PSYCHOPATH (BIBLEBUILD)

De baekyolie614

38.2K 4.3K 1.4K

[(On Going)] He has no love, no trust, and no sympathy in his life. But there is a speck of light his deepest... Mai multe

Prolog
Pengenalan
1
2
KPWorldTourD1-1
KPWorldTourD1-2
KPWorldTourD1-3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Wichapas Sumettikul
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40
41 🔞🔞
42
Tes Tes
43

36

417 75 21
De baekyolie614

Masih banyak typo. Jangan lupa vote guyss 🙏

Happy reading and enjoy 💙

PSYCHOPATH

~?~

Build mendatangi rumah Bible dan memasuki rumah itu untuk mencari keberadaan Bible. Namun tidak ada siapapun disana. Rumah Bible kosong tidak berpenghuni. Jelas kosong karena rumah itu sudah di tinggalkan semenjak saat itu. Garis kepolisian juga masih terpasang di rumah itu menandakan rumah itu sebagai tempat hilangnya Barcode dan Nannakun. Build tidak memberitahukan pada Mile dan yang lainnya jika dirinya mendapat pesan video dari Aun Witaya. Build tidak ingin Tong mendapatkan hal buruk jika dirinya melanggar apa yang Aun Witaya katakan.

Build mencari Bible bukan untuk membawa Bible pada Aun Witaya namun dirinya ingin mengetahui langsung dimana Tankhun berada dan kenapa Aun Witaya mengatakan jika Tong adalah Tankhun.

Gudang terbengkalai paling barat kota Bangkok. Aun Witaya tengah duduk santai di atas kursi kayu yang disediakan anak buahnya untuk mengawasi Tong yang tergeletak tak berdaya di tengah gudang itu dikelilingi anak buah Aun Witaya. Tong telah tertangkap Aun Witaya saat ia sedang mengikuti Aun Witaya setelah bertemu dengan Penpetch.

"Tinggalkan dia. Detektif muda itu akan datang kesini untuk menyelamatkannya." Aun Witaya memerintahkan anak buahnya meninggalkan Tong dalam kesakitan.

Tong menaiki mobilnya menuju kepolisian pusat untuk menanyakan langsung pada Mile tentang Bible. Namun di tengah jalan Tong melihat mobil Penpetch menyalip mobilnya dengan kecepatan tinggi. Karena penasaran Tong membuntuti Penpetch dari belakang. Mobil Penpetcph berhenti disebuah gudang paling barat kota Bangkok. Tong turun dari mobil setelah Penpetch masuk kedalam gudang itu. Didalam gudang Tong melihat jumlah orang yang bisa dikatakan banyak. Dan di pojok sana terdapat Aun Witaya juga Penpetch sedang berbincang. Karena tidak terdengar sedang membicarakan apa, Tong mengendap-endap lebih mendekat kearah dua orang itu tanpa ketahuan anak buah Aun Witaya.

"Jadi Detektif itu sudah ditemukan?" suara Aun Witaya dengan nada mengejek terdengar di telingannya. Tong menebak jika detektif yang disebutkan itu adalah Build.

"Ya. Kau harus menangkap Bible dan Vegas agar mereka tidak membuat keributan." Penpetch menyuruh Aun Witaya untuk segera menangkap Bible dan Vegas.

"Untuk apa aku menagkap mereka. Siapa Vegas?"

"Mereka adalah anak-anak dari Theerapanyakul."

"Jadi benar mereka masih hidup." Aun Witaya terlihat tersenyum culas.

"Aku tidak ingin apa yang aku capai selama ini dihancurkan oleh anak-anak Theerapanyakul. Aku ingin kau membunuh mereka." Penpetch tidak ingin posisinya di hancurkan begitu saja.

"Bagaimana dengan Chai?"

"Dia tidak akan pernah setuju dengan rencanaku. Jangan beritahu Chai apa yang kita bicarakan saat ini."

"Kalian sudah tak sejalan rupanya."

