CLAIR [Sudah Terbit]

AryNilandari द्वारा

181K 34K 9.6K

Seorang gadis clairtangent. Sesosok kenangan yang dihidupkan. Seorang pemuda yang luput dari kematian. Dan se... अधिक

Dear All
Prelude
Chapter 1
Chapter 2
Soundtrack CLAIR
Chapter 3
Chapter 4
Interlude: Struk Cozy Corner
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Interlude: Potongan Tali Sepatu
Chapter 8
Trivia CLAIR
Chapter 9
Chapter 10 (a)
Chapter 10 (b)
Interlude: Robekan Agenda 1 Januari
Chapter 11 (a)
Chapter 11 (b)
Chapter 12 (a)
Chapter 12 (b)
Chapter 13 (a)
Chapter 13 (b)
Interlude: Dua Helai Bulu Angsa (a)
Interlude: Dua Helai Bulu Angsa (b)
Good News, Clairmates!
Chapter 14 (a)
Chapter 14 (b)
Tebak Plot CLAIR Berhadiah
Chapter 15 (a)
Chapter 15 (b)
Chapter 16 (a)
Chapter 16 (b)
Chapter 17 (a)
Chapter 17 (b)
Chapter 17 (c)
Chapter 18 (a)
Chapter 18 (b)
Chapter 19 (a)
Chapter 19 (b)
Chapter 19 (c)
Chapter 20 (a)
Chapter 20 (b)
Chapter 21 (a)
Chapter 21 (b)
Chapter 22 (a)
Chapter 22 (b)
Chapter 23 (a)
Chapter 23 (b)
Pengumuman Pemenang Tebak Plot Clair
To Conclude with a Promise
Random Notes Jelang Terbit
TETRALOGI CLAIR
Mari Mengulang bersama Rhea
19.09.19

Chapter 18 (c)

2.6K 667 316
AryNilandari द्वारा

Aku terduduk di lantai dan menangis, padahal kupikir air mata sudah habis di kamar mandi. Tiba-tiba dinding di samping lemari bergeser. Ia muncul. Mengenakan setelan sweater dan celana kaus biru, menggosok rambut dengan handuk, dan terkejut melihatku.

"Aidan! Shai!" Aku menghapus air mata dan melompat untuk memeluknya.

Tapi ia mundur. Buru-buru merapatkan handuk ke sekeliling kepala, menutup sebagian wajah. Aku berhenti semeter di depannya. Menyemburkan napas. Memanggil dengan dua nama hanya memperjelas fakta, aku tidak mau kehilangan keduanya atau salah satunya. "Maaf. Aku cuma takut kamu pergi ...."

"Oh ...." Ia seperti tidak menyangka. "Ada kamar mandi di basement. Aku mandi di sana. Enggak tahan dengan bau kompos." Ia menunjuk rongga di dinding. "Pintu rahasia ke basement rahasia, khusus milik unit ini. Keren ya?"

Aku mengabaikan komentarnya dan berkacak pinggang. "Don't. You. Ever. Leave. Me. Alone. Again!" Lalu aku keluar kamar dengan langkah mengentak. Aku benar-benar ketakutan, ia malah pamer ruang rahasia. Buat apa pula? Menyembunyikan kamar mandi? Huh .... Lalu aku tertegun. Peti mati dari Toko Bandrek diantarkan ke alamat ini. Di mana lagi benda itu disimpan kalau tidak ada di atas sini?

Ah, bukan waktunya membicarakan soal itu. Aku lelah. Dan ia ... dengan wajah cemas mengikutiku ke dapur. Handuk masih dikerudungkan di kepala. Tanpa bicara, ia menyiapkan nasi dan lauk pauk. Juga segelas air dan obat pereda nyeri untukku. Lalu hendak beranjak pergi.

"Aku lapar, tapi enggak mau makan sendiri." Aku bersedekap.

Ia berbalik dan mengambil tempat duduk di samping kiriku. Cerdas. Aku tidak bisa melihat pelipis kirinya. Walaupun aku juga tidak berniat untuk itu. Kami makan dalam diam. Lalu ... aku tidak ingat apa-apa lagi.

Entah pukul berapa, aku terbangun di salah satu twin bed, dengan selimut tebal hingga ke leher. Kepanasan, aku menyingkirkannya. Dari kain itu, terbaca, ia yang menyelimutiku, setelah menggendongku dari meja makan ke sini.

