Krueng! Krueng!
[Kami pulang! Bu, Cuengi ada di sini!]
Begitu mereka sampai di pertanian, Cuengi berlari mencari Pink-fur.
Kemudian,
"Mari kita lihat seberapa baik kinerja Pedang Besar ini?"
Sejun pergi ke ladang daun bawang untuk menguji performa Pedang Besar yang baru diperolehnya. Saat ini, ada tiga jenis daun bawang yang ditanam di ladang: daun bawang biasa yang dibawa Sejun saat menghilang, daun bawang detoksifikasi yang Sejun tanam dari biji yang diperoleh di menara, dan daun bawang yang kokoh.
Swoosh.
Sejun memposisikan dirinya di depan ladang daun bawang yang luas dan tampak tak berujung, dan mengeluarkan Pedang Besar dari tempat penyimpanan kosong. Areal ladang bawang sangat luas karena ia terus menanam lebih banyak daun bawang dengan cara membelah akarnya.
"Ha! Ya!"
Sejun menarik napas dalam-dalam, berteriak, dan mengayunkan pedang besarnya ke samping.
Whooosh.
Creak.
Pedang besar itu mengeluarkan suara mengiris di udara, memotong daun bawang dari jarak sekitar 1m, hanya dengan angin dari ayunan pedang.
"Wow! Wakil Ketua Theo, apakah kamu melihatnya? Aku memotong satu, dua..."
Sejun mulai menghitung jumlah daun bawang yang dipotongnya.
Thud.
"Wow! Aku memotong 24 daun bawang sekaligus!"
Sejun, menekan daun bawang yang setengah dipotong dengan tangannya, membuat keributan pada Theo.
"Kamu melakukannya dengan baik, meong... Ketua Park, mengesankan, meong..."
Theo memuji tanpa perasaan. Biasanya, Theo akan memadamkan semangat Sejun dengan memamerkan keahliannya sendiri, dimulai dengan cakar naganya untuk menekan Sejun. Tapi saat ini, Theo sangat mengantuk.
"Hehehe. Ha!"
Berkat itu, Sejun yang semangatnya tidak surut, rajin memotong daun bawang dengan pedang besarnya.
2 jam kemudian.
"Fiuh. Itu memuaskan."
Menyeka keringatnya, Sejun melihat ke belakang dengan ekspresi senang. Ia merasa bangga melihat ladang bawang yang luas yang telah ia potong.
Namun,
"Apa?!"
Daun bawang yang dipotong sebelumnya telah tumbuh kembali ke ketinggian semula. Itu karena 'Sepatu Langkah Petani' milik Sejun. Daun bawangnya tumbuh dengan cepat setelah mendengar langkah kaki Sejun.
"Aku terjebak."
Sejun terjebak di tengah ladang bawang.
"Wakil Ketua Theo, pinjamkan cakarmu sebentar."
"Baiklah... meong..."
Theo yang setengah tertidur mengeluarkan cakar naganya dan memasukkannya dengan sihir.
Swoosh.
Sejun meraih cakar depan Theo dan mengayunkannya.
Slice.
Dalam sekejap, semua daun bawang dalam jarak 30m tumbang secara bersamaan.
Swoosh. Swoosh.
Sejun mengayunkan cakar depan Theo beberapa kali, dengan cepat menempuh jarak yang telah ia lalui selama 2 jam dengan pedang besarnya. Tak lama kemudian, dia keluar dari ladang bawang.
Berkat ini, mereka memiliki banyak sekali daun bawang. Ini akan digunakan untuk berbagai keperluan, seperti makanan untuk Minotaur Hitam dan kelinci, serta bahan untuk tali dan keranjang.
"Argh!"
Thunk.
Sejun dengan sembarangan menancapkan pedang besar yang menguatkan itu ke tanah di depan rumah dan masuk ke dalam. Sepertinya dia perlu mencari kegunaan lain selain memotong daun bawang.
***
Pagi selanjutnya.
"Ugh!"
Sejun, bangun pagi-pagi, meletakkan Theo di atas kakinya dan pergi keluar, melakukan peregangan.
"Aku harus mulai dengan tempat pembuatan bir dulu hari ini."
