Loizh II : Arey

By Irie77

479K 24.5K 1.6K

"Aku merasa pernah jatuh cinta tapi dengan siapa aku jatuh cinta ?". -Karin. Karin, seorang gadis yang ingata... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Versi Cetak

Part 10

15.8K 1.4K 76
By Irie77

-Alex Pov-

Aku terduduk ditempat tidurku sambil membaca buku penemuan ayah yang sudah disalin oleh Roy untukku. Aku sudah menyerahkan sebagian besar pekerjaanku pada Lyra. Sepertinya ia sangat mendukungku sekali. Tidak ada rasa keberatan yang ditunjukan olehnya, bahkan ia ingin aku menyerahkan seluruh pekerjaanku padanya. Saat ini aku hanya bisa menunggu waktu saja untuk melakukan persiapan.

Kucermati baris demi baris sambil sesekali mengerutkan alis. Aku tidak tahu bagaimana ayah menemukan hal seperti ini? Malang sekali mereka yang menjadi kelinci percobaannya, tapi tidak ada salahnya juga jika aku menyumbangkan diri untuk menjadi kelinci percobaan ayah yang kesekian kalinya. Tekadku sudah bulat dan kuharap aku berhasil.

Rencana awalku adalah meminjam peri Floss pada kakek untuk menghapus semua ingatan keluargaku tentang diriku. Mungkin ini bagian terberat dari rencanaku, setelah itu aku juga akan menghilangkan semua ingatan para rakyatku termasuk kakekku sendiri. Dengan begitu mereka tidak akan mengenaliku sebagai raja dikota ini. Jika suatu saat nanti Roy kembali dan menanyakanku, semua penjelasan itu sudah kupercayakan pada Lyra. Aku yakin Roy juga akan mengerti.

Aku melangkah dengan langkah cepat menuju rumah Kakek di menara Za' sementara Lyra menyelesaikan rencana yang lain. Dari luar, menara Za' memang selalu sepi dan hening. Hanya ada penjaga pintu masuk yang tidak pernah beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Penjaga pintu itu menunduk memberi hormat padaku sambil berkata "Silahkan masuk yang mulia."

Sepertinya Kakek sudah memberitahukan padanya tentang siapa aku. Biasanya aku harus menyebutkan nama dan tujuanku, tapi sekarang sepertinya ia sudah tahu. Aku mengangguk sambil mengucapkan kata terimakasih, lalu aku memasuki ruangan yang sudah tidak asing lagi dimataku.

Aku membuka sebuah buku besar yang didalamnya ada sebuah tombol untuk membuka pintu ruangan bawah tanah. Tak butuh waktu lama lantai dihadapanku berderit dan amblas membentuk sebuah tangga. Aku kembali menutup buku sebelum menuruninyaa hingga akhirnya aku berjalan disebuah lorong menuju ruangan, tempat dimana kakek berada.

Dari balik tirai tipis kulihat kakek berdiri dari kursi perinya sambil berkata "Selamat datang cucuku."

Aku tersenyum sambil menyibakkan tirai yang membatasi ruangan dan lorong.

"Apa kabar kakek?" tanyaku menyahut.

"Seperti yang kau lihat saat ini, aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan di Istana setelah pernikahanmu gagal?"

"Semua sudah baik-baik saja. Aku juga baik-baik saja, justru aku sangat bersyukur sekali."

Kakek terkekeh sejenak lalu berkata "Baru kali ini aku melihat seseorang merasa bersyukur karena pernikahannya yang gagal. Silahkan duduk."

Tak butuh waktu lama, segerombolan peri berkumpul dan saling menggenggam tangan sesama hingga membentuk sebuah kursi. Aku duduk diatas pilinan mereka tanpa ragu.

"Apa ada sesuatu yang membuatmu kemari?" tanya Kakek sambil menopang dagunya dengan tangan.

"Hmm—begini kek. Bolehkah aku meminjam peri Floss?"

Kakek mengangkat sebelah alisnya. "Untuk apa?"

"Untuk—melenyapkan segala penderitaanku. Bolehkah aku meminjamnya?"

"Apa kau bermaksud untuk menghilangkan ingatanmu tentang Karin?"

Aku berfikir sejenak. "Iya, karena itu aku membutuhkannya," jawabku dusta.

"Baiklah jika itu maumu," sahutnya setuju lalu menjentikan jarinya.

Tak berapa lama, segerombolan peri keluar dari sebuah ruangan sambil membawa bunga Viosh putih besar dan meletakannya dimeja. Dalam sekejap, tampak sebuah kepala menyembul dari dalam bunga sambil menatapku.

"Sebutkan permintaanmu dan ia akan memenuhinya," kata Kakek sambil tersenyum.

"Terimakasih kakek. Kalau begitu aku permisi. Jika nanti ada kesempatan, aku akan datang lagi untuk mengunjungimu."

"Oh silahkan. Kakek tahu kau sangat sibuk sekali. Jika nanti kau berjunjung lagi, kakek ingin menantangmu bermain kartu."

Aku mengangguk semangat meskipun sebenarnya ada rasa sakit dalam jiwaku. "Sekali lagi terimakasih Kakek."

Aku beranjak dari kursi dan kami berpelukan. Aku ingin meluapkan segala perasaanku yang suatu saat pasti akan merindukannya. Mungkin Kakek tidak tahu kalau ini adalah—pelukan terakhirnya, dan aku tidak akan melupakannya seumur hidupku. Tak terasa air mataku mulai menetes dalam diam, tapi aku langsung mengusapnya sebelum Kakek mengetahuinya.

Aku melangkah keluar dari ruangan bersama peri Floss yang sudah bertengger dibahuku. Setelah Kakek kembali sibuk, aku mengintipnya.

"Hapus semua ingatan Steve Za' tentang Alex Reyneer," bisikku pada peri dibahuku dan dengan cepat ia merespon bisikanku.

Cahaya ungu kebiruan sudah menyelimuti dirinya dan ia melesat kedalam ruangan. Aku hanya bisa mengintipnya dari celah kecil. Peri Floss berputar-putar diatas kakek dan dalam sekejap ekspresi wajah Kakek terlihat kosong.

Tak butuh waktu lama peri itu sudah kembali padaku. Kulihat kakek tampak kebingungan seperti orang linglung. Aku hanya bisa menahan air mata sambil berkata "Selamat tinggal Kakek. Aku akan selalu merindukanmu."

* * *

Aku berjalan di padang ilalang bersama Lyra. Peri Floss sudah kuperintahkan ke Istana Occultum untuk menghapus ingatan ayah dan ibu. Aku tidak sanggup untuk bertemu mereka dan menghapus ingatannya secara langsung. Mungkin ini cara yang terbaik agar aku bisa meninggalkan Loizh dengan tenang.

"Maafkan aku. Aku akan selalu merindukan kalian," gumamku membatin sedih. "Aku serahkan semua urusanku padamu, Lyra. Aku percaya kau bisa melakukannya. Orang tuaku pasti akan menerimamu."

"Baiklah yang mulia." ucapnya dengan suara yang sudah tenggelam oleh tangisan.

"Jika Roy kembali, sampaikan padanya bahwa aku sudah hidup bahagia bersama Karin."

Lyra hanya mengangguk lemah. "Jaga dirimu baik-baik yang mulia. Semoga anda cepat menemui Karin."

"Terimakasih. Jaga dirmu." Aku memeluknya erat.

Lyra membalas pelukanku dan terisak. "Aku dan Roy akan selalu merindukanmu, yang mulia."

"Aku juga. Aku pasti akan merindukan kalian semua."

Kami saling melepas pelukan, lalu aku membentangkan tanganku dan sebuah cahaya mulai berpendar dan melebar membentuk sebuah gerbang raksasa. Aku ingat, setelah kepergian Karin gerbang ini disegel dari luar secara otomatis. Una masih bisa keluar melewati pintu ini tapi Una yang keluar dari dimensinya, ia tidak akan bisa masuk kembali kedalam dimensinya. Itu sudah menjadi resiko. Karena itu, sejak saat itu aku tidak berani untuk keluar. Entah sampai kapan pintu Loizh akan disegel seperti ini. Tapi yang jelas jika aku keluar maka aku sudah dianggap meninggalkan kehidupanku di Loizh.

Aku mulai melangkahkan kakiku dan gerbang itu mulai terbuka perlahan. Sejenak aku berbalik dan menatap semua yang ada disekelilingku sebelum akhirnya aku menatap langit temaram diatasku. Kupejamkan mata sejenak. Menikmati hembusan angin dan suara gesekan ilalang yang seakan-akan mereka tak merelakanku pergi.

"Selamat tinggal Loizh."


-Karin Pov-

Aku terduduk didalam sebuah audi milik Kenzie yang sudah tidak asing lagi dengan pandangan menghadap keluar jendela. Kulihat langit malam yang cerah dengan taburan bintang yang tersebar dipintu angkasa meskipun tidak ada cahaya bulan yang melengkapi. Tapi itu tidak mengurangi keindahan malam sedikitpun.

Malam ini, Kenzie berencana mambawaku ke suatu tempat yang sama dengan tempat dimana ia mengajakku kesana untuk pertama kalinya. Kami mulai melewati jalanan berkelok dan menanjak. Dari awal, aku sudah menyukai tempat itu. Tempat itu benar-benar sempurna untuk menikmati pesona langit malam.

Beberapa menit kemudian akhirnya kami sampai di tempat itu. Aku membuka pintu audi dan keluar. Angin malam langsung menyambutku sama seperti dulu, tapi untuk kali ini aku memakai jaket agar tidak kedinginan. Aku mulai melangkah menuju tepi bukit sementara dibawahku ada sebuah jurang yang menganga lebar. Kupandangi pemandangan dibawahku.

Jurang itu di kelilingi banyak bukit sementara dibalik bukit sudah tersebar cahaya kuning putih dari lampu para rumah penduduk. Pemandangan yang pernah kulihat untuk kedua kalinya.

"Kali ini aku membawakan Teleskop untukmu. Kau pasti ingin melihat langit dengan lebih jelas bukan?" Kenzie memasang Teleskop pada penyangganya.

"Sepertinya menyenangkan."

"Cobalah!"

Aku mulai mengamati langit dengan Teleskop dan wow, benar-benar sangat menakjubkan. Aku paling suka mengamati rasi bintang. Langit yang kuamati kali ini dalah rasi Scorpio.

"Wow! Ini sangat menarik," racauku takjub.

"Boleh kulihat?" Kenzie mengambiil alih Teleskop sejenak. "Wow ini dia! Diatas kepala Scorpio ada Libra. Pantas saja mereka berurutan dalam peta Zodiak," gumamnya sambil terkekeh. Tak lama ia menatapku sambil bertanya "Scorpio—berarti kita sedang berada diarah tenggara?" tanyanya pada diri sendiri.

"Coba lihat!" Aku menunjuk kearah bintang yang melintang panjang disebelah utara rasi Libra. "Rasi Hydra. Kau pasti bisa melihatnya tanpa menggunakan teropong karena Hydra rasi terpanjang dan terbesar. Rasi itu membentang dari selatan hingga ke utara. Dan setahuku, tepat di kepala Hydra ada Cancer."

Kami hening sejenak sambil menikmati pemandangan dengan pikiran masing-masing. Aku memandang langit cerah dengan mataku, sementara Kenzie masih sibuk mengamati rasi dengan Teleskopnya.

"Karin," panggilnya pelan. Ia terduduk di sebelahku dengan hembusan angina yang menggoyangkan ujung rambutnya.

"Iya," sahutku.

"Kenapa kau tidak mau membuka hatimu untukku?"

Rasa tenang di hatiku perlahan terusik oleh pertanyaannya. "Maafkan aku."

"Aku akan menunggumu, entah berapa lamapun itu."

"Maafkan aku Kenzie," gumamku pelan.

"Kau masih ingat saat kita belum berteman? Kau memberiku surat dan surat itu berisi bahwa kau menyukaiku tapi aku—tidak menghiraukan suratmu. Kau terus mengikutiku seperti penguntit, tapi aku tidak memperdulikanmu dan sekarang—aku menyesal telah mencapakanmu. Aku sadar, kau begitu baik padaku dan aku mulai menyukaimu. Aku menyukaimu sejak kecil dan kau juga sama. Tapi—sepertinya perasaan itu sudah hilang darimu."

"Dulu aku memang menyukaimu, tapi aku sadar, perasaanku hanya sekedar mengagumimu bukan mencintaimu."

"Jika saja waktu itu kembali diputar saat ini, aku tidak akan mencampakanmu," ujarnya menyesal.

"Kau tidak bisa menyalahkan waktu, Kenzie. Kau menjadi sahabatku, itu sudah membuatku bahagia."

"Tapi aku menginginkan lebih dari itu. Aku—." Ucapan Kenzie menggantung dan kulihat ia seperti menahan sesuatu yang coba ia pendam. "Aku akan menunggu hatimu, Karin," bisiknya pelan sambil memelukku.

Tanpa kusadari aku membalas pelukannya. "Maafkan aku." Ya, hanya itu yang bisa kuucapkan dari hatiku yang paling dalam, dan aku ingin mengatakannya berkali-kali.

________To be Continued_______

Next.. ^^

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 137K 49
•Airis Ferdinand. Aktris cantik dengan puluhan mantan pacar, baru saja mendapatkan penghargaan Aktris terbaik di acara Awards international. Belum se...
1.2M 104K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
1.2M 86.2K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
177K 11.3K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...