"Aku akan memberikan Build padamu asal kau membunuh dua orang itu." Penpetch tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Mendengar itu Tong sangat terkejut, tidak pernah menyangka bahwa Jendral yang selama ini terlihat baik pada Build justru menjadi malaikat maut pemuda itu. Bahkan ingin membunuh dua adiknya sekaligus.

"Aku tahu anak itu tidak akan pernah melepasmu dan aku tahu anak itu juga menargetkanku jadi aku akan memberikan Build dan kau bunuh Bible dan Vegas. Jika ketiga orang itu tiada posisi kita aman."

Manusia serakah. Ucap Tong dalam hati. Tong ingin sekali menerjang Jendral itu dan membunuhnya. Bukan hanya Ayahnya yang orang itu bunuh tapi Build juga orang itu targetkan bersama kedua adiknya.

"Baiklah. Akan kupastikan Bible dan Vegas mati ditanganku dan kau serahkan Build padaku."

"Jangan harap kalian berdua bisa membunuh mereka bertiga." Tong keluar dari balik persembunyiannya. Tong tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti adik-adiknya dan juga Build.

"Doktet Tong?" Penpetch terkejut melihat dokter forensik itu berada di tempat ini.
"Bagaimana bisa kau sampai kesini?"

"Mengikutimu tentu saja." jawab Tong santai.

"Kau masuk kedalam sarang harimau nak." Aun Witaya bersemirk senang.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti adik-adikku. Terutama kau Jendral. Tidak kusangka kau dalang dari semua ini. Kaulah yang telah memunculkan psikopat itu dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Kaulah yang harusnya bertanggung jawab."

"Apa buktinya jika akulah dalang dari semua ini dan apa urusannya denganmu?" Penpetch memandang remeh Tong.

"Asal kalian tahu. Aku memiliki bukti kejahatan kalian selama ini. Dan akulah putra sulung Theerapanyakul yang kau hukum mati itu. Tentu saja ini ada urusannya denganku karena aku akan memastikan kalian membusuk di penjara. Aku tidak terima Ayahku mati begitu saja dengan hukuman yang seharusnya tidak ia dapatkan." Tong dengan lantang mengaku siapa dirinya tanpa takut akan terjadi sesuatu padanya.

"Kau apa?"

"Jadi kau Tankhun Theerapanyakul yang menghilang tanpa jejak. Aku tidak percaya kau bersembunyi layaknya pengecut sebagai dokter forensik dan membiarkan kedua adikmu sebagai psikopat. Pantas saja psikopat itu tidak bisa ditemukan oleh siapapun karena kah dan Bible melindunginya." Aun Witaya mengejeknya.

"Stelah ini kalianlah yang akan menjadi targetnya." Tong memberikan ekspresi dinginnya.

"Bukti apa yang kau miliki." Penpetch pura-pura tenang.

"Tentu saja kejahatanmu dengan Hakim Saksit dan Jaksa Chai enam belas tahun lalu, dimana kau menerima suap dan membunuh Ayah kami. Bahkan kejahatanmu Tuan Witaya saat kau membunuh kakak Biu dan Jendral melindunginya. Aku memiliki semuanya. Bagaimana jika masyarakat Thailand mengetahui kebenaran itu. Tidak, tidak hanya Thailand tetapi diseluruh dunia." Tong merasa dirinya menang ia lupa jika saat ini ia berdiri di mana.

"Tapi semua itu tidak akan pernah terjadi nak." Aun Witaya menyuruh anak buahnya untuk menangkap Tong.

Tong berhasil kabur namun karena tidak sebanding satu lawan banyak. Tong kalah dan di hajar oleh mereka. Setelah dirasa cukup Aun Witaya menyuruh anak buahnya berhenti.

"Suruh kedua adikmu datang kesini agar kau bisa menyaksikan sendiri kematian mereka di tanganku sama seperti kematian Ayahmu yang sia-sia itu." Aun Witaya tertawa keras melihat ketidak berdayaan Tong.

"Kau itu benar-benar bodoh Dokter Tong. Seharusnya kau kabur setelah mendengar pembicaraan kami dari sini sebelum ketahuan. Kau malah menantang. Dan terimakasih karena telah membuka siapa kau sebenarnya sehingga aku tidak perlu susah-susah mencari keberadaanmu." Penpetch berkacak pinggang merasa angkuh.