Karena Sejun memiliki 'Relik: Adonan Beras yang Memakan Kekayaan', dia memutuskan untuk mengunjungi tempat pembuatan bir terlebih dahulu untuk mengisi tepung beras sebelum menuju ke dapur.
Namun, saat Sejun melangkah ke halaman depan rumahnya untuk pergi ke tempat pembuatan bir,
"Apa?!"
Dia menemukan bahwa pedang besar yang dia tinggalkan tertancap di tanah, di luar telah hilang.
"Kemana perginya?"
Dia mencari-cari di halaman secara menyeluruh, tetapi pedang besar itu tidak ditemukan. Itu adalah pedang kelas S+, dan terlebih lagi, perlengkapan berharga yang diberikan oleh para penguin...
"Siapa yang mengambilnya?!"
Marah, Sejun langsung pergi ke tempat pembuatan bir terlebih dahulu. Dia berencana untuk mencari area tersebut secara menyeluruh bersama kelinci dan semut jamur begitu mereka bangun.
Saat Sejun memasuki tempat pembuatan bir sambil menggerutu,
"Oh? Itu disini."
Dia menemukan pedang besar di dalam tempat pembuatan bir.
Ook! Ooke!
Dua ekor monyet pisang sedang memegang pedang besar yang menguatkan dan mengaduk makgeolli (anggur beras) yang terkandung dalam toples raksasa. Monyet-monyet itu, saat mencari tongkat pengaduk, telah menemukan dan menggunakan pedang. Tampaknya mereka telah menemukan tujuan bagus dari pedang besar itu.
"Hey, apa yang sedang kalian lakukan?"
Sejun bertanya pada monyet.
Ook!
[Kami membuat Samyangju (TL: alias makgeolli yang diseduh tiga kali lipat)!]
"Samyangju?"
Ook! Ook!
[Rasanya lebih enak begini! Samyangju adalah...]
Monyet-monyet itu menjawab pertanyaan Sejun.
Menurut penjelasan monyet, jika makgeolli difermentasi satu kali dan digunakan sebagai bahan dasar, kemudian nasi kukus ditambahkan untuk fermentasi kedua untuk membuat Iyangju, dan jika mereka memfermentasinya lagi setelah ditambahkan lagi, maka menjadi Samyangju.
Perjalanan dari Iyangju ke Samyangju, kandungan alkoholnya meningkat, rasanya menjadi lebih jernih, dan aromanya semakin dalam. Terlebih lagi, warna minuman keras menjadi lebih jernih, sehingga tidak hanya enak dipandang tetapi juga minuman berkualitas tinggi dan nikmat.
"Baiklah. Teruslah bekerja dengan baik."
Sejun tersenyum bahagia, berpikir untuk menjualnya dengan harga tinggi kepada Kaiser dan Kellion nanti.
Saat itu,
Krueng!
[Ayah, Cuengi lapar!]
Cuengi, yang berjalan ke depan tempat pembuatan bir sambil melacak aroma Sejun, memanggil Sejun dengan teriakan keras. Dia tampak sangat lapar.
"Sebentar. Gigantifikasi Tanaman."
Sejun dengan cepat melangkah keluar, menyerahkan ubi raksasa kepada Cuengi, dan menuju dapur.
Tadadada.
Sejun dengan cepat memotong bahan-bahan dengan belatinya, memasukkannya ke dalam panci, dan memperbesar api menggunakan kekuatan sihirnya.
"Lain kali, haruskah aku meminta penguin membuat pisau dapur?"
Sejun berkomentar sambil melihat belati latihan Keinz. Meskipun potongannya bagus, namun tidak dibuat khusus untuk memasak, jadi agak tidak nyaman untuk digunakan.
Bubbling.
Isi panci mulai mendidih, dan tak lama kemudian kuah udang air tawar pun disiapkan. Sejun membuat ini mengingat kelinci yang belum pernah mencoba sup udang sebelumnya.
Setelah sup udang siap,
Slurp.
"Teman-teman, ayo makan!"
Sejun segera memakan semangkuk sup udang dan memanggil kelinci.
Namun,
Peep!
Piyah!
Kelinci menyapa Sejun secara langsung saat dia mencoba mengejutkan mereka dengan menggunakan efek spesial sup udang. Seperti yang diharapkan, bahkan kelinci pun memiliki kemampuan untuk mendeteksi secara sembunyi-sembunyi. Cih. Aku satu-satunya yang tidak memiliki kemampuan deteksi.
"Oke, berbarislah."
Sejun, merasa sedikit sedih, menyajikan sup udang ke dalam mangkuk untuk Cuengi dan kelinci. Terkadang, karena dia tidak bisa melihat tangannya sendiri, dia secara tidak sengaja menuangkan sup ke tangannya sendiri, tapi tidak apa-apa.
'Heh. Aku seorang teman api.'
Luka bakar kecil seperti ini bukanlah ancaman bagi Sejun. Saat para hewan sedang sarapan, Sejun melangkah keluar. Rasanya canggung untuk bergerak di dapur dengan hewan-hewan tersembunyi di sekitarnya.
"Bagaimana kabarmu, Flamie?"
Keluar dari dapur, Sejun turun ke gua di bawah dan bertukar sapa dengan Flamie.
[Ya! Oh?! Aku bisa merasakan energi api yang kuat dari tubuh tuan!]
"Ya. Kemampuanku berkembang kali ini. Hehehe. Lihat ini!"
Snap.
Sejun menjentikkan jarinya, memamerkan api raksasa pada Flamie.
Tetapi,
Swoosh.
Sebelum Sejun sempat bereaksi, api yang dia ciptakan terserap ke dalam daun Flamie.
[Bakat: Penguasa Api mencuri energi apimu.]
[Jika lebih banyak energi api yang dicuri, akan sulit mempertahankan Bakat: Teman Api.]
"Apa?"
Sejun bingung saat membaca pesan itu.
[Ups! Tuan, aku minta maaf!]
Flamie, yang secara tidak sengaja menyerap api Sejun, buru-buru meminta maaf dengan panik.
"Ah... Tidak apa-apa..."
Sejun telah mempercayai Flamie... Tapi tidak seperti Sejun yang baru saja menjadi Teman Api, Flamie sudah menjadi Penguasa Api. Tiba-tiba, Flamie tampak sangat asing.
Sejun menyadari sekali lagi betapa tidak ada gunanya mengkhawatirkan orang lain di lantai 99 menara.
"Aku akan pergi sekarang..."
[Apakah kamu sudah akan pergi?]
"Ya..."
Sejun, yang jelas kesal, bangkit dari tempatnya. Dia tahu dia bertingkah agak kekanak-kanakan, tapi dia perlu waktu untuk menerima kenyataan.
Keluar dari gua, Sejun ingin menyendiri dan masuk ke dalam gudang. Tentu saja, dengan Theo yang menempel di lututnya, dia tidak sepenuhnya sendirian.
Di dalam gudang, Sejun melihat-lihat hasil panen yang dipanen saat dia tidak ada.
Kemudian,
"Oh! Mereka sudah memanen kacang? Hah?! Bawang juga!"
Melihat hasil panen, wajah Sejun berangsur-angsur bersinar. Itu adalah kebiasaan yang tidak bisa dihindari sebagai seorang petani.
"Hehehe. Ini meyakinkan."
Sejun benar-benar pulih dari suasana suramnya saat dia mengemas hasil panen ke dalam tempat penyimpanannya yang kosong.
Kemudian,
"Hah?! Mereka juga memanen stroberi?!"
Dia melihat stroberi merah menumpuk di ujung penyimpanan.
"Slurp."
Pemandangan stroberi membuatnya ngiler tanpa sadar. Tanpa seorang pun di sekitarnya, haruskah dia makan sedikit? Hanya ada dia dan Theo di sana, dan Theo tertidur.
"Baiklah."
Saat Sejun dengan hati-hati meraih stroberi,
Drip. Drip.
Dia mendengar suara tetesan air jatuh.
"Hah?"
Melihat ke arah suara,
Drip. Drip.
Air jatuh dari udara tipis.
"Han... Hantu?!"
Saat Sejun mengira dia melihat hantu,
"Hah?! Cuengi?"
Efek siluman habis dan Cuengi serta kelinci muncul. Mereka adalah kelinci-kelinci yang bermaksud mengejutkan Sejun, yang telah mencoba mengejutkan mereka beberapa waktu lalu, dan Cuengi baru saja mengikuti mereka.
Kelinci yang mengikuti Sejun ke ruang penyimpanan memperhatikan bahwa ekspresi Sejun tidak bagus dan dengan cemas mengikutinya dengan tenang.
Namun, saat ekspresi Sejun menjadi lebih cerah, mereka mencari kesempatan lain untuk memberikan kejutan padanya. Namun mereka ketahuan saat Cuengi ngiler saat Sejun mengambil stroberi.
Krueng?!
[Ayah, apakah kamu akan makan stroberi sendirian?!]
Begitu terungkap, Cuengi langsung menanyai Sejun.
"Tidak, tidak! Tentu saja, aku akan memakannya bersama-sama."
Sejun buru-buru menjelaskan sambil menarik tangannya yang mencoba memetik stroberi sebagai jawaban atas interogasi Cuengi.
"Ayo, cepat cuci ini dan jadikan sebagai hidangan penutup."
Sejun mengambil stroberi, mencucinya di keran, dan memakannya bersama hewan.
Chomp.
"Wow! Ini sungguh lezat."
seru Sejun setelah menggigit stroberinya. Rasa dan aroma stroberi telah meningkat, mungkin karena peringkatnya yang ditingkatkan sebagai petani menara.
Krueng!
[Sekarang lebih enak!]
Beep!
Hewan-hewan itu sepertinya setuju dengan Sejun, terus menerus berseru sambil memakan stroberi.
Kemudian,
[Kamu telah mengonsumsi Strawberri Keberuntungan.]
[Keberuntunganmu akan meningkat selama 1 jam.]
Sebuah pesan muncul setiap kali dia makan stroberi.
Namun,
"Lagi pula, apa gunanya keberuntungan. Lagipula aku masih yang terlemah..."
Sejun, yang masih terkena dampak kerusakan yang diterimanya dari Flamie sebelumnya, tidak terlalu optimis.
Kemudian,
[Toko Benih sekarang dibuka.]
[Nilai Park Sejun Luar Biasa.]
Sebuah pesan yang menyatakan bahwa Toko Benih telah dibuka muncul.
"Ah, ini hari ke 335."
Dia lupa tentang pembukaan Toko Benih hari ini karena dia telah berada di lantai 44 menara.
Saat Sejun membaca pesan itu,
[Park Sejun, kamu adalah pengunjung ke-1.000.000 di Toko Benih.]
"Pengunjung ke 1.000.000?!"
Sebuah pesan yang tidak biasa muncul.
Kemudian,
[Khusus untuk Park Sejun, pelanggan kami yang ke 1.000.000, tiga benih berharga akan dijual dengan diskon 50% hari ini.]
[Pembelian ini tidak akan mengumpulkan poin loyalitas Toko Benih.]
[Anda hanya dapat membeli satu benih.]
[Benih padi x 10.000 – 35 buah Energi Dunia]
[Benih Gandum x 10.000- 25 buah Energi Dunia]
[Benih Barley x 10.000 – 15 buah Energi Dunia]
Benih padi yang diidam-idamkan Sejun akhirnya muncul.
"Tapi, Energi Dunia?"
Sejun yang selalu menggunakan Koin Menara merasa aneh kalau dia bisa membeli benih dengan Energi Dunia.
"Untunglah."
Berkat koin perunggu dari Iona, Sejun memiliki 43 buah Energi Dunia.
"Hehehe. Aku akan membeli benih padi."
Tanpa ragu, Sejun memilih nasi. Membayangkan makan nasi putih membuat dia tersenyum.
Poof.
Dengan pilihan Sejun, koin perunggu yang dipegangnya berubah menjadi debu dan menghilang.
Kemudian,
[Menggunakan 35 buah Energi Dunia, Anda telah membeli 10.000 benih padi dari Toko Benih.]
Plop.
Sebuah kantong kulit berisi 10.000 butir beras mendarat di tangan Sejun. Kantong itu cukup berat.