Fake Bride - BNHA Fanfict (Co...

Da slayernominee

15K 2.4K 151

Berubah status dari rakyat biasa menjadi bangsawan, tidak membuat Midoriya bahagia. Karena dia sebenarnya han... Altro

Prolog
°1°
°2°
°3°
°4°
°5°
°6°
°7°
°8°
°9°
°10°
°11°
°12°
°13°
°14°
°15°
°16°
°17°
°18°
°19°
°20°
°21°
°23°
°24°
°25°
°26°
°27°
°28°
°29°
°30°
°31°
°32°
°33°
°34°
°35°
°36°
°37°
°38°
°39°
°40°
°The End°

°22°

303 56 6
Da slayernominee

.
.
.
.
.

Bakugou tiba di depan pintu sebuah ruangan. Dengan hati-hati dia menggeser pintu dan cahaya dari lorong menyorot masuk ke dalam ruangan yang lebih temaram. Dia masuk ke dalam dan kembali menutup pintu.

Berjalan dengan langkah sesenyap mungkin, Bakugou kemudian duduk bersimpuh di samping futon yang memiliki seseorang yang berbaring di atasnya.

Midoriya tertidur lelap dengan suara napas lembut dan stabil. Namun manik crimson Bakugou bahkan bisa melihat bahkan dari raut tidurnya jika gadis itu lelah.

"Kerja bagus." Bisik Bakugou yang hampir seperti bergumam tipis. Dia hanya tidak ingin membangunkan Midoriya yang setahunya bisa terbangun hanya karena hal kecil.

Melihat bagaimana Midoriya begitu bekerja keras membuat Bakugou tidak lagi bisa memandangnya sebelah mata. Gadis itu bukan lagi perempuan kikuk yang baru datang ke istana, dia sudah menjadi sosok yang banyak berpengetahuan dan menanggung tugas penting. Bukan hanya sebagai kepala organisasi, tapi sebagai calon permaisuri yang menjanjikan di masa depan.

Jemarinya membenahi sedikit rambut yang menutupi kening Midoriya seraya dia menatap ke wajah gadis itu. Dia berharap rencana yang sudah Midoriya buat dengan segala usaha akan membawakan kabar baik segera.

Tak ingin menganggu lebih jauh, Bakugou beranjak berdiri dan meninggalkan kamar itu dalam diam.

.
.
.
.
.

Kirishima duduk bersimpuh dan meletakkan nampan kayu berisikan cangkir air dan beberapa obat ringan di sampingnya.

Midoriya terbatuk pelan. Pagi tadi dia bangun dengan tubuh yang lebih lemas dibanding kemarin, jadi dia masih ada di ruangan istirahatnya meski hari hampir beranjak siang. Tabib sudah dipanggil untuk memeriksa dan mengatakan jika Midoriya hanya kelelahan dan perlu banyak istirahat.

"Ini, obat untuk demam ringan dan batuk." Kirishima menyerahkan dua butir obat dan secangkir air.

"Terima kasih." Midoriya menerima dan segera meminum dua obat itu. "Apa ada kabar dari kapten panglima?" Tanyanya seraya menyerahkan kembali cangkir airnya.

"Belum, tapi juga belum ada kabar buruk yang terdengar, jadi kurasa semua baik-baik saja di sana."

"Begitu..."

"Jangan khawatir, serahkan saja pada mereka. Panglima itu mengatakan sendiri dia akan mengemban rencana baru dengan segenap jiwanya. Aku yakin dia akan berhasil."

Midoriya tersenyum, mengangguk pelan. "Apa Yang Mulia kembali sibuk di luar istana hari ini?"

"Ya, dia sudah pergi saat aku melihat ke ruang kerja. Ada apa? Apa kau merindukannya?" Tanya Kirishima dengan isengnya.

Midoriya hanya menghela napas. "Lagi-lagi, apa aku tidak boleh sekedar bertanya?"

"Haha, tentu tidak. Akan bagus kalau kalian saling merindukan satu sama lain."

"Yang Mulia sudah pernah pergi selama sebulan, tidak melihatnya sehari bukanlah masalah besar."

"Segera kau akan merindukannya meski hanya sehari."

"Berhentilah mencoba meramalkan hidupku."

"Itu bukan hal buruk untuk jadi kenyataan."

Midoriya mendengus. Kalau Kirishima sudah mulai iseng begitu maka percakapan mereka tidak akan kunjung selesai jika Midoriya terus menjawab. Dia pun memilih untuk kembali tidur saat obatnya mulai membuat kantuk datang.

.
.
.

Todoroki hari ini datang atas perintah Endeavor yang berhalangan hadir. Namun karena Bakugou juga sedang tidak di istana, dia pun diminta untuk menunggu sejenak jika tidak keberatan.

"Ya, tidak masalah. Aku tidak buru-buru untuk kembali."

"Saya akan mengabari jika Yang Mulia sudah kembali."

"Oh, Todoroki." Kirishima lewat tak lama setelah pelayan tadi pergi. "Aku tidak tahu kau akan datang hari ini."

"Sedikit mendadak memang, jadi aku harus menunggu Yang Mulia kembali."

"Begitu, kurasa tidak akan lama."

Todoroki melihat sekitar. "Di mana Midoriya-san?"

"Dia sedang kurang enak badan, jadi tidak banyak keluar ruangan."

"Apa dia demam?"

"Ya, demam ringan."

Todoroki melihat pada satu barang yang sejak tadi dia bawa. "Sebenarnya aku juga datang untuk menemuinya, apa boleh?"

"Ya, tidak masalah. Ikut aku."

Tiba di salah satu bangunan pusat, Todoroki diizinkan masuk hingga ke ruangan dalam dengan keberadaan Kirishima bersamanya.