"Kamu terlalu memaksakan diri." Ia berkata sambil menata selimut. "Aku hanya khawatir kalau memorimu terganggu lagi setelah melihat apa yang kamu lihat di kamar perempuan itu. Bagaimana memeriksa ingatanmu? Bagaimana memastikan tidak ada yang hilang?" Ia mendesah, mengulurkan tangan untuk menyentuh rambutku. Membelai? Atau ... ah, ia menarik-narik sesuatu dari rambutku. Lalu geleng-geleng, tampak geli. "Baru kali ini aku melihat orang benar-benar jatuh tertidur di atas piring. Banyak nasi terperangkap di ikal-ikalmu. Aku enggak keberatan memungutinya satu-satu. Ada yang mau kamu simpan untuk kenangan?"

Aku terkesiap malu. Menarik selimut lagi hingga ke muka. Tapi tidak ada pergerakan di sebelah. Dari celah-celah kain, aku melirik ke tempat tidur satu lagi. Kosong. Seprai dan selimut masih terlipat rapi. Aku langsung bangkit. Ia meninggalkan aku lagi!

Tapi kutemukan ia tidur tengkurap di sofa di ruang duduk. Kepala terbalut hoodie biru. Aku mendengkus. Betapa takutnya ia ketahuan dengan atau tanpa parut sampai tidur dengan posisi tidak nyaman begitu. Satu kaki mencuat dari sandaran lengan. Satu lagi turun ke lantai. Tinggi badan yang nyaris mubazir kecuali untuk main basket, pikirku. Aku mengambil selimut untuknya setelah mencoba menaikkan kakinya ke sofa, tapi turun lagi begitu kulepaskan.

Aku menyerah, kembali ke tempat tidur. Menatap langit-langit. Mengingat pertanyaannya. Adakah cara untuk memastikan bahwa ingatanku masih utuh? Apa yang aku lihat di kamar Stella yang dianggapnya traumatis?

Setiap kali memikirkan otak manusia, aku membayangkan gumpalan kelabu yang hidup. Punya jiwa dan kemauan sendiri. Berdenyut, mengembang, tiada henti. Dalam bayanganku, otak bukan massa yang pejal, melainkan terbentuk dari lorong-lorong yang terus bercabang hingga milyaran jumlahnya. Setiap lorong menyimpan sejumlah kenangan tersendiri, yang berlanjut dengan lorong kenangan lain.

Khusus di otakku, tidak semua lorong kenangan itu terbuka. Ada ruas-ruas tertentu yang terputus, tersumbat, atau buntu, akibat trauma. Saat mengingat, kadang aku sama sekali tidak menyadari ada lorong-lorong yang tertutup. Aku tidak merasa kehilangan atau penasaran, karena cabang-cabang lain terbuka untukku.

Kenapa ia begitu khawatir aku kehilangan memori?

Aku menelusuri kejadian terakhir sejak aku makan malam bersama Tante Fang dan Stella. Aku masih ingat kenapa dan bagaimana aku memasuki kamar Stella. Memotret banyak paspornya untuk bukti bahwa identitas Stella Miller patut diragukan. Dan karena ia nyaris menabrakku, Stella patut pula dicurigai. Walaupun motifnya belum jelas.

Sejak awal, Stella tahu benar wajah Sky Lee, punya fotonya, tapi sengaja memberikan deskripsi palsu. Stella sudah curiga Sky Lee punya kembaran identik. Tapi menyembunyikan hal itu dari AKPRI dan Tante Fang. Lalu?

Lalu si hoodie hitam membawaku melompat dari balkon ke taman di bawahnya. Aku ingat telah menggigit tangannya yang membekapku. Aku hanya ingin memastikan ia ada di sana, bukan halusinasiku saja. Aku tertawa-tawa, lalu kami bergulingan dan aku sadar. Bukankah begitu? Adakah yang terlewatkan?

Untuk memastikan memoriku masih lengkap, aku tinggal mencocokkan apa yang kuingat dengan apa yang dia ingat. Besok pagi akan kutanyakan. Aku sudah menguap lagi.

Besok pagiku ternyata pukul 10.15. Apa yang kudapati begitu membuka mata tidak sesuai dengan harapanku. Tergenggam di tanganku sebuah perangkat mirip memory card, dan selembar surat. Aku langsung tahu itu perangkat kunci laptop Aidan, tepatnya laptop Shai yang tersimpan di apartemen Aidan. Ada instruksi cara mengoperasikannya dalam surat.

Berikut pesan:

Maaf, aku terpaksa meninggalkanmu lagi. Tapi ini mendesak. Bunda menemukan teman lama yang bisa membantu mengambil kembali semua barang bukti dari SatRes Narkoba, termasuk mobil Aidan. Aku diminta menemui orang itu sekarang juga. Masih pukul 03.00, aku enggak tega membangunkanmu. Tapi sudah kupasang alarm pukul 10.00. Cukup buat ketemu Kei dan meminta dia membongkar laptop. Ada prosedur yang bisa dia ikuti untuk menghubungi Stella Miller yang asli. Stella mungkin sudah menunggu-nunggu Sky Lee kontak. Ia akan tahu apa yang harus dilakukan dengan Stella palsu. Hubungi juga tantemu.

