You Are My Mate? (END)

Von Lyoo31

23.3K 1.8K 188

Aku tidak pernah mereject mu kata kata itu tidak akan pernah aku katakan, kau akan menjadi satu satunya MATE... Mehr

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapther 7
Chapter 8
Chapther 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26 - END

Chapter 16

655 60 6
Von Lyoo31

#Banyak kata kata flashback-nya.. Semoga nggak bingung dan happy reading!!!

Seharusnya Yoongi tahu, apa yang baru saja ia lakukan pada Sana adalah hal yang salah.

Semuanya sudah terjadi, rasa marah dan dendam muncul begitu saja ketika Yoongi mendengar dan melihat semua yang di lakukan Mark kepada Sana waktu itu.

Tidak bisa di pungkiri lagi jika Yoongi, tidak menyukai semua yang baru saja dia lihat dan karena itu pula ia tidak bisa mengendalikan amarahnya yang membuncak hingga tanpa sadar ia sudah melakukan hal kasar pada Sana.

Mata tajamnya terus saja menutup untuk mencoba menahan semuanya. Tangannya mengepal dengan erat hingga urat nadi di kedua tangan itu terlihat begitu jelas, ia menahan amarah yang akan mencuat  kapan saja jika ia kembali mengingat hal itu.

Yoongi lantas menghembuskan nafasnya kasar sebelum akhirnya ia menutup matanya lalu kepalanya mengadah, wajahnya saat itu pula langsung mengarah kearah bulan yang saat ini tengah bersinar terang.

Dan seakan tahu apa masalah yang di derita oleh namja ini, alam pun ikut membantu meringankan bebannya dengan menghembuskan angin ringan yang berhasil menerpa surai hitam milik Yoongi hingga membuatnya bergerak indah.

Yoongi, kembali mendesah kesal di balik matanya yang tertutup, ia berfikir jika apa yang di lakukannya sekarang rasanya seperti tidak ada gunanya.

Tetap sama, hatinya masih saja kesal dan tidak terima dengan itu semua.

Sedetik kemudian Yoongi, tiba tiba saja mengubah ekspresi wajahnya, karena ia merasakan sesuatu.. Ya.. Sesuatu seperti sihir.

Namja itu lantas segera menatap lurus ke depan, matanya yang telah terbuka itu langsung menangkap keanehan yang begitu nyata di depannya, Yoongi mengernyitkan dahinya heran….

Tempat ini….., pohon pinus yang mengelilingi lahan kosong ini… mungkinkah….

Ingatan Yoongi langsung berputar pada 20 tahun yang lalu, itu adalah sebuah waktu yang sama sekali tidak bisa ia lupakan dan akan menjadi kenangan terburuk dalam hidupnya.

Yoongi lantas mengepalkan tangannya erat. Bagaimana bisa ia berada di tempat seperti ini.

Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia ingat dan apa yang ia lihat sekarang, namja itu kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu dan nyatanya semuanya sama… ia merasa seperti kembali ke masa itu.

Yoongi yakin saat itu ia benar benar berada di tengah hutan sendiri dan bukan berada di tengah lahan kosong seperti ini, apa lagi tempat  ini begitu mirip dengan…

Tempat di mana Yoongi melihat Alicia mati di depan matanya.

Di detik berikutnya Yoongi merasakan nafasnya sesak dan kepalanya berdenyut pelan. Ia mencoba meringankan sesak nafasnya itu dengan meremat kasar kemeja putih yang di pakainya.

Matanya, langsung saja memerah dan terlihat tajam, rahangnya terkatup rapat menahan amarah, saat ini ia merasa…. Seperti di permainkan oleh semacam sihir. Ada yang tengah menyihirnya sekarang..

Yoongi benar benar tidak menyukai suasana saat ini, jika ia menemukan siapa yang melakukan semua ini sudah di pastikan dia akan mati di tangannya.

Tapi entah kenapa semakin lama rasa sakit yang menyerang tubuhnya itu semakin kuat. Tidak bisa di pungkiri lagi jika ini bukanlah karena sihir atau semacamnya, semuanya terlalu nyata...

‘lalu...apa mungkin aku, berada di alam bawah sadar sekarang?’

“Argh!!” Yoongi mengerang, kedua tangannya meremas dan menjambak rambutnya sendiri.

