Hilangnya Park Jimin, membuat seisi ruangan di lantai teratas gedung pencakar langit itu ribut. Lemparan barang-barang tidak dapat dihindari, bahkan adu fisik sempat terjadi di antara 2 sahabat yang akhirnya di pisahkan oleh yang lainnya.
"Seharusnya aku tidak mempercayakan Jimin padamu!" jerit yang lebih tua.
Kim Taehyung, menatap nyalang pemuda Min yang tubuhnya ditahan oleh Kim Namjoon, kakaknya, karena terus berniat menghancurkan wajah tampan sahabatnya itu.
"Lebih baik dari pada harus melindungi dirimu yang bahkan lebih memilih tidur siang dari pada mempedulikannya!"
"Bangsat!"
Yoongi, si pemuda Min, mengutuk Taehyung yang berusaha menahan gejolak amarah dalam dirinya sendiri.
Hoseok datang menyiram segelas besar air ke atas kepala Yoongi, membuat pemuda meraung marah, seperti kucing yang sedang dimandikan.
Namjoon berusaha menahan senyumnya. Tidak sulit, karena sedetik kemudian Taehyung mengumpat untuk memberikan selamat pada Yoongi. Berbuah pada cakaran panjang di lengan kekar Namjoon.
Sosok putih pucat itu menerjang Taehyung dan menarik kerah kemeja yang dapat membeli ponsel keluaran terbaru itu.
Terlihat lucu dimata Hoseok dan Namjoon yang masih meringis di sela senyumnya.
Min Yoongi memang beringas, tapi tubuh mungil dan wajah manisnya membuat pemuda itu seperti kucing kecil yang merengek meminta makan pada sosok Taehyung yang notabene lebih tinggi.
Pada akhirnya pun Hoseok bahkan tak bisa menahan gelak tawanya ketika manik karamel itu menangkap kaki Yoongi yang berjinjit demi menggertak Taehyung dan meludah tepat di wajahnya.
"Bisa kalian sudahi tingkah anak-anak itu? Kita ada pekerjaan yang harus segera dilakukan."
Cengkraman Yoongi di kerah hitam Taehyung melonggar. Nafasnya memburu, wajahnya memerah, namun sorot matanya menyendu, kala menyadari tak ada yang bisa disalahkan disini.
Kim Taehyung menjaga Park Jimin lebih dari pada menjaga berlian 2 karat dengan perfectly cut miliknya.
Tapi Yoongi murka karena hatinya yang terluka masih harus menelan pahit ketika mantan kekasihnya itu justru berada dalam bahaya. Buruknya lagi, keberadaannya tidak diketahui.
"Mungkin aku bisa memberi solusi." Hoseok angkat tangan ketika dua orang yang baru saja bertengkar itu tetap diam setelah Namjoon mencoba melerai.
"Ada seseorang yang sangat ku percayai."
"Seberapa percaya?" Taehyung menginterupsi, melepaskan kedua tangan mungil Yoongi dari kerahnya dan menggenggamnya erat.
Mereka tengah kebingungan, dan bukan saatnya untuk memilih ego yang melibatkan perasaan.
Nyawa seseorang tengah dipertaruhkan.
Hoseok menyugar rambutnya dan terkekeh riang. "Tepat seperti aku mempercayai kalian."
"Seri-"
"-atau mungkin dapat ku katakan, aku lebih mempercayainya."
Yoongi tidak pernah ingin berbasa-basi di setiap kalimat yang dikeluarkannya untuk orang lain. Maniknya melakukan scanning pada ekspresi Hoseok. Mencari celah kebohongan yang dapat merusak keyakinan meskipun itu hanya sebesar 0,01%.
"Lebih baik untuk bertemu dengan orang mu sebelum menyerahkan kepercayaan padanya. Aku tidak ingin mengambil resiko apapun."
"Tentu, sayang. Sejak kapan aku mengecewakan family?"
.
Sebenarnya tidak ada yang perlu diragukan dari Hoseok. Pemuda itu yang memiliki kemampuan untuk membuat para bawahan loyal hingga tumpah darah demi 5 nyawa yang duduk di singgasana.
Mereka adalah family. Gabungan dari sindikat-sindikat yang berpusat pada 3 titik di Korea Selatan.
Winter North, sindikat pencucian uang dan perdagangan material nuklir di Seoul yang dikuasai oleh Taehyung dan Namjoon dengan yang lebih tua sebagai pengawasnya.
Sedangkan Circle East, sindikat kejahatan siber dan perdagangan senjata di Busan. Jung Hoseok adalah si pemegang kendali. Omong-omong, terkadang Jimin ikut membantu mengingat Busan adalah salah satu kota kesukaannya setelah Scarborough.