"Mile tidak uhuk... akan membiarkan kau lepas begitu uhuk... juga dengan Jaksa Chai." Tong berbicara dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya bahkan darah telah keluar dari mulutnya.

"Bunuh mereka semua tanpa jejak. Dan kirimi Biu videonya agar anak itu mau datang kesini." Penpetch pergi dari gudang itu dengan senyum di bibirnya.

Build mengendap-endap memasuki gudang dengan mengedarkan pandangannya. Build melihat Tong tengah tergeletak terlentang di atas tanah dalam gudang itu tanpa ada yang membantunya mengobati luka-luka pada tubuh itu. Build juga melihat Aun Witaya tengah asyik duduk sambil tertawa bersama anak buahnya yang lain. Build berfikir bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan Tong dari sana. Saat sibuk dengan pemikirannya dari arah belakang, Build di pukul dengan kayu sedang mengenai bahunya. Build kesakitan dan ambruk ditanah. Saat anak buah Aun Witaya akan menyerangnya lagi, Build menjegal kaki orang itu membuat orang itu terjatuh dan Build berpindah tempat. Walau bahunya terasa amat sakit Build masih bisa berdiri dan berkelahi.

Beberapa anak buah Aun Witaya menyerangnya. Ada yang membawa linggis ada juga yang membawa semacam tang, mereka semua menyerang Build menggunakan benda itu. Terjadi perkelahian disana dengan satu lawan banyak. Aun Witaya hanya menyaksikannya dengan tawa.

"Kau datang kedalam neraka Detektif." teriaknya yang tak diindahkan Build.

Build terus menangkis serangan demi serangan itu bahkan Build juga menumbangkan beberapa anak buah Aun Witaya. Namun karena kalah jumlah, Build kalah. Pukulan tang mengenai kepalanya membuatnya terjungkal kebelakang dan membuatnya sedikit rabun dalam penglihatannya akibat tertutup darah yang mengalir dari kepalanya.

Aun Witaya menghentikan anak buahnya untuk berhenti menghajar Build. Aun Witaya berjalan menghampiri Build yang tergeletak kesakitan. Tong yang melihat itu hanya bisa berteriak serak tanpa bisa berbuat apa-apa karena salah satu kakinya telah dipatahkan sebelum kedatangan Build di gudang itu.

"Anak ingusan yang baru lahir bergaya ingin membongkar kebusukan kita semua. Coba lihat dirimu. Kau bahkan tidak bisa berdiri sekarang, hahah." Aun Witaya tertawa keras melihat Build yang terus memegangi kepalanya.

Aun Witaya berjongkok menarik kalung identitas Build sebagai detektif itu agar lebih dekat dengannya.

"Detektif Build Jakapan." dengan senyuman kemenangan Aun Witaya memandang Build arogan.
"Nasibmu akan sama seperti kakak jalangmu itu."

Build yang mendengar kakaknya di sebut jalang, meludahi Aun Witaya dengan darah yang keluar dari mulutnya. Aun Witaya merasa dihina dan menyeret Build mendekat pada Tong. Rasa sakit pada tubuh dan kepalanya membuatnya memejamkan mata.

"Biu..." Tong memanggil Build yang hanya di respon dengan gumaman.

Aun Witaya mendekati Build lagi dan menjambak rambut pemuda itu. Build berteriak kesakitan karena jambakan itu tepat pada luka pukulan tang anak buah Aun Witaya.

"Kau pikir kau bisa membuatku di penjara. Itu tidak akan pernah terjadi."

"Lepaskan Phi Tong. Dia tidak ada sangkut pautnya dengan ini." dengan suara lemah Build meminta Aun Witaya melepaskan Tong.

Aun Witaya memukul perut Build keras. "Seharusnya kau khawatirkan saja apa yang akan aku lakukan padamu."

Bugh... tonjokan Tong mengenai wajah sisi kiri Aun Witaya.

"Jangan kau bermain-main dengannya."