See you at school soon. Jangan lupa bawa buku harian Aidan. Take care. We love you. Both of us love you so much.

Baiklah, kumaafkan. Kami akan bertemu lagi. Aku keluar dari kamar, menemukan sarapan di dapur. Kusambar sepotong roti, kumakan sambil bersiap-siap. Baju yang kupakai kemarin sudah bersih dan kering, tergantung di pintu lemari. Entah kapan ia mencucinya. Mukaku menghangat karena itu berarti pakaian dalamku juga. Untunglah ia bukan Clair.

Ponselku sudah fully charged tanpa aku ingat pernah mencolokkan kabel. Aku menelepon Kei, memastikan ia masih di apartemen Aidan. Kei menungguku, malah ingin menjemputku. Aku menolaknya. Lalu buru-buru kuputuskan hubungan karena Tante Fang menelepon. Untuk ketujuh kalinya dalam tiga jam terakhir.

"Bicaralah, apa yang terjadi semalam? Aku cemas karena kamu enggak jawab panggilanku. Stella mendadak sakit perut dan ingin kembali ke kamarnya."

"Mungkin perut Stella terhubung dengan sistem keamanan kamar hotel," kataku sarkastik. Tante tidak menanggapi. Taksi online pesananku datang, aku naik sambil melanjutkan bicara. Kuceritakan apa yang kutemukan di safe deposit. Kukirimkan tangkapan layar tablet, foto-foto halaman buku harian, Sky Lee, dan banyak paspornya. Lalu kujatuhkan kesimpulanku. "Dia bukan Stella Miller asli. Dia membohongi Tante tentang Sky Lee."

Tapi tidak ada efek ledakan. Tante Fang hanya menghela napas. Membiarkan aku tercekam menunggu. Lalu ...."Yakin hanya itu yang bisa kamu ceritakan? Rhe, kamu tidak melewatkan banyak detail?"

"Like what?" Aku tertawa, ragu.

"Kamu tahu Sky Lee kembaran Aidan?"

Aku terkesiap.

"Ya, sungguh mengejutkan. Aku baru tahu dari pengakuan Stella semalam. Ada foto-foto buktinya. Kamu lihat semua kan? Tapi sepertinya bukan itu yang bikin kamu kaget. Kamu sudah tahu atau sudah menduga sebelumnya. Karena kamu diam-diam menyelidiki Aidan."

Aku terdiam. Stella yang berbohong, kenapa aku yang diadili sekarang? It's not fair! "Diam-diam karena Tante melarangku, ingat? Karena Tante tidak mau membantu membuka kasusnya lagi. Sudah kubilang, Aidan tidak bunuh diri. Ia bersih. Kasus kematiannya mencurigakan. Kurang apa lagi?"

"Kamu benar ...." Tante begitu saja meredakan kemarahanku.

"What?"

"Kamu benar tentang Aidan. Ia bersih dan tidak bunuh diri. Ia malah masih hidup. Kembarannya, Sky Lee, yang ditemukan dalam keadaan OD."

Ponselku nyaris terlepas.

"Atas nama kepolisian, aku minta maaf sudah meragukan kamu dan sahabat-sahabatnya. Sekarang, kasus sudah dibuka lagi. Tapi dengan tujuan berbeda. Melindungi Aidan. Karena the Lark masih beranggapan telah salah sasaran dan sekarang memburunya. Stella sudah mengakui kesalahannya dalam menangani kasus Sky Lee. Awalnya, ia yakin Sky Lee masih hidup dan the Lark salah sasaran, seperti sebelumnya. Ia ingin membawa Sky Lee pulang tanpa keributan, tanpa membeberkan banyak-banyak kasusnya kepada kita. Tapi kemudian arsip Aidan di Satres Narkoba membuatnya sadar mereka kembar. Ia tetap menyembunyikan fakta itu dengan memanipulasi data dan berita. Berharap the Lark termakan umpannya dan yakin tentang kematian Sky Lee. Happy ending. Masalahnya, Aidan muncul dan the Lark sudah mengincarnya. Dia tidak akan berhenti sampai targetnya jatuh. Karena itu, Stella mau bekerja sama sepenuhnya sekarang."

"Dia bukan Stella Miller!" Aku nyaris menjerit.

"Ya, Stella Miller adalah codename. Seperti James Bond 007, satu codename untuk dipakai banyak agen yang berbeda. Stella tidak bisa memberitahukan nama aslinya."

