Down There Is What You Called...

Von Atikribo

91.9K 10K 2.6K

Kepergian sahabatnya meninggalkan sebuah tanda tanya besar dalam diri Raka. Ketika semua orang mengatakan pen... Mehr

Sebelum Menjelajah
Chara Profile
Surface - 1
Surface - 2
Surface - 3
Surface - 4
14 Years Ago, Capital City
Somewhere - 1
Somewhere - 2
Surface - 5
Surface - 6
1st Floor
2nd Floor
3rd Floor
4th Floor
5th Floor
At The Corner Of His Memories
6th Floor
10K READS: GIVE-FRICKIN-AWAY!! (Closed)
7th Floor
GIVEAWAY CLOSED
GIVE-FRICKIN-AWAY WINNER
8th Floor
9th Floor
10th Floor
11th Floor
12th Floor
13th Floor
14th Floor
15th Floor
Somewhere - 3
16th Floor
17th Floor
18th Floor
19th Floor
20th Floor
Antarkasma - 4
Antarkasma - 5
21st Floor
Antarkasma - 6
Antarkasma - 7
22nd Floor
23rd Floor
Orenda, 14 Years Before
24th Floor
Antarkasma - 8
25th Floor
26th Floor
27th Floor
28th Floor
Antarkasma - 9
29th Floor
30th Floor
31st Floor
Epilog
Afterwords & Surat Cinta
Bincang Ubin Vol.1
FLOOR NEW YEAR SPECIAL: College AU
Bincang Ubin Vol. 2
Maps & Glossarium

Orenda - 7 Years Before

377 74 7
Von Atikribo

CARA PEREMPUAN itu memandang ke depan tampak hampa. Entah hal apa yang mengusiknya, tapi Dasbala tahu pikiran perempuan itu tidak sama dengan tempat di mana kakinya berpijak. Ia tidak menyadari keberadaan Dasbala dan Kiril yang baru datan, mengamati dirinya. Alih-alih mendapatkan sosok Flint, kedua pria itu menemukan perempuan asing di lokasi mereka harus bertemu.

Dia mengenakan mantel nila yang menutupi lutut, mengeluarkan embun setiap kali menghembuskan napas. Di tengah lanskap Disposal Floor yang kumuh dan penuh barang rongsok, ia berdiri bagaikan barang pecah belah yang harus dijaga seapik mungkin. Di tumpukkan memori terdalam Dasbala, ia rasanya pernah melihat sosok perempuan itu entah di mana. Meski dari penampilan banyak hal yang berubah namun matanya yang bulat dan besar masih menjadi fitur utamanya.

Membuka lagi catatan yang Flint berikan saat makan siang kemarin, Kiril memastikan lokasi mereka harus bertemu malam itu. Kerutan di dahinya semakin dalam ketika mengetahui Flint tidak di sana pada waktu yang ditentukan.

"Tumben sekali Flint terlambat," ujar Kiril sembari melihat jam tangannya. Mereka bahkan datang setengah jam lebih lama.

"Oh ya?" terdengar suara Flint dari belakang mereka. Kantung matanya tampak gelap dan ia membawa dua buah gelas kertas berisikan kopi panas, "Kalian yang lama," ujarnya.

Pria itu memberikan salah satu gelas kopi pada perempuan bermantel nila. Seulas senyum menawan terukir di wajahnya. Sembari mengenalkan Flint dan Dasbala pada perempuan itu, Kiril bertanya, "Siapa perempuan ini, Flint?"

"Dia istriku, Kirana."

Dasbala menunduk sopan dan menyapanya, "Halo."

"Kau punya istri?!"entah kenapa Kiril terdengar begitu terkejut. Flint memang tertutup mengenai hal-hal yang menyangkut keluarganya, "Kenapa aku tidak ketemu?"

"Kiril, Flint punya seorang putri! Kau pikir anaknya datang dari langit ya?" Dasbala terdengar gemas. Ia menggelengkan kepalanya, "Maaf jika membuatmu tidak nyaman, Kirana, anak ini memang perlu sedikit ditatar."

Meskipun Kirana mengatakan tidak apa-apa, Kiril tidak mengindahkan ucapan mereka berdua. Pria itu melontarkan pertanyaannya pada Flint, "Pasti ada alasan kenapa kau membawa istrimu 'kan, Flint? Kau dan proyek kecilmu yang rumit itu. Selama bertahun-tahun kau ini tidak pernah membawa-bawa keluargamu sama sekali. Apa yang membuatmu, Si Perencana, membawa istrinya ke sini segala? Sebuah hal di luar rencana sepertinya?"