"Wah wah berani sekali kau memukulku, hajar dia." Aun Witaya menyuruh anak buahnya menghajar Tong. Anak buah Aun Witaya menghajar Tong tanpa ampun, tendangan injakan Tong terima. Tong terlihat lemah tak berdaya.

Aun Witaya menghampiri Build menarik wajah Build untuk sejajar dengannya. "Aku ingin membunuhmu didepan Jaksa Chai dan Timmu. Apa pesan terakhirmu, coba katakan akan kusampaikan pada mereka."

"Kau akan mati ditanganku." Build memandang Aun Witaya tajam walau terhalang oleh darah tidak membuat kebencian dalam matanya tertutup.

Aun Witaya tertawa pelan lalu mengadukan kepalanya dengan kepala Build keras. Build terlihat tak berdaya dengan rasa pusing yang menjalar diseluruh kepalanya. Dengungan pada telingannya semakin terasa.

Bugh krak...
Suara pukulan dan patahan terdengar dibelakang Aun Witaya. Semuanya terkejut terutama Aun Witaya dengan kedatangan Bible seorang diri. Semua anak buah Aun Witaya melindungi sang bos dari penyerang. Satu demi satu anak buah Aun Witaya tumbang. Bunyi benda keras terdengar bersautan di dalam gudang kosong itu. Bible menyerang mereka sendirian.

"Kau datang sendirian Detektif Bible. Mana saudara kembarmu yang psikopat itu?" sapa Aun Witaya saat Bible menghampiri Build dan Tong yang terlihat mengenaskan.

"Kau akan mati!" gumam Bible dingin.

Anak buah Aun Witaya yang masih tersisa menyerang Bible bebarengan. Pukulan besi yang mengenai badanya tidak membuat Bible terkalahkan. Goresan pisau pada lengannya tidak membuatnya berhenti untuk menghajar mereka semua sampai kemenangan didapat padanya. Semua anak buah Aun Witaya tumbang dalam pukulannya. Bible mendekati Aun Witaya dengan langkah lebar dan pasti. Aun Witaya tersenyum menyambut Bible, ia mengeluarkan pisau dari balik bajunya. Bible tak mau kalah, ia juga memperlihatkan pisau yang ia bawa untuk mengalahkan anak buah Aun Witaya. Pisau itu Bible gengam erat.

"Kau telah salah memilih lawan."

"Buktikan."

Keduanya saling serang menggunakan pisau masing-masing. Goresan pisau terdengar ngilu ditelinga. Keduanya imbang dengan luka yang sama di masing-masing tubuh. Luka tusukan di lengan dan goresan di pipi. Menit demi menit berlalu dengan Bible yang masih terlihat gagah berdiri tegap menghujani Aun Witaya tusukan di dada berkali-kali.

"Sudah kukatakan kau akan mati!"

Dengan pandangan dingin dan kosong Bible menusuk tepat di jantung Aun Witaya membuat laki-laki itu tak bergerak lagi. Aun Witaya ambruk ketanah dengan darah yang mengalir dari luka tusukan itu. Setelahnya Bible berjalan mendekati Build dan Tong, merangkat menyentuh Build.

"Biu?"

Build membuka matanya dan tersenyum manis pada Bible. "Kau datang menyelamatkanku lagi." dengan nafas tersengal Build meraih wajah Bible, memegang pipi yang telah tergores pisau Aun Witaya dengan lembut.
"Apa ini sakit?" tanyanya dengan suara lemah.

Bible menggeleng pelan menjawab pertanyaan Build. Luka didapatinya tidak sesakit saat melihat Build yang mengenaskan seperti ini. Build tidak melihat bahwa dirinya lebih mengenaskan ketimbang Bible.

"Kau masih bisa bertanya seperti itu?" Tong menggelengkan kepalanya yang terasa berdenyut.

"Dendammu sudah ku balaskan." Bible tersenyum tulus.

"Terimakasih." Build tersenyum lemah. Tong hanya diam menyaksikan keduanya yang seperti telah merencanakan ini semua. Dari kejauhan suara sirine mobil polisi terdengar. Build menyuruh Bible untuk pergi dari sana.

