Yakin, Cupu?! ; Kookv

Από fufflytata

219K 21.7K 2.5K

"Hello, it's Jeon jeongguk. Jeon taehyung's husband and CEO of Gucci Corporation. Nice to meet you, camera."... Περισσότερα

Prolog
-★ 01
-★ 02
-★ 03
-★ 04
-★ 06
-★ 07
-★ 08
-★ 09
-★ 10
-★ 11
-★ 12
-★ 13
-★ 14
-★ 15
-★ 16
-★ 17 🔞
read this first

-★ 05

11.8K 1.3K 204
Από fufflytata

Terhitung dua hari taehyung dan jeongguk absen dari sekolah, dengan alasan yang cukup kuat untuk membujuk si mama agar membuat surat ke sekolah. Kemarin malam, mereka berdua berunding membeli apartemen dan segala perabotannya. Usul taehyung di tolak mentah-mentah sama jeongguk, karena apartemen yang di ajukan olehnya sempit dan nggak ada ruang buat melakukan hal lain. Jadinya si papa turun tangan mencari apartemen yang kosong di sekitar taman kota.

Awalnya mama jeongguk nggak mau, ia masih ingin anak dan pacarnya tinggal bersamanya. Tapi karena sudah terlena dengan ucapan taehyung yang menyetujui dirinya menjadi menantu mereka kelak, si mama akhirnya mengangguk semangat. Membiarkan anaknya bersama calon menantu idamannya —terlebih taehyung yang bersikap sopan dan manis serta sangat handal memasak— tinggal satu atap.

Saat memesan perabotan dari teman si papa, menuai pertikaian kembali dari taehyung dan jeongguk. Anak berpinggul seksi yang keras kepala tetap gigih memilih warna putih gading sementara anak kelebihan kalsium itu menentang warna tersebut, baginya abu-abu kehitaman yang paling bagus. Membuat kedua orang tua pusing karena melihat aksi merajuk yang digunakan oleh keduanya, akhirnya dengan segala berat hati perabotan yang mau di pakai mereka sebagian berwarna putih gading dan sisanya abu-abu kehitaman.

Mereka tidur pun saling membuang muka dan berjauhan —sama-sama memeluk guling milik jeongguk dan mengerucutkan bibir, membuat si mama menggeleng paham saat ia memberikan selimut tambahan ke kamar jeongguk. Namun tadi pagi, mama menemukan mereka dalam keadaan berpelukan. Jeongguk terlentang dengan lengan berada di belakang tengkuk taehyung —menjadikannya bantal— dan kepala yang hampir mencium dahi taehyung. Seperti halnya taehyung sendiri, ia memeluk tubuh jeongguk kayak guling, tangannya berada di dada jeongguk dan kaki yang melilit kaki jeongguk. Muehehehehe pikiran si mama langsung mesum.

Sarapan sudah selesai, sekarang tinggal menunggu konfirmasi apartemen dari teman papa. Katanya si anak dari teman papa yang mempunyai apartemen kosong.

Jeongguk sibuk main game yang berada di ponsel barunya. Taehyung tahu kok kalau ponsel itu keluaran terbaru, soalnya dia juga ingin membeli produk kesukaannya itu. Kerjaannya sekarang cuman mempersempit jarak kepada jeongguk dan melihat game yang dimainkan oleh anak kelebihan kalsium saja. "Guk, pinjem hapenya, boleh?" Tanyanya saat fokus ke aksi tembak menembak yang di lakukan jeongguk di ponsel.

Nggak ada jawaban yang di berikan, membuat taehyung kesal sendiri. Memegang pundak jeongguk dan menggoyangnya pelan agar dia di perhatikan, "pinjem hapenya bentaaaar aja, boleh ya?" Tanyanya lagi, tapi beberapa menit di tunggu hasilnya tetap sama. Nggak ada jawaban.

"Jeongguk!" Taehyung memukul pundak dan sedikit berteriak kesal di telinga anak itu. Di tanggapi dengan kalem dan nada yang cukup datar, "iya bentar, tae. Abis ini chicken dinner." Memperbaiki letak kacamata yang melorot ke hidung bangirnya dan kembali memencet layar.

Taehyung mendecak sambil menggumamkan berbagai umpatan kepada jeongguk, berani banget mengabaikan pangeran saat gabut begini. Memilih untuk meninggalkan anak itu, mau mengadu ke mama saja kalau dia di abaikan sama jeongguk. Yah padahal dalam hatinya masih sungkan, karena antara dia dengan anak mereka nggak ada hubungan apapun.

"Mama~ jeongguk nggak mau pinjemin hapenya, sibuk main game mulu." Ia mendatangi si mama yang bermain dengan cooky, si kelinci gembul yang keenakan saat pucuk kepalanya di elus sama nyonya besar. Tersenyum manis melihat taehyung menggembungkan pipi sambil berjalan ke arahnya, ikut duduk memangku tata —kelinci betina yang mempunyai tubuh lebih ramping dari cooky, kelinci jantannya.

"Jeongguk kalo nge game emang suka lupa segalanya." Ucap mama, tangannya masih setia mengusap bulu-bulu lebat cooky. Mereka sekarang berada di pinggir taman belakang yang baru saja di bersihkan oleh papa dan jeongguk, taehyung di buat takjub kembali. Terdapat lubang buatan di sekitar tempat duduknya, khusus untuk tempat tinggal para kelinci. Selain cooky dan tata sebagai indukan, ada lima anak kelinci yang bergerombol bermain bersama. Tampaknya para anak nggak menghiraukan orang tua mereka dan sibuk berlarian di sana.

"Dari kapan dia kecanduan game, ma?" Tanya taehyung, menahan gemas saat anak tata menghampirinya. Warnanya memang seperti sang ayah, hitam legam namun di ujung hidung terdapat lingkaran putih layaknya warna dari ibunya. Berukuran tujuh kali lebih kecil, membuat taehyung ingin menangkapnya dan membawa ke kamar jeongguk.

Seenggaknya mereka mempunyai nama yang terpasang pada pundak masing-masing dengan warna yang berbeda. Jadinya taehyung mudah menghafal nama-nama unik mereka. "Mama, kelinci ini milik jeongguk sendiri?" Seolah ia melupakan pertanyaan yang baru saja di ajukan.

Si mama mengangguk membenarkan, "Waktu pulang lomba Olimpiade kelas 1 akhir semester, dia ketemu cooky. Katanya ada sayatan di pahanya, jadi dia beli langsung tanpa nawar dari uang hadiah lombanya. Mama sempet mau marah karena nggak ada ruang buat cooky, tapi mama liat kegigihannya buat sembuhin paha kelinci ini, jadi mama bolehin aja. Itung-itung buat temen kalo semuanya sibuk keluar rumah."

Taehyung kagum, benar-benar di luar dugaannya. Jeongguk adalah orang yang baik tapi selalu di bully tanpa sebab oleh teman seangkatan mereka, terlebih ia mempunyai hati yang tulus. Kecuali nada bicaranya yang terkesan dingin dan cuek serta penampilan culunnya. "Kok bisa ada tata?"

"Kelinci betina itu di kasih sama temennya. Ya, katanya, dia kebanyakan hewan, daripada tata di makan sama ular peliharaannya." Ucap si mama, mengusak bulu panjang cooky yang menjuntai sampai ke bebatuan. "Untungnya dua kelinci ini cocok, jadinya mereka punya anak lima."

Astaga, pembicaraan kayak begini. Secara nggak langsung ia merasa tersindir dengan kata-kata yang keluar dari mulut mama, selain jeongguk nggak bisa punya anak darinya —karena menurutnya jeongguk mudah untuk di dominasi, mereka juga nggak ada hubungan apapun. "Namanya unik, ya, ma?"

Mama jeongguk tertawa, "kalo yang jantan ini, cooky. Soalnya dia suka makan cookiesnya jeongguk. Kalo si tata di ambil dari nama taehyun, adik keponakannya jeongguk yang baru tiga tahunan." Kekehan terdengar dari bibir taehyung, ternyata terdapat memori yang berkenang di dalam nama kelinci-kelinci ini.

Taehyung sendiri sibuk mengusak bulu tata, seenggaknya mirip dengan rambut jeongguk malam itu. Hanya saja warnanya berbeda. Memandangi hidung tata yang bergerak konstan, membuatnya jahil untuk menekan hidung kelinci tersebut.

"Kasihan tata, nggak bisa napas nanti." Ucap seseorang dari arah dapur, berjalan mendekat ke taman dengan sandal kamar hitam. Sedikit meregangkan otot beberapa detik karena terlalu lama meringkuk di sofa. Duduk di antara kedua orang yang bermain kelinci dengan acara tanya-jawab yang sempat tertunda tadi. Jeongguk menyentuh pundak taehyung, mengundang tatapan kesal dari sang empu. "Katanya mau pinjem hape? Nih." Menyerahkan ponsel emas miliknya, menatap wajah taehyung dengan teliti sembari terus memajukan ponselnya.

Elusan di bulu tata berhenti, melirik jeongguk yang berusaha menyerahkan ponselnya. Menggeleng keras dengan bibirnya yang sedikit maju, "Nggak. Mau!" Kata taehyung, memilih untuk menjauh dari anak kelebihan kalsium dengan membawa tata. Duduk di samping si mama yang mencoba menahan ketawa karena tingkah laku dari anak dan pacarnya.

"Lain kali kalo lagi berduaan, tinggalin dulu hape nya. Mau ngabarin siapa, sih? Pacar kamu juga udah di deket kamu, nak." Jeongguk menganggukkan kepalanya mendengar nasihat dari mamanya, beda banget sama taehyung. Dia masih mempunyai urat malu, membuat suhu pipinya memanas seiring dengan kekehan seorang ibu. Ya ampun, di hati taehyung cuman merapalkan kata maaf yang nggak ada hentinya karena membohongi orang, terlebih beliau baik hati menerima dirinya di rumah ini.

Dering telepon dari ponsel emas jeongguk membuat suasana yang hening menjadi terpecah, segera melihat nama yang tertera di layar dengan cepat. "Ma, dari papa." Menekan bulatan yang berwarna hijau dan menaruh ponsel tersebut ke telinga, siap mendengarkan kalimat yang akan papanya berikan.

"Jeongguk, papa dapet sms dari temen papa. Apartemen yang kosong cuman vvip." Mama dan taehyung bisa mendengarkan ucapan si papa karena jeongguk di paksa oleh taehyung, dia juga ingin tahu tipe apartemen yang mau mereka pakai. Karena jeongguk orangnya penurut, ia segera me-loudspeaker pembicaraan papa. "Ajak taehyung sekalian, biar kalian bisa nentuin cocok atau nggaknya. Nanti papa kasih nomor anak temen papa."

Tatapan mata jeongguk membelok dari mama ke taehyung, melihat respon yang akan ia dapat darinya. Tapi kayaknya taehyung sendiri juga menyetujui keputusan dari papa jeongguk, well, dia memilih ikut daripada sendirian di rumah anak kelebihan kalsium tanpa ada mainan alias bakalan bosan. Mengangguk mantap dengan mata yang saling bertatapan, membuat taehyung nggak kuat menyangga tubuhnya sendiri. Apa itu tadi? Tatapan hangat dari jeongguk dapat melumpuhkan syaraf-syaraf yang berkerja dalam waktu yang singkat.

Seenggaknya mulai sekarang taehyung harus sedikit berhati-hati buat dekat-dekat dengan jeongguk yang dia cap sebagai cowok berbahaya. Yang menjadi pertanyaannya adalah 'bagaimana cara mengubah jeongguk dalam kurun waktu dua bulan ke depan' dan 'menjadikan jeongguk orang yang di idamkan oleh semua orang —seperti dirinya.'

Sambungan telepon sudah di matikan oleh sang papa saat jeongguk mengiyakannya, memberikan ponselnya kepada mama untuk di simpan sementara. Beranjak dari tempat duduknya untuk berganti baju yang lebih layak setelah dapat anggukan dari taehyung, iya, dia izin dulu kepada teman seangkatannya agar mereka nggak berbarengan di kamar. Bisa jadi si mama lah yang marah-marah ambil bilang 'kalian belom cukup umur udah berani gituan, ya.'

💫💫

Taehyung sudah membawa beberapa perlengkapan yang akan di butuhkan nanti di dalam tas kecil jeongguk, mencoba merapikan helaian poni yang jatuh ke poninya dengan bantuan kamera dari ponsel jeongguk yang tadi di berikan oleh sang mama. Ehehehe, rezeki harus ia terima senang hati. Jika di lihat-lihat, ponsel jeongguk nggak ada spesialnya dan cenderung seperti ponsel-ponsel para sahabatnya. Hanya saja ada begitu banyak game di dalamnya, huh! Dasar maniak.

Ia membuka galeri, terdapat lima buah foto. Gambar pertama adalah kelahiran bayi laki-laki yang taehyung anggap keponakan jeongguk, gambar kedua adalah cek kamera yang biasa di lakukan saat baru membeli ponsel. Dapat terlihat jeongguk yang berhoodie hitam dengan menatap layar ponsel, memberikan tatapan datar sekaligus tajam. Tapi... taehyung nggak percaya dengan foto tersebut, karena...

Jeongguk yang menyisir rambutnya ke samping dan menampakkan dahi mulusnya, tanpa sadar membuat taehyung membuka mulutnya —terkejut. Bisa di bilang anak dari keluarga Jeon terlahir sempurna, tapi anak itu sendiri menutupi jati dirinya. Sayang sekali. Tekad taehyung bulat, mengubah jeongguk dari tukang di bully menjadi pangeran sekolah.

"Ma, hapeku tadi mana?" Teriak jeongguk dari tangga membuat taehyung Gelagapan sendiri karena ia terlalu lama memandangi foto jeongguk di gambar kedua, dengan terburu membuang aplikasi dari pencarian, menaruh ponsel di pahanya seolah nggak ada apa-apa. "Mama kasih ke taehyung." Kata si mama di ruang tamu yang menonton sinetron anak bumi.

Mengangguk paham dan menghampiri anak berpinggul seksi yang duduk leyeh-leyeh di sofa ruang tamu. "Dapet wa dari papa, nggak?" Katanya sembari mengambil kue kering yang berada di meja. Taehyung menggeleng, tadi sempet ponsel jeongguk bergetar, tapi karena ia terlalu memandangi foto jeongguk jadinya lupa untuk membuka.

Tangannya memberikan ponsel ke paha jeongguk, mengambil alih toples putri salju yang di genggam anak tersebut. Melihatnya makan, taehyung jadi kepengen. Padahal sejak ia duduk di sana, nggak minat memakan kue-kue kering. Mengabaikan jeongguk yang sudah mengetikkan beberapa kalimat, "jeongguk, ambilin minum, dong."

"Ambil sendiri, dong. Deket gitu minta diambilin." Kata anak yang di suruh oleh taehyung, memposisikan tubuhnya agar nyaman dan betah untuk waktu yang lama. Mata taehyung membola di sertai tatapan tajam, menghentikan kegiatan 'mari memakan putri salju.' "ambilin bentar, napa, sih?"

Jeongguk menggeleng lagi, posisinya sudah benar-benar mantap bermain game. Membuka situs game kesukaannya sampai melupakan keberadaan taehyung yang lagi-lagi hanya memandangi jeongguk dengan tangan mengambil kue putri salju, "gue aduin ke mama kalo lo nggak ngambilin gue minum."

"Ngadu aja, tukang ngadu kayak kamu mana ada yang percaya." Sarkas anak kelebihan kalsium, memencet tombol 'mulai' yang ada di layar ponselnya. Bodo amat dengan taehyung yang siap-siap menjitak kepalanya.

Picingan mata ciptaan taehyung juga nggak membuat jeongguk bergerak sedikitpun untuk mengambilkan air dingin di kulkas yang berada di dapur. Berusaha memasok udara di paru-paru, mengatupkan bibir rapat sebelum ia berteriak. "Mama! Jeongguk nggak mau nurut sama aku."

What the heck! Teriakan taehyung membuat burung-burung yang berada di sangkar berhenti menyuarakan melodinya hingga para kelinci berdiri dengan kaki belakangnya guna mencari sumber teriakan. Jeongguk menoleh, menatap seolah bicara 'tukang ngadu!' kepada taehyung. Sang empu sendiri tersenyum menang, memakan kembali putri salju sebelum di hinggapi lalat di tangannya.

"Sayang! Jangan ngebangkang sama pacar sendiri, harus nurut. Kayak papa kamu, gitu, loh." Teriak khas seorang ibu meluncur indah ke telinga jeongguk, secara nggak langsung menyuruh anaknya untuk mematuhi apapun perkataan taehyung. Mendelik tajam sembari menaruh ponselnya ke meja, menuruti permintaan taehyung dengan berat hati.

"Ma, anak mama itu jeongguk, loh. Bukan taehyung, mau aja di kibulin sama dia." Kata jeongguk mengambil sebuah botol di kulkas, menuangkannya ke gelas panjang yang tersedia di meja makan. Merasa bahwa kehadiran taehyung akan menggusur sedikit demi sedikit kasih sayang mamanya. Berjalan melewati sofa yang di duduki nyonya besar, "iya, kamu anak mama, tapi taehyung 'kan calon kamu. Jadi harus nurut sama semua perkataan dia."

Jeongguk memilih diam, sudah terlalu malas menanggapi si mama yang kelewatan menyikapi teman seangkatannya itu. Menyerahkan air dingin kepada taehyung sambil menjatuhkan diri ke sofa empuk yang sebelumnya dia duduki. "Nah, gitu dong, baby. Jadi makin thayang, deh, akunya." Ucap taehyung mengelus pipi jeongguk —mencubitnya pelan. Meminum rakus air tersebut hingga habis nggak tersisa.

💫💫

Karena jeongguk mempunyai akal yang melebihi Albert Einstein, ia mengelabui sang mama agar memberinya uang lebih untuk kehidupannya bersama taehyung. Mendudukkan diri di samping sang mama sembari ikut menonton sinetron picisan yang membuat dirinya sendiri bergidik geli, menepuk pelan bahu mama agar melihatnya. "Ma, minta uang, boleh?"

Si mama yang pengikut anutan mama baik adalah mama yang menuruti kemauan sang anak, jadinya ia mengambil ponsel Samsung note 8 jadulnya yang berada di meja. "Uang terus, awas kalo taehyung nggak kamu kasih, ya. Mama ambil semua saldo kamu." Kerutan samar berada di dahi jeongguk, merasa terheran kepada mamanya yang lebih mengutamakan taehyung daripada dirinya. "Sama aja kayak taehyung, tukang ngancem."

"Kamu kesini mau minta uang atau nuduh mama?" Kata nyonya besar yang menatap datar jeongguk, merasa kalau anaknya bakal ngambek karena perlakuannya. Tapi mungkin habis terkena tuturan dari taehyung —entah dilakukan kayak gimana, anaknya membalas dengan kekehan ringan sambil menggenggam ponselnya.

"Terserah mama mau ngasih berapa, tapi kayaknya 250 boleh juga." Ungkap jeongguk menghidupkan ponselnya dengan aplikasi banking yang sudah nampak di layarnya, mendekatkan diri dengan tubuh si mama agar lebih mudah melihat transaksi yang ada di ponsel nyonya besar.

Karena penghasilan perusahaan yang papa jalankan sudah mendunia, alhasil bank yang mereka gunakan menjadi internasional. Dengan kata, banking yang berada di ponsel keluarga Jeon berbasis bahasa Inggris. Jadinya, mereka mempunyai uang dolar lebih banyak daripada uang lokal sendiri.