Lalu yang terakhir, sindikat dengan kejahatan terburuk yang bahkan mereka semua tidak ingin ikut campur di dalamnya.
Cosa Nostra, sindikat perdagangan manusia dan organ tubuh.
Menjijikkan memang. Mereka semua adalah bagian dari manusia terburuk di dunia, tapi yang bersangkutan langsung dengan makhluk hidup masih terdengar rendah.
Membunuh adalah suatu hal yang biasa bagi mereka, tapi tidak semudah itu. Ada cukup pertimbangan sebelum jari mereka menarik pelatuk begitu ringan.
Human trafficking tidak pernah ada dalam rencana bisnis. Sayangnya, salah satu yang termuda memilih serakah.
Park Jimin.
Pemuda berwajah seperti peri itu bahkan terlihat seolah tak mampu untuk membunuh semut. Sayang, bengis adalah identitasnya.
Berkencan dengan Min Yoongi yang dipungutnya dari pelelangan manusia. Tertarik dengan gummy smile yang sukses menukar kodrat submisifnya menjadi seorang dominan. Hanya untuk Min Yoongi.
Family terbentuk dari 4 remaja tanggung dari daerah berbeda yang di pertemukan dalam sebuah ruangan gelap dan pengap. Penculikan di tahun 2013, dan merencanakan pelarian diri hanya dalam rentang waktu tidak sampai satu bulan.
Hoseok si ramah pada penjaga jeruji, Namjoon si jenius perancang strategi, Taehyung si umpan cerdik sekaligus pembunuh ulung dan Jimin si jago berkelahi.
Lengkap.
Kembali pulang tidak ada dalam keinginan mereka. Memorinya sukses terhapus setelah sesi pertama cuci otak di lokasi penculikan.
Hidup bersama adalah pilihan. Membangun keluarga baru dan melakukan bisnis apapun untuk bertahan hidup. Memang dasarnya mereka bukan anak baik-baik, bahkan si wajah bayi Park Jimin.
Di awali dengan ide gila Hoseok yang ingin menjadi hacker setelah mengamati teman bawah tanahnya berbisnis menggunakan ancaman kepada perusahaan-perusahaan raksasa. Diikuti Namjoon dan Taehyung si penggila kekayaan untuk mencoba pencucian uang.
Park Jimin berbeda.
Pengalamannya saat mereka diculik, rupanya membuat mata hatinya tertutup. Rungunya sempat mendengar keuntungan besar bisnis perdagangan manusia dari mulut para penculik, membuat Jimin semakin memantapkan diri.
Tidak ada yang bisa mencegah. Park Jimin tetap pada keras kepalanya.
Berkumpul dengan family, 4 sahabat korban penculikan, selalu dilakukan tiap 3 bulan sekali. Saling memberi informasi, kemajuan bisnis, hanya sekedar bercengkrama atau berdansa di hall gedung milik Taehyung. Ketika Yoongi hadir, pemuda manis itu yang bermain grand piano untuk mengiringi dansa mereka.
Tidak ada yang tahu siapa yang harus disalahkan, ketika Taehyung secara terang-terangan mengungkap cinta pada Jimin.
Ditolak tentu saja, dengan sorakan Yoongi di balik punggung Hoseok.
Sayangnya, Taehyung tidak mudah menyerah. Mencoba mengajaknya makan malam, jalan-jalan, bahkan menghabiskan waktu liburan bersama.
Jimin tidak menolak, dia pernah menjadi submisif dan rasanya tidak kalah nikmat dari menjadi dominan.
Sial yang kesekian kali, Yoongi mengamuk hebat di basement gedung Jimin ketika mengetahui kekasihnya itu diseret paksa untuk merayakan natal dengan Taehyung.
Masih ingat Tuhan rupanya.
Namjoon juga masih rajin ke gereja dan berteman baik dengan salah satu jemaat.
Sial yang lainnya adalah Taehyung yang menurunkan rasa awasnya pada sekitar karena terlalu menikmati momen bersama Jimin, sahabat yang dianggapnya sebagai belahan jiwa. Jimin ingin kopi panas, Taehyung menuruti dengan masuk terlebih dahulu ke dalam toko.
Tidak butuh 2 detik untuk Taehyung menoleh dan tidak mendapati eksistensi seorang pun dalam jarak pandangnya. Sosok Jimin seketika hilang dari pandangan. Tersisa syal hangat berwarna abu-abu pemberian Yoongi.
•~•
Thank You