"Ini akan berhasil. Seratus persen akan berhasil jika kita mencobanya!" Pekik pria itu bersemangat.

Angel mengernyit pelan, "Apa idemu?"

"Membuatmu mengandung anakku."

to be continue.

Gimana sama part ini? Comment here!

NEXT PART maunya kapan?

kalo aku mau 50+ komentar dan 250votes untuk next part? Sanggup?❤️❤️❤️

A M E Y L I A M D

Continua a leggere

Ti piacerà anche

ALZELVIN Da Diazepam

Teen Fiction

3.9M 228K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
5.4M 367K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
3.6M 172K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
ARSYAD DAYYAN Da aLa

Teen Fiction

2.1M 114K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...