Ia merasakan ribuan jarum menusuk semua tubuhnya hingga akhirnya tubuh itupun terjatuh dengan lutut yang lebih dulu mendarat menahan tubuhnya dan bersamaan dengan itu ia mendengar suara lembut yang begitu samar dan penuh penderitaan yang Yoongi tahu itu adalah suara yang menjadi ucapan terakhir yeoja itu sebelum mati.

“Yoongi-ah….”

“Alicia…” Mata Yoongi terbuka lebar, ia langsung mengangkat kepalanya yang tertunduk itu dengan tergesa gesa. Matanya langsung bergerak liar mencari suara yang terdengar begitu nyata itu di telinganya.

Hingga akhirnya ia menemukan pemilik suara itu.

Dia,… Alicia Sana. Yeoja berambut pirang itu berdiri tepat di hadapannya dengan gaun putih selutut yang di pakainya.

Seperti malaikat turun ke bumi, yeoja itu tampak bersinar di setiap inchi tubuhnya, ia menatap wajah Yoongi dengan ekspreai wajah yang sama sekali tidak bisa di artikan.

Yoongi, masih menatap tubuh yang berdiri tegap di hapannya itu dengan posisi yang tak berubah sedikitpun, namja itu masih belum bisa mencerna apa yang baru saja ia lihat di depannya.

Apakah ini nyata atau hanya sebuah khayalan saja.

“bangun!!”ucap yeoja itu yang dengan jelas suara itu bisa ia dengar, Yoongi lantas mendesah kesal, ia bahkan tidak berubah walaupun sudah mati lalu tiba tiba saja bangkit dan menemuinya seperti ini.

"Cepat berdiri! aku tak punya banyak waktu untuk ini!!” ucapnya lagi ketika ia tak kunjung mendapat respon dari Yoongi.

Merasa sia sia saja apa yang diperintahkannya pada Yoongi, Yeoja itu pun lantas melangkahkan kakinya mendekati Yoongi yang mentapnya dengan posisi yang masih sama.

“Bagaimana bisa?” nadanya tiba tiba saja sedikit bergetar, mata tajam namja itu masih menatap lurus Alicia yang tengah melangkah mendekatinya.

“ya.. ini aku, Alicia Sana!” yeoja itu kemudian menghentikan langkahnya tepat di depan Yoongi lalu berlutut di depannya, mencoba untuk mensejajarkan tubuhnya dengan namja itu.

Sangat dekat, hingga mata tajam yang di rindukan oleh Yoongi itu kini terlihat jelas di matanya. Lalu tak lama kemudian ia melihat senyum miring yang begitu tipis di bibirnya, dan saat itu juga hati Yoongi miris melihatnya.

Sebuah kenyataan jika senyum itu adalah senyuman  terakhir yang ia berikan sebelum ia mati, kini Yoongi melihat itu lagi.

Tangan yang lama tak menyetuhnya itu perlahan bergerak mendekati wajah Yoongi lalu jari jari itu akhirnya dapat memegang pipinya dengan lembut, telapak tangan selembut sutra itu begitu dingin ketika menyetuh kulitnya.

Yoongi lantas menutup matanya merasakan kenyamanan yang luar biasa dari tangan mungil itu di pipinya. Untuk sementara ia bisa sedikit merasakan kenyamanan yang sudah lama hilang itu, sebuah kenyamanan yang mungkin tidak akan dia dapatkan lagi setelah ini, hingga kemudian dengan berat hati Yoongi membuka matanya ketika ia merasakan ibu jari mungil itu mengelus pipinya lembut…

“aku tidak punya banyak waktu Yoongi-ah, jadi kuatkan dirimu dan dengarkan semua perkataanku.”

_____________________________

Kamar dengan nuansa merah maroon itu kini di tempati oleh seorang yeoja yang tengah asik dengan pikirannya sekarang. Terlihat dari caranya berbaring dan juga pergerakan semua tubuhnya yang sama sekali tidak tenang itu di atas kasurnya.

Jari jari yang ada didepan dadanya tak bisa diam, kepalanya yang tergeletak pun tak merasakan kenyamanan yang di berikan bantal empuk bersarung sutra yang kini di gunakannya.

Matanya tidak menatap ke satu arah, melainkan ke seluruh penjuru ruangan gelap yang hanya di hiasi satu lampu tidur di meja nakas yang berada di samping kiri tempat tidur berukuran king seze itu.

Yang ada di kepalanya masih saja menyimpan perkataan Mina waktu itu, ya… sesaat setelah ia membawanya masuk ke kamar ini, sebelum menyuruhnya untuk tidur yeoja itu menjelaskan semuanya termasuk apa saja yang Sana tanyakan pada Mina, yeoja itu menjawab semua pertanyaanya.

Dari sekian banyak penjelasan yang di katakana oleh Mina, hanya beberapa kata yang entah mengapa sulit untuk di hilangkan dalam ingatannya.

“ini, adalah hari di mana Alicia Sana meninggal dan ia sama sekali tidak bisa melupakannya Sana-ah!”

Yeoja itu menggigit bibir bawahnya kuat kuat, ia… baru saja mengetahui semua tentang yeoja itu. Dan sekarang, Sana sudah merasa puas dengan apa yang di ketahuinya saat ini. Ia juga merasa sedikit senang tapi..

“Apa karena hari ini adalah hari kematiannya, Yoongi Oppa menjadi bersikap berlebihan?” karena perkataan itu rasa khawatir tiba tiba saja menyerang dirinya.

Yeoja itu lantas memaksakan tubuhnya yang lemas untuk mengadap sedikit kearah samping kiri.

Mata indah dengan kedua irisnya yang berbeda warna itupun, langsung menatap terangnya lampu tidur begitu Ia berhasil memiringkan badannya, tanpa ada rasa takut akan sakit di matanya ia masih tetap saja memandang lampu berwarna kuning itu dengan lamat.

“itu berarti ia masih berharap pada yeoja itu untuk kembali ...” Sana menghela nafasnya. Dan jika memang itu benar sudah di pastikan lagi, alasan lain kenapa Yoongi membawanya kesini selain sebagai Matenya namun juga sebagai Alicia Sana.

Sana lantas meremas selimut nya kuat-kuat melihat kenyataan itu.

“apa selama ini dia…. sama sekali tidak melihat ku sebagai diriku sendiri??”

Cklek’

Seketika itu pula, mata itu menutup rapat seiring dengan terdengarnya pintu kamar tersebut terbuka.

Degup jantung Sana lansung  berdetak di atas kecepatan normal ketika mendengar langkah kaki yang begitu lembut itu melangkah mendekat kearah dirinya. Pertanda jika ia mengetahui siapa yang datang kali ini, dia adalah Min Yoongi.

Yoongi  merasakan setiap langkahnya begitu berat, seperti mewakili akan semua perkataan perkataan yang seharusnya Yoongi tidak dengarkan dan dia ingat.

Yoongi, baru saja bertemu dengannya, yeoja itu marah dan menasehati dirinya dengan kata katanya yang dingin. Bahkan selama mereka berbicara tidak ada satupun kata rindu yang keluar dari mulut yeoja itu.

“lupakan aku… Yoongi-ah.!!!

Bagaimana bisa aku bertemu denganmu?... sikapmu lah yang membuatku bisa bertemu denganmu saat ini, dan aku juga tidak menyangka kenapa ini begitu mudah di lakukan..”

Yoongi menghela nafasnya, meyakinkan kembali dirinya untuk menemui yeoja yang seharusnya ia lihat sebagai Minatozaki Sana bukan Alicia Sana.

“kau jahat Yoongi-ah!.. berhentilah berkata manis padanya jika kau masih  menganggapnya orang lain.. itu hanya akan menyakiti dirinya. Dan kau juga harus ingat ini, orang mati atau makhluk apapun itu yang telah menemui ajalnya, tidak akan mungkin kembali meskipun mereka memiliki kesamaan.”

Yoongi meremas dadanya sendiri, mengingat perkataan yang satu itu membuat Yoongi menjadi semakin sakit dan merutuki dirinya sendiri karena telah melakukan hal itu pada Sana.

Tepat di depan Sana, Yoongi menghentikan langkahnya. Wajah cantik Sana dan kelopak matanya yang tertutup itu langsung menyapa penglihatannya.

“haruskah aku mengulanginya dari awal?” ucapnya lirih dengan pandangan yang tak pernah lepas dari wajah damai itu.

Ingatannya lalu bergeser ke masa di mana saat itu Yoongi, menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya pada Sana, setelah itu ia melihat Sana tertidur pulas di pelukannya hingga akhirnya Yoongi meletakkannya di atas kasur.

Saat itu Yoongi yakin dengan pasti jika Sana sudah menerimanya, dan merasa nyaman dengan apa yang telah ia lakukan. Namun bodohnya, Yoongi masih menganggapnya sebagai orang lain.

Yoongi kemudian berlutut di samping ranjang Sana yang tepat saat itu tubuh Sana berbaring menghadap ke samping.

Lalu Yoongi mencoba untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Sana yang tertidur. Atau ia tahu sekarang jika yeoja itu belum tidur, ia hanya pura pura tidur supaya tidak ketahuan dengannya.

Yoongi tersenyum tipis, ia akan benar benar memulainya dari awal.

Dan sama persis dengan apa yang di lakukannya saat itu, Yoongi mulai mencondongkan wajahnya ke wajah Sana dan tepat di kening yeoja itu, Yoongi menempelkan bibinya dengan lembut dan sangat dalam.

Ciuman yang sangat lama yang di inginkan oleh Yoongi agar yeoja itu juga merasakan apa yang di rasakan oleh Yoongi saat ini.

Dan saat itu juga, Yoongi benar benar menganggapnya sebagai Minatozaki Sana.

‘maafkan aku, Sana-ah. Dan terimakasih karena kau sudah dengan mudah menerimaku... Aku berjanji akan selalu ada di sampingmu,dan  berhenti menganggapmu sebagai orang lain lagi mulai dari sekarang.’

Namja itu mengelus lembut surai hitam milik Sana menyalurkan semua rasa kasih sayang yang tulus hanya untuk Sana seorang. Tanpa melepas ciuman lembut yang dia berikan.

Seakan tahu apa yang di rasakannya saat ini pada Sana, namja itu merasakan bulu mata lentik itu  bergerak lembut di sekitar pipinya.

Di balik ciuman manis itu Yoongi tersenyum.

“sekarang, aku bisa pergi dengan tenang. Oppa! kau harus menjaganya seperti kau menjaga diriku! jangan anggap dia sama seperti diriku hem??  ingat itu baik baik!!”

Yoongi melepaskan ciumannya dengan di akhiri tangan yang mengusap lembut pipi Sana, dapat ia lihat sekarang wajah Sana yang tengah berusaha menahan dirinya agar tidak ketahuan.

Yoongi tidak tahan lagi akan tingkah Sana yang menggemaskan ini, sebuah perbedaan yang nyata tergambar begitu jelas hanya dengan melihat wajahnya saja..

Alicia Sana dan Minatozaki Sana... mereka sangatlah berbeda.

Ia lantas segera menegakkan badannya lalu kemudian melangkahkan kakinya  menjauh.

Sana yang mendengar derap langkah kaki yang ia yakin akan menuju pintu keluar itu semakin kecil -dalam artian ia semakin jauh dari dirinya-, Yeoja itu lantas mulai membuka pelan kedua kelopak matanya.

Helaan nafas legapun tak tertinggal seiring dengan matanya yang terbuka lebar, namja itu sudah pergi… pikirnya.

Hingga kemudian, mata yang baru saja terbuka itu langsung membulat seketika, dan nafas yang tadinya berhembus lega harus terhenti saat itu juga ketika Sana dapat dengan jelas merasakan pelukan erat di pinggangnya.

Bagaimana pun juga, dirinya belum menampakkan jika ia benar benar sudah terbangun sekarang. Maka dari itu ia memutuskan untuk tidak bergerak dan mengikuti apa yang Yoongi mau jika dirinya tidak ingin Yoongi tahu apa yang di fikirkannya sekarang.

Yoongi memasukkan wajahnya semakin dalam ke belakang leher Sana, tangannya pun terus menarik tubuh yeoja itu untuk lebih menempel ke badannya.

Dengan diiringi nafas teratur Yoongi yang jelas di rasakan oleh Sana, salah satu tangan Yoongi yang memeluk pinggangnya terangkat dan bergerak menuju kearah belakang lehernya, gerakan lembut itu berhasil membuat Sana sedikit terkejut.

Yoongi merasakan gerakan kecil yang di ciptakan oleh yeoja itu sebagai refleks terkejutnya. Tak lama kemudian Sana merasakan tangan dingin itu perlahan mulai menyibak rambut yang menutupi leher jenjangnya dengan gerakan yang lembut.

Sana menelan salivanya ketika ia merasakan hembusan nafas Yoongi semakin jelas sekarang.

Hingga sesaat kemudian Sana merasakan sesuatu yang basah dan lembut mengecup lalu perlahan lahan menghisapnya ringan di sekitar lehernya.

Saat itu pula Sana mengatupkan mulutnya rapat rapat, rasanya saat ini juga ia ingin menghentikan aksi gila Yoongi  dengan membalikkan badannya dan menghadap ke arah namja itu sehingga ia tidak bisa menjangkau lehernya.

Tapi, rasa takut telah mendominasi tubuhnya sekarang untuk tetap bertahan dan tidak menatap namja itu sekarang. Untuk saat ini ia akan membiarkan Yoongi melakukan apa yang dia mau.

'Tapi.. Kenapa aku pernah merasakan ini sebelumnya?' pikir Sana ketika Yoongi melakukan itu.

Jujur, Yoongi memang sering melakukan hal ini pada Sana saat ia tertidur, dan tak lama lagi Yoongi pasti akan langsung melihat respon yang Sana lakukan ketika ia melakukan ini, seperti memutar badannya mejadi menghadapnya, memeluknya atau hanya sekedar mengeluarkan suara leguhan di mulut kecilnya.

Dan seharusnya ia mendapatkan itu segera, tapi sepertinya apa yang di harapkan Yoongi tidak akan ia dapatkan mengingat  Sana masih dalam keadaan sadar dan saat ini Yoongi dapat merasakan tubuhnya yang begitu kaku itu di pelukannya, Sana tengah menahan semuanya.

Hampir semua leher Sana akan ia tandai sekarang namun yeoja itu tak kunjung menunjukkan pergerakannya, karena tak tahan Yoongi pun mulai bertindak dengan membalikkan badan mungil itu  untuk menghadapnya dalam sekali gerakan.

“kenapa, kau menahannya!” ucap Yoongi langsung begitu ia berhasil melihat mata bulat Sana dengan nafasnya yang terengah engah itu menyapu lembut permukaan wajahnya, keringat yang berhasil membuat poni panjangnya basah pun juga terlihat jelas.

Yoongi sedikit geram karena Sana menahan semuanya.

Butuh beberapa detik bagi Sana untuk mencerna semua perkataan Yoongi, dan dengan di akhiri kedipan mata dua kali, yeoja itu angkat bicara “A-Apa? Jadi.. kau sudah tahu ya....."

Tentu saja, apa yang di lakukannya saat ini terbuang percuma, namja itu pasti tau semua yang di lakukannya termasuk ini.

Sana bermaksud ingin mengalihkan pandangannya dari mata Yoongi namun dengan cepat namja itu lebih dulu memegang dagunya dan membawanya untuk tetap menatapnya.

“mengapa kau lakukan itu? kenapa tidak membalasku dengan bergerak menghindar atau hal lain yang dapat membuatku menghentikannya” rasanya aneh jika hanya sebuah alasan jika ia tidak menginginkan Yoongi mengetahui kebohongan kecil yang di lakukannya.

“aku hanya belum siap saja untuk………  Melihat matamu” ucap Sana dengan mata yang tertutup rapat rapat. Nadanya juga di buat selembut mungkin agar Yoongi tidak tersinggung dengan ucapannya.

Ia takut, mungkin namja ini akan tersinggung dan akan melakukan hal yang sama waktu itu terhadapnya.

Berbeda dengan Sana, Yoongi malah semakin merasa bersalah sekarang.

“jadi, kau masih mengingat kejadian itu?” ucap Yoongi lembut dan Sana hanya diam,  itu berarti apa yang baru saja Yoongi katakan itu benar.

Yoongi kembali menarik tubuh mungil itu agar lebih dekat ke arahnya.

“lupakan Sana-ah, semuanya!  termasuk apa yang baru saja ku katakan padamu! karena pada saat itu akulah yang salah. Maafkan aku...”

Mata yang tadinya tertutup itu kembali terbuka, hingga dapat dengan jelas yeoja itu melihat wajah sendu dan juga tatapan mata yang menunduk dalam itu di depannya.

Saat ini Sana sudah memaafkan Yoongi sejak namja itu mencium keningnya dengan lembut, betapa terkejutnya Sana saat itu ketika ia mendapatkannya.

Hatinya senang? Bukan main lagi.

“aku sudah memaafkanmu Yoongi-ah! Aku mencoba mengerti kenapa kau seperti ini padaku,…” pelan tapi pasti, Yoongi membuka matanya lebar menatap Sana yang tengah menatapnya di tengah tengah rengkuhan yang ia ciptakan “kau pasti bisa melupakannya..” ucap Sana sambil tersenyum.

Hati Yoongi langsung mencelos, dan Seperti di hantam oleh puluhan ribu beton jantung Yoongi saat itu pula berhenti.

Bagaimana bisa yeoja ini begitu mengerti dirinya, Yoongi tak tahu harus berkata apa lagi sekarang jika Sana memanglah sudah mengetahui semua perasannya sekarang termasuk usahanya saat ini.

“tapi, bisakah kau tidak melakukannya lagi? ” tangan Sana yang tertekuk di depan dadanya itu lantas sedikit meremas kemeja putih milik Yoongi. Sana menahan rasa gugup dan takut yang luar biasa ia rasakan ketika ia mengatakan hal itu pada Yoongi.
“kau membuatku khawatir Oppa,.. aku, benar benar menghawatirkanmu.” Sana mengucapkannya dengan sangat tulus.

Yoongi ingin lebih dekat lagi dengan Sana, kepalanya lantas bergerak turun ke leher jenjang milik Sana dengan tubuh namja itu yang ia buat sedikit merosot ke bawah, pergerakan itu membuat kepala Sana lantas mendongak hingga dagu yeoja itu menyentuh kening Yoongi, dan memaksa kedua tangan yang tadi ada di tengah itu untuk berpindah di kedua sisi kepala Yoongi untuk mengelus surai hitamnya dengan lembut.

Tangan Yoongi pun mengeratkan pelukannya di pinggang ramping Sana, dan tidak ingin lepas dari yeoja itu.

“apa kau akan tetap seperti ini Sana-ah..”

Sana merasakan nafas Yoongi menyapu lembut lehernya ketika ia berbicara. Dan berhasil membuat kedua mata itu kembali terpejam untuk merasakan deru nafas tenang yang di buat oleh Yoongi.

“hem,… aku memanglah seperti ini Yoongi Oppa, dan akan selalu seperti ini..”

_____________________________

Di balkon sebuah rumah mewah, terlihat dua orang namja tengah berbicara serius tentang seorang namja yang saat ini tengah kesulitan menghadapi jalan hidupnya.

Siapa lagi kalau bukan Min Yoongi.

Namja itu hampir saja tersesat karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Dan sebagai sahabat yang baik, Seok Jin terus memikirkan jalan keluar untuknya.

"Tak kusangka Yoongi Hyung memiliki masalah serumit ini.." ucap seorang namja yang kini tengah menempelkan pungungnya di besi pembatas balkon dengan tatapannya yang mengarah pada lawan bicara yang ada di sampingnya.

Seokjin hanya menundukkan kepalanya sejenak "Begitulah.. Dia itu terlalu keras dan selalu memutuskan suatu hal tanpa berfikir panjang." Seok Jin menghela nafasnya, melihat sikap sahabatnya yang satu ini. "Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk melanjutkan rencana itu, namja asing yang mendatangi Sana itu tidak mungkin mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya..."

"Aku dengar, namja itu bernama Mark? Tapi Bukankah.. Taehyung - Hyung, mengenal namja itu?"

Jin lantas mengangguk membenarkan perkataannya "Kau benar, tapi yang aku tahu.. Mereka hanya sebatas rekan kerja tidak lebih. Aku yakin Yoongi juga pasti tahu hal ini.. Taehyung tidaklah tahu banyak tentang namja itu kecuali.." Seok Jin lantas menatap namja yang ada di sampingnya.

Pandangan mereka pun saling bertemu. Dengan tatapan Seokjin yang penuh dengan keyakinan, dan namja itu yang sepertinya tahu jika ia saat ini pasti akan di butuhkan.

"Bisakah kau pinjamkan salah satu anggota pack terbaikmu, untuk mencuri informasi tentang Mark?" Ucap Seokjin akhirnya.

Namja itu lantas tersenyum miring pada Seok Jin. "Baiklah, aku mengerti.."

Untuk sesaat mereka tersenyum bersama, dan seok Jin berharap kali ini Yoongi mau menurutinya lagi.

"Ah.. Ya, Kapan lagi kau akan mengadakan pesta penobatanmu sebagai Alpha Jungkook-ah?"

.
.
.

Tbc

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

2.9K 131 7
"A : "kai,boleh pelukk? Perut gw gaenak" K : "hmm" ________________________________ A : kaiii jangan marah pleasee,maafin gw yaa?? K : ... I hope thi...
198K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
1.9K 64 5
Hanya kisah seorang perempuan yang sering mengalah dan terus mengalah,hanya demi mempertahankan hubungannya dengan laki-laki eh relat dengan pacarnya...
368K 26.7K 43
Cover by ; @Latiffachy #Highest Rank; [23/06/18] Rank #1 in Creepypasta [25/09/18] Rank #97 in Horor [25/09/18] Rank #168 in Thriller [06/02/19...