"Aku yang minta dilibatkan," Kirana menjawab. Nadanya menggantung, membiarkan kedua pria yang lebih muda daripada Flint penuh dengan pertanyaan.

"Setelah selama ini?" tanya Kiril sembari melihat atasannya mengunci mulutnya, "Hubungan keluargamu pasti menarik ya."

Mendengar komentar partnernya, Dasbala hanya menggelengkan kepala. Flint menarik napas panjang, mengabaikan segala ocehan yang keluar dari mulut Kiril. Kemudian menyuruh kedua rekan kerja untuk ikut dengannya.

Permainan yang Flint lakukan ini sulit Dasbala prediksi ujungnya. Flint mempunyai banyak agenda, baik yang diucapkan maupun tidak. Terlalu banyak, sehingga selama tujuh tahun terakhir, kedua ilmuwan yang diminta untuk menjadi pion kudanya pun hanya bisa menggigit jari menyelesaikan isu yang ada. Flint memberikan informasi secukupnya namun sejelas mungkin sehingga tidak diperlukan lagi sesi tanya-jawab dengan mereka berdua.

Saat diberitakan bahwa Flint mempunyai misi tersendiri untuk menutup 'pintu', kedua ilmuwan itu kesulitan untuk menerima faktanya. Malah, ia mengira atasannya bercanda. Mana ada sebuah pintu yang menghubungkan Permukaan Atas? Dan untuk apa ia menutup pintunya jika hal itu yang membawa keuntungan besar bagi Orenda?

Kita membunuh orang.

Satu kalimat itu menjelaskan semuanya.

Disposal Floor saat itu berkabut. Alih-alih membawa mereka menuju Haven seperti yang sudah didiskusikan, Flint membawa mereka menaiki tembok dumphole, melihat tumpukan tubuh-tubuh kaku hasil residu. Melihat gelagat protes Kiril, Dasbala meredam emosi partnernya dengan mengarahkan telunjuknya pada sepasang suami-istri itu.

Kirana terkesiap. Ia memandang suaminya dengan tidak percaya.

"Ingat kenapa aku membawamu keluar pertama kali dari sana?" Dasbala dapat mendengar ucapan Flint dua meter dari tempatnya berdiri, "Ini yang akan terjadi padamu saat itu, bahkan bisa jauh lebih parah lagi. Masih ada kesempatan untuk tidak mengotori tanganmu, Ana. Jadi, tolong...."

"Kamu tahu betapa senangnya aku saat kamu akhirnya bisa membicarakan hal ini? Aku tahu ada banyak hal yang kamu pikirkan, tapi aku sudah menunggu lebih dari tiga tahun supaya kamu membuka diri mengenai pekerjaan," Kirana meraih tangan Flint, membawanya ke pipi perempuan itu, "Banyak hal yang telah terjadi, Flint. Pengorbanan dan juga amarah. Tapi, kamu yang membuatku tidak menyerahkan diri pada kematian.

"Biarkan aku membantumu; jadikan aku bidakmu dalam papan catur yang kamu mainkan. Sebagai balas budi."

Flint menarik napas, melekatkan keningnya pada kening Kinara. Pria itu berbisik, "Kamu hidup sudah menjadi hadiah terbesar bagiku."

"Tidak tanpamu," ujar Kirana, "Pasti butuh bertahun-tahun sampai rencanamu ini berhasil 'kan? Aku tahu konsekuensinya."

"Bagaimana dengan Nova? Dia sudah membenciku, tapi dia tidak bisa kehilangan ibunya juga."

"Ketika waktunya tiba, dia sudah siap untuk menapaki dunia dengan kakinya sendiri," Kirana kini menangkup wajah Flint, "Dia akan baik-baik saja; Nova akan baik-baik saja."

Dasbala tidak menyangka bahwa Flint bisa memberikan ekspresi sesendu itu. Ketika menyangkut orang yang dicintai, pria yang memiliki pandangan terdingin di tempat kerjanya pun akan luluh juga. Pria yang tidak pernah mengungkit mengenai keluarganya, bekerja secara efektif dan efisien, dan dari luar tampak bagaikan mesin pun masih memiliki hati.

Pasangan suami-istri itu mendekat. Melihat kedua rekan kerjanya mengamati mereka berdua, pria itu berkata, "Kalau ada yang mau disampaikan, bilang saja." Dasbala dan Kiril berpandangan dan tetap menutup mulutnya rapat-rapat.

Flint memberikan arahan ketika mereka memasuki mobil yang terparkir cukup jauh dalam sebuah rumah rongsok di pemukiman Disposal Floor. Terima kasih kepada Dasbala yang secara tidak sengaja bertemu orang-orang dari balik pegunungan, mereka selangkah lebih dekat untuk menjalankan misi membangkangi perusahaan itu: menutup Orenda dan mencari alternatif reptilium, serta menutup pintu-pintu yang menghubungi kedua dunia.

Lampu mobil yang terangnya tidak seberapa berhasil membawa mereka ke terowongan yang memotong jalan menuju sebuah kota kecil bernama Haven. Dalam perjalanan, Kirana tertidur sementara ketiga laki-laki itu masih terjaga.

"Aku tidak sengaja mendengar apa yang kalian bicarakan tadi," ucap Dasbala pada Flint dari balik kemudi, "Kau bilang kau membawa Kirana keluar dari Orenda? Maksudnya apa?"

Flint mengalihkan pandangannya pada Kirana yang tertidur dan bersandar di bahunya. "Dia tidak berasal dari sini. Bukan dari Floor, bukan dari Watchend, bukan pula dari Bumiapara. Kirana berasal dari Permukaan Atas."

"Tempat di mana Orenda mengambil orang-orang untuk dijadikan penelitian?" tanya Kiril dan mendapatkan pembenaran dari Flint.

"Seperti kebanyakan orang-orang yang tertarik ke Orenda, mereka sudah tidak peduli dengan hidupnya. Kirana juga begitu. Tapi, matanya berbeda," ujar Flint, "Aku melihat masa depan."

"Jatuh hati pada pandangan pertama, eh?" Kiril berkata tanpa berpikir.

"Ya," jawab Flint, "Tapi, membawanya keluar dari Orenda benar-benar kesalahan besar. Saat itu orang-orang yang datang ke Orenda belum sebanyak ini dan mereka merupakan aset berharga. Sekalinya menghilang atau lenyap —jika tidak karena mati— mereka akan terus dicari hingga sudut kota terdalam. Masa-masa itu merupakan masa-masa paling mengerikan selama bekerja di Orenda. Apa lagi dengan membawa Kirana kabur."

"Aku mendengar beritanya," ujar Dasbala, "Tidak ingat banyak, tapi waktu itu Orenda sedang membenarkan reputasi buruk dari metode mereka sebelumnya dengan membuat sebuah permainan simulasi. Aku tidak tahu mereka membawa orang-orang dari Permukaan Atas untuk itu."

"Bagaimana kau bisa kabur?" tanya Kiril, "Bukannya kau pasti dicurigai oleh orang-orang?"

Flint mengetuk kepalanya dengan telunjuk, "Jangan pernah meninggalkan jejak apapun. Bersembunyi selama setahun-dua tahun pada akhirnya membuat isu itu redam juga. Prioritas Orenda teralihkan," Flint menarik napas panjang, "Aku tidak mau Kirana merasa terbebani atau ingin menghabiskan nyawanya untuk kedua kali."

"Jadi, itu kenapa kau memilih untuk memainkan papan catur ini? Untuk melindungi orang terkasihmu sekaligus menempatkan mereka dalam bahaya? Atau kau sebenarnya ingin menyucikan dosa-dosamu?" Kiril menolehkan kepalanya.

"Jika disederhanakan, ya, memang begitu."

"Kau sadar, kau bisa kabur membawa Kirana ke suatu tempat dan meninggalkan Floor serta Orenda 'kan?" Kiril bertanya seolah-olah mendapati lawan bicara yang luar biasa bodoh.

"Aku tahu," jawab Flint, "tapi tidak bisa. Otak Orenda ada padaku. Mereka akan memburuku, mengejarku hingga pelosok Bumiapara. Mereka menginginkan uang, mereka menginginkan gagasanku, tapi mereka tidak tahu, belum, bahwa mereka memegang pedang bermata dua."

"Apa kau sadar kalau kau terdengar seperti orang jahat barusan?"

"Baik-buruk itu relatif," ucap Flint, "Kau hanya perlu mengganti sudut pandangmu melihat."

Dasbala menyadari bahwa atasannya itu cukup berbahaya. Dia berpikir sangat strategis, efektif, dan bisa mendelegasikan strateginya ke orang-orang yang tepat. Misi utamanya menggulingkan Orenda serta mencari alternatif reptilium dan ruska. Menggulingkan perusahaan bisa saja dengan huru-hara: meledakkan lab, misalkan. Akan tetapi, Flint tidak mau. Risikonya terlalu besar dan kemungkinan ia tertangkap sama besarnya.

Mengacaukan sistem dan sabotase merupakan pilihan Flint. Perlahan, dari riset yang dilakukan, Flint mengubah beberapa bagian dari dokumen laporan yang telah dibuat. Membiarkan orang-orang bagian produksi melakukan apa yang tertera di sana. Perlahan namun pasti, pria itu mengubah formulanya, tinggal cara supaya mereka menyadari bahwa pihak-pihak atas adalah binatang tak berperasaan kemudian mereka akan balik melawan.

Merubah dari dalam. Tidak semua orang mampu bertahan selama itu. Apa lagi untuk mengubah pola pikir seseorang. Hebatnya, Flint mempunyai daya juang sekuat itu. Ia selalu berpikir, dan mempertimbangkan, kemudian mengambil langkahnya dengan pasti. Dia tahu apa yang akan terjadi di depan dan merealisasikannya. Flint mungkin sama membahayakannya dengan laba-laba beracun.

Saat mereka tiba di Haven, bulan penuh tertutup awan. Tak lebih dari dua puluh rumah yang dibangun di sana dan seorang pria menyambut mereka.

"Terima kasih sudah datang ke sini," sambut pria bernama Hacket.

Dasbala bertemu dengannya kurang dari enam bulan yang lalu. Sejak dibangun klinik tempat Kiril dan dirinya untuk melakukan riset tambahan, pria itu melihat banyak hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Salah satunya orang-orang pengepul dari kota kecil di balik gunung. Ucapanya mengenai Permukaan Atas menarik perhatian Dasbala.

"Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Flint," mereka berjabatan tangan, "Dasbala banyak berbicara tentangmu."

Pria itu membawa mereka ke rumahnya yang kecil. Dindingnya yang putih tampak membosankan jika tidak ada tumpukan barang rongsok yang disusun secara estetis. Seketika pria itu duduk, Hacket membicarakan Permukaan Atas bagaikan sebuah tempat terindah dan teraman yang pernah ia kunjungi.

Meski secara keseluruhan tempat itu jauh lebih sederhana dibandingkan Floor, Tak ada ancaman makhluk besar seperti pagna maupun azuline yang membuat orang-orang lupa. Beberapa kali pria itu mampir ke sana dan melihat gelapnya malam yang masih berbintang. Seolah-olah tidak ada hal ekstra yang harus dikhawatirkan, Permukaan Atas bagaikan sebuah tempat yang damai dan bebas ancaman.

"Tidak sebagus itu," ujar Kirana, berkata terlebih dahulu dibanding suaminya yang dari tadi gatal untuk bertanya, "Aku pernah tinggal di sana selama separuh hidupku."

"Setidaknya kau hanya berhadapan dengan manusia."

"Tapi, yang dilakukan para manusia di Floor juga membahayakan," Flint menimpali, "Tidak ada tempat yang aman di sini. Coba, Hacket, bagaimana kau bisa keluar-masuk ke Permukaan Atas? Apa kau bertemu dengan raksaka?"

Hacket menggelengkan kepala, dia bahkan tidak tahu apa itu raksaka. Terdapat sebuah pintu, katanya, lorong, bahkan, yang menghubungkan kedua tempat ini. Terkadang mereka akan tertutup, terkadang tidak. Waktunya tidak bisa diperkirakan.

"Apa kau punya rencana tersendiri dengan pintu itu?" tatapan Flint tampak serius.

"Menjelajahinya, mungkin. Memangnya kau punya pendapat lain?"

"Banyak hal."

*



// UHUHU maaf cuma sedikit dan juga telat update-nya :( tapi, yang jelas selamat tahun baru ya! Gila dipikir-pikir sudah ada 3 kali 'selamat tahun baru' di end note beberapa chapter. ahaha. semoga ini menjadi yang terkahir ya! Yah gitu. Makasih yang sudah setia menunggu. Chapter yang akan datang kembali ke Nova. Makasih lagi, semoga tahun 2019 kita semua berkah ya :') selamat kembali ke dunia nyata~//

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

179K 24.6K 74
Pada suatu ketika di dalam mimpi, sang putri tertidur panjang karena menusukkan jemarinya ke jarum pemintal. Jika di akhir cerita sang putri terban...
105K 15.7K 61
[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta k...
3.6K 575 60
[Reading List WattpadfantasiID Januari 2024] Diculik sebagai tumbal, Wafir---bocah naif yang selamat dari tenggelamnya separuh daratan bumi---harus m...
11.4K 4.2K 38
[Teenfict - Slice of Life - Minorromance] Nama dan pemiliknya sama-sama aneh, Candala. Murid pertukaran pelajar di tengah semester satu, entah dari m...