Aku terperenyak. "Ia nyaris menabrakku, Tan ...." Suaraku mengandung isak.

"Aku enggak lupa itu, Rhe. Aku percaya Clair. Tapi kasus Aidan memengaruhi kamu secara emosional. Clair perlu suasana hati yang baik agar dapat bekerja cermat. Bagaimana kalau aku mengatur kamu untuk membaca Stella lagi? Sekarang, dengan Aidan masih hidup, kamu enggak perlu berduka, dan bisa lebih jernih mencari fakta."

Aku tidak bisa berkata-kata.

"Rhe, kamu tahu di mana Aidan sekarang?"

"Enggak. Bagaimana Tante bisa menduga begitu?" Aku menjawab terlalu cepat, terlalu defensif. Tante langsung tahu aku berbohong.

"Aku bukan menduga. Aku melihatnya semalam, saat ia melompat dari balkon kamar Stella."

Tante tidak menyebut-nyebut aku. Kalau aku digendong Aidan atau Shai, Tante pasti melihatku. Tante menguji kejujuranku. Aku memilih bungkam daripada berbohong lagi.

"Stella enggak lihat. Karena begitu masuk kamar, ia fokus pada barang-barangnya." Tante menambahkan. "Tapi ia bisa menduga Aidan pelakunya. Kamu aman. Kartu minimarket punyamu, kuamankan juga sebelum ia melihatnya."

Aku masih diam. Secara logika, kata-katanya sangat masuk akal. Tapi hati kecilku tidak bisa menerima. Kuraba perangkat kunci laptop di saku. Semoga Stella Miller yang biasa dihubungi Shai dapat memberikan titik terang. Semoga ia masih ada di sana setelah sekian lama tidak mendengar kabar dari Sky Lee.

"Clair!" Tante berseru, kehabisan sabar. "Aidan harus melapor agar polisi dapat melindunginya."

"Yeah, right. Look what happened to Sky Lee! Itu karena dia percaya pada polisi!" Aku menutup telepon dengan kesal. Baru sekali ini aku melawan Tante Fang, dan aku tidak menyesal. Oke, ada perasaan menyesal. Sedikit .... Aku turun dari taksi di parkiran apartemen Aidan. Masuk ke lift dan menangis. Aku menyesal dengan kata-kataku pada Tante Fang. Banyak. Berat. Tapi aku tidak akan menyerahkan Aidan-Shai kepada siapa pun.

Ponselku memberikan notifikasi pesan. Dari Tante Fang. Kukira ia juga menyesal dan meminta maaf. Tapi isi pesannya adalah broadcast rahasia di kalangan kepolisian.

Telah terjadi pembobolan tempat penyimpanan bukti di Satres Narkoba dini hari tadi. Yang hilang hanya bukti-bukti kasus Aidan Narayana, termasuk mobilnya.

Aku memeluk ranselku kuat-kuat. Surat dari Aidan-Shai terselip di saku dalam. Aku hafal isinya.

...

Bunda menemukan teman lama yang bisa membantu mengambil kembali semua barang bukti dari SatRes Narkoba, termasuk mobilnya. Aku diminta menemui orang itu sekarang juga. Masih pukul 03.00, aku enggak tega membangunkanmu.

....

See you at school soon. Jangan lupa bawa buku harian Aidan. Take care. We love you. Both of us love you so much.

Dear all

Gimana, ada yang benar lagi waktu ikut tebak plot yang lalu? Ada fakta-fakta baru terungkap.

Twist lemonnya asyik ya?

Spam emoji dan komen perasaanmu di sini.

Ada yang menulis petisi? Di sini.

Oh ya, tahu enggak di MS Word, Clair sudah mencapai 200 halaman A4. Sisa sekitar 50 halaman lagi lalu tamat. Harus termasuk extra parts untuk novel cetak.

Udah gitu aja. Terus dukung Clair dengan share, vote, dan comment.

Terima kasih.

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

Jehanara 1999 ellafajira द्वारा

किशोर उपन्यास

1.7K 592 44
Jehanara bukan hanya perjuangan Arunika Gauhari yang berjuang masuk pelatnas agar bisa memiliki medali emas impiannya. Tapi juga kisah persahabatanny...
Journal: The Seasons Kenza Putrilia द्वारा

किशोर उपन्यास

105K 15.7K 61
[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta k...
CONNECTION Lois द्वारा

काल्पनिक

408K 36K 37
Buku Ketiga dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mengetahui kalau dirimu dijodohkan dengan lebih d...
Journal: The Reasons Kenza Putrilia द्वारा

किशोर उपन्यास

32.3K 5.6K 55
[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. H...