"Pergilah sebelum kau tertangkap oleh mereka."

"Tapi?"

"Pergilah Biu aman denganku." Tong juga meyakinkan Bible untuk segera pergi.

"Kau juga terluka Phi Tankhun." Bible memandang kakak tertuanya dengan kesedihan.

"Baru kali ini mata itu memandangku tidak dengan dinginnya." Tong tersenyum senang dengan menahan sakit.

Build menyadari satu hal. Bible dan Tong memang benar-benar kakak beradik. Nanti saja ia tanyakan bagaimana bisa Tong itu Tankhun. Saat ini Bible harus pergi sebelum polisi datang.

"Pergilah Bai. Aku tidak ingin kau tertangkap. Aku dan Phi Tong baik-baik saja." Build menyentuh pipi Bible lembut.

Bible memandang Build lama setelah itu berlari dan menghilang dari pandangan Build.

Tim Big Bos dan anggota polisi lain memasuki gudang menolong Build dan Tong untuk segera mendapatkan perawatan. Sedangkan mayat-mayat anak buah Aun Witaya juga Aun Witaya sendiri di masukan ke kantong plastik jenazah dan dibawa ke rumah sakit kepolisian. Mile berdiri memandang kedalan gudang, ia tahu siapa yang telah menolong Build dan Tong. Karena orang itu jugalah yang memberitahunya jika Build dan Tong berada di gudang itu.

Keesoakan paginya Chatayodom mendatangi Penpetch di kantor Jendral dengan amarah yang membuncah. Chatayodom tidak pernah menyangka jika Penpetch akan sampai hati untuk membunuh Build. Semalam Apo marah besar padanya karena Apo kira Ayahnya terlibat dalam rencana pembunuhan Build yang dilakukan Aun Witaya dan Penpetch nyatanya Chatayodom tidak tahu menahu soal itu. Apo menyalahkan dirinya atas hampir saja Build kehilangan nyawa dan hilangnya Barcode sampai sekarang belum diketahui keberadaanya.

"Rupanya kau sudah tidak menghargaiku lagi Pen." Chatayodom memandang Penpetch marah.

"Apa maksudmu?" Penpetch pura-pura tidak tahu apa-apa.

"Jangan kau pura-pura tidak tahu. Rencana pembunuhan Biu itu adalah kau dalangnya kan. Kau menyuruh Aun Witaya untuk membunuh Biu."

"Apa buktinya sampai kau menuduhku seperti ini. Bukankah kau tahu jika Aun Witaya memang ingin membunuh anak itu?" Penpetch tetap tidak merasa bersalah.

"Jangan kau kira aku tidak tahu hanya karena kau tidak ada disana Pen."

"Aku memang bukan pelakunya."

"Tapi kau otak dalam semua ini. Kau menyuruh Aun Witaya membunuh Bible dan Vegas dengan imbalan Biu. Aku tahu itu." Chatayodom memandang teman seperjuangannya itu terluka dan kecewa.

"Apa Biu yang mengatakannya?"

"Tong yang memberitahuku semuanya."

"Kau percaya semua perkataan anak itu?" Penpetch mengejek.

Chatayodom mengambil ponselnya dan memutar rekaman suara. Didalam rekaman itu terdapat suara Penpetch yang menyuruh Aun Witaya untuk membunuh Bible dan Vegas dengan imbalan Build. Terkejut jelas, Penpetch sangat terkejut karena tidak pernah menyangka akan ada rekaman itu.

"Dari mana kau dapatkan itu?"

"Tankhun. Tong. Dia yang memberikan ini padaku."

"Jadi kau sudah tahu jika dia adalah Tankhun. Tapi kenapa kau hanya diam? Dia bisa menjadi ancaman buat kita."

"Ya aku tahu dan ini semua salah."

"Kau belum memberikan ini pada kejaksaan bukan?" Penpetch sangat khawatir akan hal itu.