Di ruang istirahatnya, Midoriya terlihat tengah membuka dokumen di atas meja pendek yang dia letakkan di atas futonnya.

Kirishima mengetuk pelan bingkai pintu dan membuat atensi Midoriya yang sedang fokus kemudian tertuju padanya. "Ada tamu."

"Todoroki-san, lama tak jumpa." Sapa Midoriya.

Todoroki membungkuk hormat sekilas sebelum memasuki ruangan bersama Kirishima. "Maaf kalau aku mengganggu saat kau sedang sakit."

"Tidak apa, aku sudah hampir sembuh kok."

Duduk bersimpuh di samping futon Midoriya, Todoroki meletakkan barang yang dia bawa di depan lututnya. "Aku baru kembali dari luar kota baru-baru ini. Saat melintasi toko aku melihat sebuah buku yang kurasa menarik, jadi aku membelinya sebagai oleh-oleh untukmu. Apa kau mau menerimanya?"

Midoriya menatap bungkusan kotak itu dengan mata berbinar. "Kau membeli buku untukku? Sungguh?"

"Ya, aku tahu kau menyukai buku, jadi aku beli beberapa."

"Astaga, terima kasih banyak." Midoriya mengambil bungkusan itu.

"Entah apa isinya memang semenarik yang kukira, kuharap kau akan suka."

"Aku menyukai semua buku, sungguh terima kasih sekali lagi, Todoroki-san."

Todoroki tersenyum melihat betapa Midoriya menyukai pemberiannya. Awalnya dia pikir akan membeli perhiasan, tapi tebakannya benar soal lebih baik dia membeli buku saja.

Mengetahui Todoroki tengah menunggu Bakugou kembali, dia meminta pria itu untuk mengobrol bersamanya dan Kirishima selagi menanti kabar. Mereka bertiga sudah akrab seperti teman dekat.

Seorang pelayan datang dan memberitahukan jika Bakugou sudah kembali ke istana. Todoroki pun berpamitan untuk menemui putra mahkota itu.

.
.
.

Sedaritadi Midoriya terlihat asik membaca buku. Dia sudah cukup sehat sehingga datang ke ruang kerja, tapi Bakugou melarangnya bekerja penuh. Jadi karena pekerjaannya hanya sedikit hari ini, sisa waktunya pun dia gunakan untuk membaca.

Yah, Bakugou sendiri yang menyuruh gadis itu untuk tidak banyak bekerja, tapi lama-lama dia mulai terganggu. Bukan karena Midoriya jadi terlihat malas-malasan, melainkan karena buku yang gadis itu baca.

Kemarin dia mendengar jika Midoriya mendapatkan hadiah buku dari Todoroki. Gadis itu terlihat sangat bahagia bahkan sampai hari ini saat dia membacanya.

Buku di perpustakaan istana sangat banyak, ditambah buku di ruang baca yang ada di kediaman timur sebagai ruang baca pribadi Midoriya. Dengan buku sebanyak itu, Bakugou sudah sering melihat Midoriya asik membaca. Tapi dia belum pernah melihat gadis itu sesenang sekarang saat menikmati hobinya itu.

Pemandangan itu membuat Bakugou penasaran buku macam apa yang Midoriya dapatkan.

Saat dia sibuk menerka-nerka, Midoriya kembali tersenyum saat membaca.

"Sepertinya kau mendapat buku yang bagus." Celetuk Bakugou pada akhirnya.

Midoriya mengerjap, melepas pandangannya dari halaman buku. "Ah, ya. Ini buku yang bagus, penulisnya juga terkenal di berbagai kota. Saya dibuat menikmati setiap halaman yang ditulis."

"Apa kau tidak pernah membeli buku dari penulis itu di sini?"

"Tentu pernah, ini buku keluaran baru. Todoroki-san mendapatkannya dari kota tempat penulis itu berada, buku ini sebenarnya belum dijual terlalu luas saat baru rilis. Bisa membacanya saat ini rasanya begitu beruntung."

"Hm, begitu."

Karena Bakugou tak lagi bertanya, Midoriya kembali sibuk dengan bukunya. Gadis itu tenggelam dalam dunianya, seharusnya itu bukan masalah, tapi entah kenapa Bakugou seperti terusik. Atau lebih tepatnya ada sesuatu yang berbeda yang membuatnya tidak nyaman.

Setengah jam kemudian Bakugou masih resah, dia pun berdiri dan mendatangi meja Midoriya. Saat Midoriya memandang heran, Bakugou mengambil buku itu dari tangannya. Membuat gadis itu terkejut.

"Ah, kenapa—"

"Kelihatannya kau sudah semakin sehat, lanjutkan pekerjaanmu." Bakugou menutup buku. "Ini kusimpan sampai pekerjaannmu hari ini selesai."

Bakugou kembali ke mejanya tanpa banyak panjang lebar. Midoriya ingin protes, dia membuka mulut tapi kembali menutupnya. Tidak ada gunanya membantah kalau Bakugou sudah menyuruhnya.

Akhirnya dengan manyun sebal Midoriya membuka gulungan dokumen dan mulai bekerja. "Padahal tadi yang melarang bekerja. Tapi aku memang sudah sehat sih..."

Kirishima yang memperhatikan hal barusan dari kesibukannya menata rak pun terdiam. Sebuah tebakan besar muncul di otaknya.

"Yang Mulia... jangan-jangan dia..."

.
.
.
.
.

"Apa Yang Mulia ada waktu?"

Bakugou menoleh pada si surai merah. "Ada apa?"

Midoriya hari ini masih bermalam di kediaman utama, jadi Kirishima kembali yang membereskan meja kerjanya. