Fake Bride - BNHA Fanfict (Co...

Da slayernominee

14.9K 2.3K 151

Berubah status dari rakyat biasa menjadi bangsawan, tidak membuat Midoriya bahagia. Karena dia sebenarnya han... Altro

Prolog
°1°
°2°
°3°
°4°
°5°
°6°
°7°
°8°
°9°
°10°
°11°
°12°
°13°
°14°
°15°
°16°
°17°
°18°
°19°
°20°
°21°
°22°
°23°
°24°
°26°
°27°
°28°
°29°
°30°
°31°
°32°
°33°
°34°
°35°
°36°
°37°
°38°
°39°
°40°
°The End°

°25°

302 52 1
Da slayernominee

Maaf buat telat updatenya, enjoy~

.
.
.
.
.

Midoriya terdiam seribu bahasa.

Biasanya dia juga sering terdiam, tapi pikirannya tidak pernah sekosong itu sebelumnya. Seolah seperti baru saja terjadi ledakan besar dalam pikiranmu, dan kemudian tertinggal lubang besar di sana yang membuatmu serasa ada di ruang hampa.

Itu yang terjadi saat Midoriya mendengar sebuah kalimat yang tidak pernah dia sangka akan dia dengar langsung dari mulut Bakugou sendiri.

"Sepertinya aku jatuh hati padamu."

Terjadi sebuah reaksi besar di hati dan pikiran Midoriya, tapi dia sungguh tak tahu harus berbuat apa. Dia begitu terkejut hingga yang bisa dia lakukan hanyalah terdiam membeku seperti patung dengan mata yang menatap lebar.

"Kau mendengarku?"

Midoriya mengerjap, entah sudah berapa lama dia tenggelam dalam ruang hampa di pikirannya.

"Y-ya, saya mendengar..." gagapnya.

Bakugou mengernyit tipis. "Apa kau menganggapku bercanda?"

Sontak Midoriya menggeleng. "Tidak, jelas tidak..." nada suaranya memelan, dengan ragu dia menatap pada Bakugou sekali lagi. "Tapi... kenapa...?"

"Apanya yang kenapa?"

"Hu-hubungan kita... bisa dibilang tak sesuai keinginan sejak awal... Kita tak tahu apa-apa soal satu sama lain, dan kemudian tiba-tiba direncanakan untuk menikah... Meski sekarang kita sudah bertunangan dan akan menikah suatu saat... kita tetaplah masih seperti orang asing... bukan? Yang Mulia menikahi saya karena kewajiban sebagai Kaisar, dan saya menikahi Anda untuk... keluarga saya. Jadi saya hanya tidak mengerti kenapa..."

"Itu yang kau pikirkan tentangku selama ini?" Tanya Bakugou, membuat Midoriya langsung menurunkan pandangannya karena takut memancing amarahnya.

Putra mahkota itu menghela napas pelan.

"Memang benar. Hubungan kita memang seperti perjodohan semata. Awalnya aku juga berpikir untuk menikahimu hanya untuk memenuhi kewajibanku. Pernikahan tak lain hanya sebatas status yang tidak lebih penting dari tumpukan pekerjaan di mejaku."

Midoriya merapatkan bibirnya saat merasakan getir di hati. Ya, dia tahu itu sejak awal.

"Namun waktu berlalu. Kusadari ada yang aneh dariku. Seiring menghabiskan waktu denganmu, sesuatu muncul di hatiku."

Bakugou mengangkat dagu Midoriya dengan lembut, kembali bertemu dengan manik emerald itu.

"Aku melihat betapa kau bekerja keras, betapa kau perempuan yang kuat dan lembut. Aku juga selalu melihat senyummu, tawamu. Hingga kemudian, tanpa kusadari aku telah jatuh hati padamu."

Midoriya menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca tipis, kedua alisnya menukik turun dan bibirnya rapat gemetar.

"Apa kau tidak menyukai pernyataanku?"

"Saya hanya... berpikir jika sejak awal... Yang Mulia membenci saya. Mungkin perjodohan kita menghalangi Anda dalam suatu hal... atau bahkan mungkin... sebenarnya Yang Mulia telah memiliki seseorang dalam hati Anda... jadi saya... tak pernah mengira Yang Mulia akan..."

"Aku tak memiliki siapapun dalam hatiku sebelumnya." Bakugou menangkup sisi wajah gadis itu. "Kau, satu-satunya, yang pernah membuatku merasakan cemburu. Kau gadis pertama yang membuatku jatuh hati."

Manik Midoriya semakin berkaca-kaca. Mendengar Bakugou menjelaskan perasaannya sedemikian rupa entah kenapa membuat hatinya terasa sesak. Air mata pun akhirnya menetes membasahi pipinya.

"Jangan menangis." Bakugou mengusap tangisan hening Midoriya dengan ibu jarinya.

"Maaf... saya hanya..."

"Bagaimana denganmu? Bagaimana dengan perasaanmu padaku?"

Bakugou menatapnya dengan serius. Midoriya masih melihat dengan kedua alis menukik sedih.

"Saya tidak tahu. Karena perjodohan kita... saya berpikir jika saya tak layak untuk boleh memiliki perasaan pada Anda... saya takut dan merasa tak pantas..."

"Di luar hal itu, bagaimana perasaanmu yang sebenarnya?"

"Saya... mengagumi Anda. Yang Mulia adalah sosok yang gagah, Anda kuat dan berani. Yang Mulia juga telah banyak menolong saya dalam berbagai situasi, Anda melindungi saya. Meski mungkin memang itu hal yang wajar untuk seorang calon kaisar... tapi saya merasa jika Anda memanglah seorang pribadi yang mengagumkan terlepas dari status Anda..."

Bakugou mendengus, tersenyum kecil. "Bukan pandangan yang buruk. Aku mengerti, kau masih ragu dengan perasaanmu padaku." Dia kembali mengusap air mata yang jatuh. "Apa kau memiliki seseorang di hatimu sekarang?"

"Tidak..."

"Kalau begitu," Bakugou sedikit mendekatkan wajahnya. "Aku akan pastikan hanya aku yang ada di hatimu nantinya."

Dengan mata sembab, Midoriya merasakan wajahnya yang bersemu hangat.

"Lagipula kita akan menikah nantinya, jadi sudah jelas kau tidak boleh membuka hati untuk pria lain, kan?"

Midoriya tidak bisa berkata-kata, dia hanya diam dengan wajah merona tipis.

Bakugou mengusap sisi wajah Midoriya sebelum dia mendekat dan kemudian memberikan kecupan lembut ke sudut matanya yang sembab. Midoriya yang terkejut reflek menutup rapat kedua matanya.

Selesai memberi kecupan kejutan, Bakugou melihat jika Midoriya masih memejam. Manik crimsonnya mengerling pada bibir gadis itu.

Apa dia ingin menciumnya? Ya. Bakugou mencintai Midoriya, jadi dia ingin ciuman pertama gadis itu jadi miliknya. Namun Bakugou tak ingin terlihat memaksa, juga Midoriya belum memiliki perasaan yang sama dengannya. Jadi, dia akan menunggu.

Midoriya kembali membuka matanya perlahan.

"Untuk sekarang aku sudah selesai bicara. Kembalilah beristirahat, aku akan menunggumu kembali datang ke pusat setelah sehat nanti."

Bakugou mengusap puncak kepala Midoriya dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Selepas Bakugou pergi, Midoriya dengan wajah merona merasa segalanya menjadi sulit untuk dia pahami.

"Mungkin aku perlu berbaring lagi..." gumamnya selagi dengan kaku mendekati futonnya sebelum kemudian membungkus diri dengan selimut rapat-rapat.

.
.
.
.
.

Dua hari kemudian Midoriya bersiap kembali bekerja di kediaman pusat. Kirishima tengah membantu membawakan beberapa barang ketika dia melihat Midoriya nampak gelisah.

"Ada apa?"

Gadis itu sedikit terkejut. "Hm? Oh, tidak ada apa-apa kok..."

Kirishima tahu sesuatu terjadi ketika Bakugou datang bicara beberapa hari lalu, tapi dia belum bertanya jelasnya pada Midoriya. Tapi dia yakin yang terjadi bukan hal buruk, meski Midoriya jadi bersikap agak aneh sejak saat itu.

"Katakan saja jika ada yang bisa kubantu, jangan sungkan."

Midoriya mengangguk kecil, mereka pun berangkat ke pusat. Setibanya di sana Midoriya masuk ke ruang kerja dengan gelagat hati-hati. Kirishima jadi penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Rutinitas kesibukan pun berjalan normal seperti biasa. Kirishima juga membantu sebagian pekerjaan seperti sebelumnya. Tidak ada yang aneh kecuali Midoriya yang bersikap gugup setiap kali ada di dekat Bakugou. Yah, gadis itu memang sering gugup jadi Kirishima tak terlalu memikirkannya.

Sampai saat sore tiba. Bakugou yang selesai lebih awal dengan pekerjaannya berdiri dan berjalan menuju meja Midoriya.

"Cuaca sore ini sedang bagus, ayo kita jalan-jalan sebentar."

Midoriya memandang terkejut, tapi kali ini Kirishima juga sama terkejutnya. Barusan Bakugou mengajak Midoriya jalan-jalan? Itu belum pernah terjadi, juga selama ini Bakugou tidak pernah memakai waktu santainya untuk berjalan-jalan.

Mereka pun pergi ke taman istana paling luas di pusat. Kirishima mengawal Midoriya dan Bakugou dari belakang. Dari posisinya, dia melihat Bakugou yang banyak bersikap gentle pada Midoriya selama mereka berjalan berdampingan.

Sedari tadi otaknya sibuk menebak apa yang telah terjadi karena sikap Bakugou tak seperti biasanya, dan akhirnya dia menemukan sebuah kemungkinan jawaban.

"Apa... dia sudah jujur soal perasaannya?"

Midoriya tengah menikmati pemandangan taman bunga yang mekar dengan indahnya ketika kemudian dia merasa pening dan pijakannya goyah. Bakugou sigap menahan kedua lengannya dari samping.

"Kau baik-baik saja?"

Midoriya menyentuh pelipisnya. "Ya, hanya sedikit pusing..."

"Demammu belum sembuh?"

"Sudah, ini pusing yang biasa terjadi sesekali."

Bakugou mengernyit mendengar itu. Memang dia menerima laporan dari Kirishima soal Midoriya yang kerap pusing saat kelelahan, tapi hari ini gadis itu tidak melakukan tugas yang berat.

"Mungkin demam kemarin masih membuat tubuhnya lemah." Pikirnya.

Niatnya dia mengajak jalan-jalan untuk semakin membangun hubungan dengan Midoriya, tapi ternyata itu membuat gadis itu kelelahan. Bakugou harus lebih memperhatikan soal kondisinya lain kali.

"Ayo kembali ke dalam."

Midoriya mengangguk kecil. Dia sudah bersiap untuk berjalan ketika merasakan tubuhnya terangkat yang membuatnya memekik pelan. Bakugou memapahnya dengan kedua tangan. Takut terjatuh, Midoriya reflek mengalungkan tangannya ke leher pria itu.

Dia segera tersadar dan menarik tangannya kembali. "Maaf, Yang Mulia." Wajahnya merona tipis. "Sa-saya bisa jalan sendiri, mohon turunkan saya..."

"Lebih cepat begini." Bakugou mengeratkan kedua tangannya yang memapah di punggung dan bawah lutut gadis itu, otomatis membuat tubuh mereka menempel lebih dekat. Wajah Midoriya makin merona merah, bibirnya merapat kaku karena mereka menempel sangat dekat.

Deg... deg...

"Suara detak jantung Yang Mulia..." Midoriya menempel di dada kiri pria itu, sehingga dia bisa mendengar dan merasakan irama degub jantungnya.

Mereka belum pernah sedekat itu sebelumnya, jadi Midoriya agak panik. Memang Midoriya pernah digendong di punggung Bakugou, tapi saat itu dia tertidur sehingga sama saja seperti tak pernah merasakannya. Namun mendengar suara detak jantung Bakugou, juga merasakan tangan yang memapahnya dengan kokoh, tanpa dia duga itu membuatnya merasa nyaman.

Di belakang, Kirishima tengah berusaha untuk menahan senyum bahagianya. Tanpa perlu bertanya pun dia sudah tahu kira-kira sebagian besar yang terjadi saat Bakugou terakhir kali bicara pada Midoriya hari itu.

"Seharusnya Koshi-san melihat ini, dia akan melompat kegirangan."

Bakugou berjalan dengan Midoriya dalam papahannya, Kirishima mengikuti mereka kembali ke dalam istana.

.
.
.
.
.

Hari ini Midoriya melakukan jadwal lapangannya. Karena hanya sekedar memeriksa kegiatan yang sudah dia atur sejak beberapa hari sebelumnya, tugasnya selesai saat siang hari.

"Yang Mulia juga tengah memeriksa di dekat sini, apa kau mau ke sana?" Tawar Kirishima yang membuatnya ada di lokasi tempat putra mahkota itu berada sekarang.

Sebuah proyek pembangunan sudah berjalan setengahnya. Bakugou datang memeriksa karena bangunan itu berada di bawah kepemilikan istana, sebuah fasilitas umum yang akan membantu banyak warga.

Midoriya melihat Bakugou tengah berbincang serius dengan insinyur dan ketua pembangunan. Sebagai calon kaisar, memang wajar jika memiliki wawasan luas, namun Bakugou masihlah seorang pria muda di usia dua puluhan awalnya. Dia sudah bisa mengimbangi percakapan rumit soal pembangunan bersama para ahli yang jauh lebih tua dan berpengalaman darinya tanpa kesulitan.

Kemampuan itu membuat Midoriya melihat dengan penuh kagum pada Bakugou. Kirishima tersenyum melihat bagaimana gadis itu menatap dengan manik berkilau antusias.

Beberapa saat setelahnya Bakugou selesai berbicara dengan para ahli pembangunan. Kirishima melambaikan tangan agar Bakugou menyadari mereka yang ada di jarak sedikit jauh. Putra mahkota itu melihat tanda itu dan berjalan mendekat.

"Sejak kapan kalian di sini?"

"Belum lama." Jawab Kirishima. "Kebetulan lokasi Yang Mulia dekat, jadi saya mengajak Nona untuk datang ke sini."

"Begitu." Bakugou melihat pada Midoriya yang nampaknya asik memperhatikan pembangunan. "Mau melihat-lihat sekitar?"

Midoriya menatapnya dan mengangguk. Dia berjalan di samping Bakugou yang melewati jalur pengawas

"Hati-hati, perhatikan langkahmu." Bakugou memperingatkan. Jalur pengawas adalah jalur aman, tapi tetap masih banyak lubang galian di kanan kiri jalan yang membuat semua orang harus tetap waspada.

Lokasi kontruksi itu sangat sibuk. Puluhan pekerja berjalan ke sana kemari membawa berbagai material, memoles kerangka, dan sebagainya. Semua kerja keras dan kerja sama itu menciptakan sebuah bangunan yang akan kokoh berdiri dan megah nantinya. Midoriya mengagumi kegiatan yang terlihat sangat teratur itu.

Bakugou berhenti untuk bicara pada wakil pimpinan yang menanyakan soal pendapatnya pada sedikit perubahan yang harus dilakukan, Midoriya dan Kirishima juga berhenti menunggu.

Salah seorang pekerja bangunan berjalan di luar jalur pengawas dengan memikul kayu panjang untuk konstruksi. Mendengar suara percakapan, dia menoleh ke arah jalur dan melihat putra mahkota tengah bicara dengan wakil pimpinan. Awalnya dia menghiraukan dan lanjut berjalan, tapi dia kembali menoleh saat merasa melihat orang lain yang dia kenal.

Matanya terarah pada Midoriya.

"Gadis itu..."

Pria pekerja itu menggertakkan gigi, matanya menatap dengan penuh amarah. Dia meletakkan kayu-kayu panjang yang dibawanya dan mengambil sebuah linggis di dekatnya sebelum kemudian melangkah pergi mengabaikan pekerjaannya.

Memanjat naik ke jalur pengawas, pria itu berjalan cepat ke arah Midoriya.

Midoriya sedang bicara dengan Kirishima saat dia menyadari seseorang datang dan menoleh. Sebelum dia menyadarinya, pria itu sudah mengangkat linggis yang dibawanya tinggi-tinggi dengan kobaran emosi di matanya.

"Harggh!" Pekerja itu berseru, mengayunkan tangannya.

Refleks Midoriya memejamkan matanya, bersiap menerima pukulan keras sedangkan tubuhnya tak memiliki kesempatan untuk menghindar.

Buagh!

Terdengar hantaman keras. Namun Midoriya tak merasakan apapun. Dia membuka mata untuk melihat apa yang terjadi.

Kirishima berdiri melindungi di hadapannya, memunggungi si pekerja. Jenderal itu terpejam dengan mengernyit dalam, saat itu Midoriya sadar jika hantaman tadi diterima oleh punggung pria itu.

"Kirishima-kun!" Seru Midoriya panik.

Kirishima membuka sebelah mata dan tersenyum. "Aku baik-baik saja."

Pekerja itu mengangkat linggisnya dan bersiap kembali menghantam.

"Awas!" Pekik Midoriya.

Kirishima dalam sekejap berbalik dan menangkap tangan pekerja itu kuat-kuat, menghentikan ayunan hantamannya. Kesal, pekerja itu menendang perut Kirishima dengan kuat. Pria bersurai merah itu terdorong mundur beberapa langkah hingga ke tepi jalur.

Sebenarnya Kirishima bisa mengatasi tendangan itu dan tetap berdiri setelah berhasil berhenti mundur, namun tepian jalur tidak rata dan berpasir. Alhasil kakinya terpeleset dan dia jatuh keluar dari jalur pengawas yang lebih tinggi satu meter dari area pekerja.

Midoriya terkejut, menutup mulut dengan tangannya. Kirishima mendarat dengan punggungnya. Bebatuan di area pekerja membuat punggungnya terasa sakit, tapi dia mengabaikannya dan segera melihat ke arah jalur pengawas sekejap setelah dia jatuh. Matanya membulat terkejut.

"Nona, awas!"

Pekerja itu sudah bersiap mengayunkan hantaman lainnya dari jarak dekat. Pikiran Midoriya berteriak untuk dia segera lari. Tubuhnya merespon dan sudah bersiap untuk menghindar, tapi jarak yang terlalu dekat tak membuat dia memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya. Meski dia lari, tubuhnya akan terhantam lebih dulu.

Kirishima bergegas berdiri dan hendak naik kembali ke jalur, tapi dia tidak akan tiba tepat waktu.

GREP!

Bakugou menangkap tangan pekerja itu, memelintir juga memukul lengannya. Pekerja itu berteriak kesakitan, linggis lepas dari pegangan dan jatuh ke tanah.

"Yang Mulia..." Gumam Midoriya yang terdiam di tempatnya.

"Beraninya kau menyerang dia." Manik crimson menatap nyalang pada pekerja itu. "Hukuman instan sepertinya layak untukmu."

Bakugou bersiap untuk mematahkan lengan pekerja itu, tapi Midoriya menghentikannya.

"Yang Mulia, tenanglah. Saya tidak apa-apa, biarkan dia mendapat hukuman di pengadilan."

Butuh waktu sebelum akhirnya Bakugou menuruti perkataan Midoriya. Dia melempar pekerja itu pada Kirishima yang sudah kembali naik ke jalur.

"Jangan harap kau mendapat mengampunan apapun, dan jika kau mengelak mengaku, saat itu juga aku akan benar-benar mematahkan tanganmu." Bakugou melihat pada Kirishima. "Bawa dia pergi. Segera aku akan kembali ke istana untuk mengadakan sidang."

Kirishima mengangguk, membawa pergi pekerja yang kedua tangannya sudah dia pegangi dengan kuncian erat.

Pekerja lain di sekitar area berhenti saat melihat kejadian yang tadi berlangsung. Bakugou meminta wakil pimpinan untuk menenangkan situasi sebelum dia membawa Midoriya pergi dari area konstruksi.

.
.
.

Midoriya dan Bakugou sudah pergi cukup jauh dari area pembangunan. Sejak tadi Bakugou tak mengatakan sepatah kata pun dan hanya membawa Midoriya pergi dengan langkah cepat. Bakugou melewati jalan sepi sehingga tak banyak menarik perhatian orang.

Dengan gaun panjangnya, Midoriya sedikit kewalahan menyamai langkah Bakugou. "Yang Mulia, tolong jangan berjalan terlalu cepat..."

Bakugou perlahan melambat hingga akhirnya mereka berhenti di jalan dekat sebuah danau yang sepi karena tidak terdapat bangunan apapun di sekitar sana.

Midoriya lega setidaknya dia tidak tersandung selama berjalan cepat tadi. "Maaf... pakaian saya sulit dipakai untuk bergerak cepat."

Bakugou berbalik, mengamit sebelah tangan Midoriya.

"Kau baik-baik saja?"

"Huh? Oh, ya... saya baik-baik saja. Saya hanya terkejut."

Putra mahkota itu menghela napas, menunduk menatap pada tangan Midoriya yang dia pegang.

"Maafkan aku."

"Bukan salah Yang Mulia, pekerja itu sendiri yang tiba-tiba datang menyerang. Lagipula, saya baik-baik saja."

Ya, itu memang bukan salahnya. Namun Bakugou berpikir sudah berapa kali saja gadis itu dalam bahaya. Pria itu merasa itu akibat dari kurang waspadanya dirinya akan banyak hal.

Bakugou mengangkat wajahnya, melihat Midoriya yang tersenyum lembut padanya sebagai tanda jika semuanya baik-baik saja.

"Bagaimana jika suatu saat aku sungguh kehilangan dirinya?"

Midoriya membulatkan matanya terkejut saat Bakugou membawanya ke dalam pelukan. Pria itu memeluknya erat, membenamkan wajahnya di sisi lekukan leher Midoriya.

"Ya-Yang Mulia...?" Gagap Midoriya dengan wajahnya yang merona merah. Namun Bakugou tetap diam dengan mata terpejam.

"Tidak, aku tidak ingin itu terjadi."

.
.
.
.
.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

980 128 5
lanjutan haikyuu horor story 'labirin'di akun @bakwan__
583 87 6
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] Short story about EUNKOOK💗 Tiap baca, jangan lupa play music yang sudah tertera di atas! mana...
224K 33.7K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
53.7K 5.5K 32
satu halaman beda cerita alias wansyut, dan semua pair dari lookism. ©bajaay