"Kau memang temanku tapi orang yang ingin kau bunuh adalah anakku Pen. Anak dari temanku, teman baikku. Kau tidak ada hak untuk membunuhnya!" Chatayodom berkaca-kaca dengan wajah merahnya menahan emosi.

"Lalu jika aku tidak membunuhnya dia akan membongkar semuanya. Aku tidak akan pernah membiarkan semua itu terjadi."

"Semua itu terjadi memang karena kita. Jika waktu itu kita tidak menerima suap. Vegas dan Bible tidak akan balas dendam pada kita. Biu juga tidak akan membenciku karena telah menutupi kasus kakaknya. Semua itu terjadi karena kita."

"Tidak. Semua itu sudah benar. Itu semua hanya masalalu."

"Masa lalu yang membuat semua orang menderita. Tidak Pen. Aku akan mengakuinya pada semua orang. Biarkan posisiku saat ini hilang, aku akan tetap mengakuinya. Kita pantas dihukum atas perbuatan kita di masa lalu. Tidakkah kau kasian pada keluarga kita?"

"Jangan coba-coba kau melakukan itu Chai jika tidak mau Apo dalam bahaya." Penpetch mengancam.

Chatayodom memandang Penpetch tak percaya. "Kau bahkan mengacamku menggunakan Apo, haha. Seharusnya aku tahu jika dari dulu kau tidak pernah tulus berteman denganku."

"Aku akan mempertahankan jabatan posisiku saat ini bagaimanapun caranya. Jika perlu aku akan bekerja sama dengan Vegas dan Bible untuk membiarkan Barcode terbunuh." Penpetch menatap tajam Chatayodom yang melebarkan matanya.

"Jangan berani-berani kau menyakiti anak-anakku Pen!"

"Jika kau tidak ingin itu terjadi. Tutup mulutmu dan diam saja. Atau aku akan bilang pada semua orang jika kaulah satu-satunya orang dalang dari semua ini. Dan aku akan memberi kode pada Vegas dan Bible untuk membunuh Barcode."

Chatayodom menunduk lesu duduk disofa ruang itu. "Apa kau tidak takut jika itu terjadi pada Mix?"

"Kau ingin menyakiti Mix?"

"Bukan aku tapi Bible dan Vegas mungkin."

"Mix tidak disini. Aku sudah mengirimnya ke Paris satu bulan yang lalu. Aku pindahkan dia kesana, kau lupa? Jadi mereka tidak akan bisa menyakiti Mix." Penpetch merasa menang. Chatayodom hanya diam dengan meratapi penyesalanya atas perbuatannya selama ini. Ternyata dirinya juga kalah dengan Penpetch. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena hak pekerjaan anaknya di bawah tangan Penpetch. Apo bisa saja di pecat bahkan di bunuh. Dirinya juga tidak ingin Barcode terluka itu akan membuat Apo juga istrinya semakin membencinya. Mau tidak mau Chatayodom harus mengikuti kemauan Penpetch.

Berita mengenai terungkapnya psikopat tersebar luas. Gambar Bible dan Vegas terpampang di televisi-televisi bahkan koran harian dimana mereka memberitakan bahwa mereka adalah pelaku psikopat yang melarikan diri dari kejaran polisi. Terbunuhnya Aun Witaya juga diberitakan merekalah yang membunuh laki-laki itu. Saat di rumah sakit Tong menghubungi Penpetch ingin menyangkal namun di bantah oleh Penpetch jika dia buka mulut, identitasnya akan kesebar luas jika dirinya adalah Tankhun yang sebenarnya. Jika itu terjadi tidak akan ada lagi yang percaya padanya bahkan mungkin mereka akan membencinya karena bagian dari Theerapanyakul yang terkenal telah membunuh seorang polisi muda dan melecehkan seorang wanita walau semua itu tidak benar. Kebenaran belum terungkap sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Siapa yang telah memberitakan itu?"

"Tentu saja Jendral dan Jaksa pastinya. Mereka kan tidak ingin posisi mereka tergantikan. Aku yakin Ayah dan Jendral di balik semua ini. Ternyata Ayah tidak menepati janjinya untuk mengakui tapi malah membuat berita seperti ini. Apa dia tidak menkhawatirkan nasib Barcode bagaimana?" Apo sudah tidak memiliki toleransi pada Ayahnya. Apo ingin Ayahnya mendapatkan hukuman yang setimpal.