Dan sekarang taehyung bingung, mereka membahas uang kayak bahas uang receh yang mau di sumbangkan ke pengemis jalanan. Mungkin yang jeongguk bilang nominal segitu dalam uang lokal sudah cukup memenuhi kebutuhan mereka kurun waktu beberapa bulan ke depan.

"Beneran nggak kurang? Mama nggak mau ngirim lagi kalo udah hidup sama taehyung." Mama mengetik angka yang anaknya mau di ponselnya. Kalau sudah menyangkut uang begini, si mama terkadang buta matematika. Karena selisih perbedaan uang lokal dengan uang mereka berbeda jauh dan si mama juga penggila barang-barang luar negeri, makanya mama nggak segan memberi uang terlampau sangat banyak kepada anak-anaknya.

Jeongguk berpikir ulang, kalau ia cuman di beri mama uang bernominal 250 bakal kurang atau nggak ya? Mungkin bisa untuk tabungan jika uang tersebut masih kelebihan. "Tambahin 50 lagi, deh, ma. Biar nggak nanggung." Dengan sekali tekan di layar ponsel mama, ponsel jeongguk berbunyi dengan notifikasi banking yang memberitahu bahwa transfer sudah sukses.

"Mama nggak bakal nambahi uang buat kamu lagi, tapi kalo buat taehyung, harus ngomong ke mama, ya, biar mama kasih." Mama menaruh lagi persegi panjang canggih itu ke meja, menyeruput teh yang ia sediakan dari mulainya menonton sinetron kesukaannya.

Jeongguk bersemangat mencium kedua pipi gembil mamanya, bergumam selalu mencintai sosok ibu yang melahirkannya. Terkekeh ringan kepada sang mama yang merengut kesal karena tontonan yang terganggu oleh iklan, mengabaikan keberadaan taehyung di sela-sela lemari sekat antara ruang tamu dan ruang keluarga.

'gue gatau kalo jeongguk bisa sebahagia itu di kasih uang 300 juta. Apa kabar emak gue?' batin taehyung, sempat memikirkan ibunya sendiri yang selalu membeli barang-barang mahal yang melebihi uang 300 juta uang lokalan.

Selain dengan nominal tadi, taehyung boleh sedikit membawa perasaannya nggak? Mama jeongguk masih memperhatikan dia sebagai calon menantu dari keluarga Jeon dan memberikan uang yang akan memenuhi kebutuhannya bersama anak mereka, padahal jeongguk dan taehyung hanya sebatas teman angkatan sekolah saja. Nggak lebih dari itu.

Asyik dengan pemikiran yang membutuhkan nalar membuat taehyung nggak sadar jika jeongguk sudah berada di depannya, ide jahil terlintas sesaat di otak anak berkacamata. Tersenyum mesum sembari mendekatkan wajahnya ke wajah taehyung, menghasilkan lirikan genit dari sang mama di samping mereka.

Jeongguk mencium pipi kanan taehyung sekilas, membuat sang empu mengerjakan matanya —nggak mengerti apa yang terjadi barusan. "Ayo berangkat, keburu anak temen papa kesel sama kita." Melangkah ke depan rumah melewati taehyung yang tampak masih bingung.

"Taehyung, pipi kamu merah, tuh!" Oceh mama jeongguk sebelum melanjutkan tawa yang sempat terjeda beberapa saat.

'Jeongguk sialan! Malu gue, malu!' batin taehyung —sibuk menutupi pipi yang panas karena perilaku jeongguk dan godaan mamanya.

💫💫

040719

Di cerita ini, mulai aku kasih sedikit keromantisan diantara mereka ya. Jadi seterusnya kalian bakal sering temuin jeongguk dan taehyung saling memberi ungkapan sayang —ea.

*Brio butut milik seokjin yang di pake taehyung

Tertanda cinta, Fufflytata 💋

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

286K 24.3K 36
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
88.3K 12.6K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
177K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
118K 10.2K 22
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...