Introvert?

De VikaRiskianti

110K 10.1K 537

Dia menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang Alsava Beatarisa, sosok remaja yang benar-benar membentengi dir... Mais

Prolog
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
12.1
13.
14.
15
16.
16.1
17.
18.
19.
19.1
20.
21.
22.
23.
24.
25.
QnA about Introvert?
26.
Info GC
27.
29. End

28.

2.1K 215 48
De VikaRiskianti

"Jadi tersangka yang ambil buku Alsa siapa Dam?" Tanya Alsa dengan penasaran. Raut wajahnya terlihat begitu ceria karena kembali menemukan bukunya yang telah lama hilang.

Adam yang mendengar pertanyaan itu belum juga menjawab. Masih diam, bingung sendiri untuk menjawab pertanyaan Alsa.

"Dam?" Panggil Alsa, lagi.

Adam lantas tersenyum, menatap Alsa yang kini terlihat heran dengan Adam yang sejak tadi tak meresponnya.

"Gue."

Alsa makin mengernyit. Bingung dengan apa yang dimaksud oleh Adam.

"Gue? Aku maksudnya? Aku kamu apa aku aku??"

Alsa masih saja belum paham dengan jawaban singkatnya. Adam makin melebarkan senyumnya. Lucu melihat ekspresi Alsa yang benar-benar menggemaskan sekarang. Juga malu sendiri karena tersangka yang selama ini dicarinya adalah dirinya sendiri.

"Gue tersangkanya."

Alsa membelalak. "Lah?? Kok?! Adam bohong?" Tanyanya dengan nada khawatir, takut, campur aduk. Jangan-jangan semua ceritanya dulu dibaca oleh cowok itu.

"He'eh. Beneran gue tersangkanya." Aku Adam dengan nada yang sedikit menggelikan karena ada sedikit tawa yang tertahan di sana.

Alsa masih saja belum bisa mengerti dan bagaimana bisa???

Alsa merasa, dia bukanlah teman kecil Adam. Semasa SMP puh rasanya Alsa tidak begitu mengenal Adam. Dekat pun karena satu kelas di kelas 10 dan 11--sekarang. Tapi bagaimana bisa bukunya ada pada tangan Adam??

"Gue tersangka yang ambil buku lo. Pun gue mungut di tempat pembuangan yang biasanya dipake komplek kita Sa. Gue kan tiap libur pagi mesti di suruh buang sampah sama Mama. Dan ya ... gue nemu buku itu."

"Hmm Sa,"

Alsa masih melongo. Otaknya belum berjalan dengan normal. Masih saja bingung dengan kalimat penjelasan Adam.

"Sa?"

"Tapi yang buang buku Alsa, siapa?"

Adam mengedikkan bahu, tidak tahu juga. Toh dulu dia hanya MEMUNGUT. Bukan melihat secara langsung siapa yang membuang buku itu.

"Udah. Paling ya gak jauh sama Bibi judes kalo gak Ibu lo kan? Apa malah Ayah lo?"

Alsa diam.

"Eumm ... tapi yang jelas sih. Bukunya udah ada ditangan lo sekarang. Dan mulai sekarang, jadi diri lo sendiri lagi ya, kayak dulu. Jangan jadi diem gini. Gue ralat kalimat gue yang dulu. Gue gak suka lo yang pendiem, tapi gue suka lo yang absurd. Bisa bikin ketawa mulu."

Wajah yang semula sedikit pucat karena kekhawatiran akan tulisannya yang bisa saja dibaca oleh Adam, kini malah menjadi merah karena malu dengan godaan Adam. Bisa disimpulkan cowok itu ...

"Udah gak apa-apa. Gue baca. Iya gue ikut baca. Sorry, gue gak sopan ya?" Tanya Adam dengan santainya, tanpa memedulikan Alsa yang makin tambah tak karuan.

"Hmm Dam tapi Al-"

"Gausah malu. Kayak ke siapa aja si."

Alsa menatap Adam, masih dengan pipi merah, dengan rasa malu, gerogi, dan segara rasa campuran lainnya. Adam hanya tersenyum menanggapi tatapan Alsa.

"Jadi Adam tahu semua masalah Alsa? Iya kan?"

Adam lantas mengangguk.

"Dan gue udah tau semua jawaban dari masalah lo. Jawaban dari misi kedua yang lo batalin Sa,"

Alsa menahan napas sebentar. Hal yang selama ini tak bisa diungkapnya sendirian, akan terjawab sekarang oleh Adam.

Adam yang hendak berbicara ditahannya, Alsa masih saja belum siap untuk mendengar. Takut akan kenyataan yang bisa saja menyakitinya lagi. Butuh persiapan untuk mendengar semuanya, rasanya Alsa butuh oksigen lebih kali ini. Takut-takut nanti sesak napas dan malah mati.

Ok paranoidnya kambuh sekarang.

Adam lantas mendekat, menggenggam tangan mungil Alsa, berusaha menenangkan Alsa, juga meyakinkan kalau gadis itu bisa menerima kenyataan, gadis itu kuat menghadapi semua masalahnya.

"Lo siap denger kan?" Alsa menatap Adam, sedikit ragu tapi ditepisnya keraguan itu. Alsa mengangguk mantap, dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

"Lo bisa play rekaman gue sama Sasa. Terserah mau didenger kapan Sa, yang jelas, lo harus denger semuanya." Alsa mengernyit. Dia kira Adam sendiri yang akan menceritakan semuanya. Ada sedikit kelegaan karena dia bisa bebas dari sesak napas saat ini. Tapi mau didengar kapan lagi kalau tidak sekarang???

"Alsa dengerin sekarang aja. Hp Adam mana?"

Dengan cepat Alsa merebut Hp cowok itu. Lantas mencari earphone dan mulai mendengarkannya dengan saksama. Adam tersenyum melihat gadisnya. Eh???

"Ngapain gue nganggep Alsa sebagai Gadis gue? Toh dia kan sukanya cowok yang songong itu. Sadar diri bro!!"

"Jadi, semuanya karena Sasa? Karena Sasa yang terpuruk, karena sikap Sasa yang baik, anteng, ramah ke Ayah." Alsa menyimpulkan semua yang didengarnya. Berusaha sabar menerima kenyataan ini.

Adam lantas menatap Alsa bingung. Gadis itu terlihat tidak baik-baik saja.

Tanpa aba-aba, Alsa malah memeluk Adam erat, jelas membuat Adam membelalak kaget.

"Makasih Dam buat semuanya. Maaf ya nyusahin Adam."

"Makasih juga udah mau bantu Alsa." Alsa melepas pelukannya. Kemudian tersenyum, menyeka air matanya sendiri. "Maaf juga baju Adam jadi basah kaya kena iler Alsa."

Adam terkekeh, lucu sendiri mendengar kalimat Alsa.

"Iya gak apa-apa. Gue pulang ya, lo selesain urusan lo sama Anhar. Kalo lo gak jadi sama Anhar, gue maju Sa!"

***

Alsa memeluk Lala erat-erat. Masih merasa gemas dan gerogi sendiri dengan tingkah Adam tadi. Rasanya ingin teriak keras-keras demi meluapkan rasa gemasnya, tapi dia masih dalam mode normal, tahu lah kapan dan dimana waktu yang tepat untuk berteriak keras-keras. Dan rumah, jelas bukan tempat yang tepat untuk berteriak keras.

"Ya ampun La!! Alsa malu!!" Ucapnya seraya menyembunyikan wajahnya pada leher Lala yang berbau debu.

Kalian tahu kan bagaimana rasanya gemas? Ah, atau jangan-jangan kalian tidak pernah merasakan gemas karena tingkah seorang cowok? Kan kalian jomlo :')

Maafkan aku yaaaa!!

Belum juga rasa malunya menghilang, Alsa kembali teringat akan permintaan Adam.

"Kak Anhar." Alsa lantas cepat-cepat turun dari kamar, berlari keluar menuju rumah cowok itu. Lagi dan lagi tanpa memedulikan penampilannya yang masih naudzubillah.

Gerbang rumah Anhar tak lagi terkunci, motor besarnya pun masih setia berada di halaman rumah. Jadi bisa dipastikan Anhar tidak pergi. Dengan cepat, Alsa lantas masuk ke dalam rumah. Melirik-lirik sekilas, memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Niatnya hanya bertamu, tapi gelagatnya seperti pencuri rumah yang mengincar harta benda di dalamnya. Tapi biarlah Alsa melakukan apasaja sebebasnya.

Benar saja, rumah Anhar kosong tidak ada orang. Alsa lantas mengendap-endap menaiki tangga. Menuju kamar cowok itu. Dengan jantung yang serasa terkena bass soundsystem, Alsa lantas mengetuk pintu kamar cowok itu, berharap Anhar ada di dalam dan dia bisa secepatnya menyelesaikan masalahnya sekarang.

"Kak Anhar!! Ini Alsa," dia berteriak, tidak terlalu kencang. Takut-takut malah dipergoki keluarga Anhar dan dia dihajar habis-habisan. Kan mati nanti.

"Kak An-"

"Eh? Kenapa?"

Bukan. Bukan dari dalam pintu Anhar muncul, melainkan dari tangga bawah. Alsa lantas terkejut menemukan keberadaan cowok itu yang tepat berada di belakangnya. Sedikit lega, tapi tetap saja jantungnya deg-degan tak karuan dibuatnya.

"Anu ... eum itu .. apa ya, Alsa lupa!"

Anhar lantas tersenyum geli. Alsa memang selalu menggelikan ya.

"Kenapa Sa? Ada yang mau diomongin?" Tanya Anhar dengan halus. Berusaha memaklumi tingkah aneh Alsa.

Alsa lantas tersenyum kikuk. Tangannya tak henti-hentinya bergerak tak jelas, berusaha menghilangkan rasa gerogi karena berada di depan Anhar.

"Emm.. Kak Anhar, itu .. Kak Anhar suka Alsa kan?" Alsa mengucapkan kalimat itu dengan amat kikuk. Takut salah, takut ditertawakan, juga takut-takut lainnya yang ikut mengikuti ketakutannya.

Anhar yang mendengar lantas mengernyit sebentar. Bingung sendiri dengan pertanyaan Alsa sekarang. Tumben kan, Alsa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu.

"Iya, perasaan aku masih sama kayak yang kemarin aku bilang kan?" Jawab Anhar dengan entengnya dan malah membuat Alsa makin tak karuan.

Ok pilihannya jadi berubah sekarang. Dia kembali bimbang. Bingung. Panik. Gerogi. Malu. Campur aduk. Mirip-mirip es campur warna warni yang warnanya jadi tak jelas lagi.

"Ya Allah! Kuatkanlah Alsa!" Ucapnya dalam hati. Bersamaan dengan pejaman mata yang penuh dengan harap.

Alsa menarik napas panjang. Berharap pilihannya benar-benar tak salah.

"Kak, maaf. Alsa mau milih Adam dan gak akan lagi ngejar Kak Anhar kayak dulu lagi. Alsa suka sama Kak Anhar tapi sebatas obsesi belaka. Makasih Kak udah mau denger dan mau kasih solusi dari masalah Alsa. Makasih untuk waktunya selama ini."

"Alsa gak akan lagi ngejar Kakak."

Alsa tersenyum dengan berat, sedikit lega telah mengucapkan kalimat panjang itu dengan enteng. Setidaknya dia tidak menggantungkan Anhar kan? Dan semoga saja cowok itu bisa menerima semuanya dengan ringan hati.

Alsa menatap cowok itu, tapi yang dilihat bukan lagi wajah tenang dan ramah seperti biasa. Anhar terlihat kaku, dan ya, bisa dipastikan dia marah akan keputusan Alsa.

"Jadi gitu ya? Lebih milih dia yang udah nyelesain masalah kamu? Iya kan masalahmu selesaia karena dia?"

Alsa lantas menunduk, takut sendiri dengan respon Anhar yang sedikit menakutkan baginya.

"Aku tuh sayang sama kamu Sa!!"

Alsa makin takut mendengar bentakan Anhar yang lumayan menakutkan. Tapi Alsa bisa sedikit memaklumi respon Anhar sekarang. Bukankah wajar kan?

"Argh!! Kuduna maneh ngarti, kuduna maneh nyaho ti awal!"

"Tapi nyaentoslah, aing teu nanaon."

Setelah mengucapkan kalimat yang tidak dimengerti oleh Alsa, Anhar keluar meninggalkan Alsa di rumahnya sendirian. Alsa yang masih belum juga paham hanya bisa menganga lebar. Merasa aneh sendiri, tapi yang jelas rasa lega lebih mendominasi.

"Tapi tadi Kak Anhar ngomong apa??"

***

1456 kata yuhuuu

Panjaaang ya lumayan. Udah ah. Yang ngarti sunda, monggo atuh ah terjemahkeun biar orang lain teh ngarti ya😂

Bye-bye

Continue lendo

Você também vai gostar

ARGALA De 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Ficção Adolescente

6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
4.2K 524 19
Sebelum membaca ini, sebaiknya baca cerita "Indigo vs Psycopath" dan "Mina" lebih dulu. ~~~ Cinta pertamanya yang sempat menghilang, kini Elang telah...
1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
ELEGI (END) De Dhanvi Hrieya

Ficção Adolescente

10.3K 794 42
Judul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rind...