"Aku yakin Barcode akan baik-baik saja. Barcode hanya di jadikan umpan itu saja."

"Tapi Phi Mile. Dengan adanya berita ini pasti mereka mengira Ayah telah menantang mereka dan memang tidak perduli dengan Barcode. Jika terjadi apa-apa pada Barcode, aku tidak akan pernah memaafkan Ayah."

"Kalau begitu kita buat berita lain dari USB yang Bible berikan pada kita. Kita lawan balik mereka, Bas mana USBnya." Mile menyuruh Bas untuk memberikan USB itu karena Bas yang menyimpannya.

Bas menunduk lesu tidak beranjak dari tempatnya. Job yang melihat itu menyentuh pelan lengan Bas.

"Ada apa Bas?" tanyanya.

"Kenapa kau hanya menunduk Bas?" Mile memandang Bas yang masih tertunduk.

"Ketua maaf." suara pelan Bas terdengar sangat pelan.

"Kenapa?" Apo mulai tak sabar.

"Bukti-bukti itu telah hilang." Bas memandangi Timnya dengan penuh penyesalan.

"Apa?!"

"Bagaimana bisa?"

"Setelah kepulanganku dari rumah sakit menemani Biu, aku di buntuti seseorang dan saat di parkiran apartemen dia menyerangku tiba-tiba dan mengambil semua bukti-bukti itu." Bas menceritakan kronologi hilangnya bukti yang Bible berikan pada mereka.

Wajah-wajah frustasi dan pasrah diperlihatkan oleh mereka.

"Jadi kita tidak bisa menyerang balik Jendral dan Ayah?"

"Maaf." Bas benar-benar menyesal tidak bisa mempertahankan bukti itu.

"Tapi kau tidak terluka kan?" tanya Mile.

"Aku baik-baik saja Ketua."

"Syukurlah. Kita bisa pikirkan jalan lain yang terpenting kau baik-baik saja."

Dirumah sakit Tong menyuruh Pong yang menemaninya untuk mengantarkannya ke kamar inap Build menggunakan kursi roda. Tong masih bersyukur karena hanya satu kaki yang mereka patahkan. Saat pintu terbuka Tong melihat Build sedang terduduk diatas tempat tidur kamar rumah sakit sambil melamun.

"Biu?" panggil Tong membuat Build menoleh padanya.

"Phi Tong?"

"Boleh aku masuk?" tanya Tong. Build mengangguk pelan, Tong menyuruh Pong untuk menunggu didepan dan Pong menurut.

Tong berada disisi kanan Build memandang pemuda yang telah dianggapnya adik itu dalam diam. Build terlihat mengerikan, perban di seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai kaki membuatnya seperti mumi hidup.

"Kau benar-benar mengerikan Biu." canda Tong dengan tawa pelan.

"Kau tidak melihat dirimu sendiri?" Build mengejek kaki Tong yang patah. Tong tidak menjawab, dia terus memperhatikan Build.

"Kau ingin mengatakan sesuatu Phi Tong?" Build melihat kedalam mata Tong jika dokter forensik muda di depannya ini ingin mengatakan sesuatu.

"Biu?"

"Ya?"

"Kau pernah bilang jika kau memiliki teman kecil saat di Chiang Mai dan teman kecilmu itu memiliki kakak laki-laki bernama Tankhun." Tong terlihat bergetar.

Build tidak menjawab karena ia tahu Tong belum selesai berbicara.

"Tankhun itu adalah aku. Maaf telah berbohong dan menyembunyikannya." air mata Tong jatuh melewati pipi.

"Jadi selama ini kau tahu kalau aku Biu teman kecil adikmu yang tinggal di Chiang Mai dulu?"

"Ya." Tong menunuduk

"Kau juga tahu jika Bible adalah adik kandungmu dan dia membantu Vegas selama ini dalam membunuh korban-korbannya?"

"Ya."

"Dan kau hanya diam?" intonasi Build masih tenang.

"Awalnya aku tidak tahu jika mereka masih hidup. Saat pertama Mile memperkenalkan Bible di Tim kalian saat itulah aku mengetahuinya. Maaf." Tong semakin menunduk dalam.

Build tertawa pelan. Tawa itu membuat Tong mendongak melihat Build. "Jadi kalian bertiga telah bekerjasama rupanya untuk dendam ini."

"Kau pasti akan mengerti kenapa aku diam setelah tahu pelaku psikopat itu adikku. Sebagai kakak yang telah meninggalkan mereka aku ingin menebus semuanya. Itulah kenapa aku diam. Aku sangat bersyukur mereka masih hidup tapi aku juga terkejut mereka telah berubah. Dan aku pura-pura tidak tahu."

"Waktu kau marah besar pada Bible saat tahu Pong menghilang dan kau menyebutnya Vegas seharusnya aku tahu bahwa kau memang kenal dengan Bible. Kalian hebat sekali bisa mengelabuhi semua orang dengan ekting kalian itu."

"Tapi kenapa kau terlihat seperti tidak marah pada Bible setelah tahu Bible juga dibalik semua ini. Kenapa kau membiarkannya pergi saat di gudang?" Tong penasaran.

"Aku marah, aku kecewa dan sangat hancur tapi jika bukan karena Bible aku tidak tahu siapa pelaku pembunuhan Phi Bua sebenarnya. Bible juga selalu menjadi penolongku. Dan lagi Bible telah menepati janjinya." Build menerawang memandang keluar jendela kamar inapnya.

"Janji?"

"Sebelum Tim Big Bos menemukanku di apartemen waktu itu. Bible telah berjanji padaku jika dia kan membunuh Aun Witaya untukku. Dan dia menepatinya walau aku tahu sebenarnya sebelum ini dia tidak pernah membunuh."

"Jadi kalian telah bersepakat?"

"Apa yang aku lakukan salah Phi. Seharusnya aku menangkapnya tapi aku justru membiarkannya melakukan kejahatan lagi?" Build memandang Tong dengan menahan air matanya.

"Tidak kau tidak bersalah." Tong menggenggam tangan Build lembut.
"Setelah ini akan ku pastikan dia menyerahkan diri begitu juga dengan diriku."

"Tidak, jangan. Sebelum Jendral dan Paman Chai terbukti bersalah kalian tidak boleh menyerahkan diri." mata Build terlihat dingin.

"Kau mendukung kami?"

"Bantu adikmu mencapai tujuannya Phi."

"Bagaimana dengan Barcode?"

"Bible telah berjanji padaku untuk tidak menyakiti Barcode dan aku mempercayainya. Untuk Phi Mile dan yang lainnya, mereka tidak akan menangkap Bible sebelum Jendral dan Paman Chai terbukti bersalah."

Tong tersenyum melihat senyuman Build yang penuh dengan ambisi untuk membuat dua orang itu mengakui perbuatannya bersama Hakim Saksit.

Bukannya membela, Build sangat tahu jika apa yang Bible lakukan memang salah tapi semua itu sudah terjadi dan lawan mereka juga bukan main-main. Lawan mereka adalah Jendral dan Jaksa juga mantan Hakim negara ini. Jika tidak menggunakan cara yang licik juga mereka akan kalah lagi.

~?~

Maaf ya guyss lama upnya 😭

Btw makasih buat kalian yang masih nunggu ini.
Kurang beberapa CH lagi end. Sekali lagi maaf kelamaan up CH ini 🤭

PSYCHOPATH
1 Mei 2023

Continuă lectura

O să-ți placă și

421K 34.1K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
615K 36.9K 26
LAPAK BROTHERSHIP ✔️ NOT BOYS LOVE...❌ SUDAH END TAPI TETEP VOTE + FOLLOW PROSES REVISI Kamu tahu obsessi? Ya apa saja bisa dilakukan bahkan bisa m...
289K 24.4K 36
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
40.8K 4.3K 16
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG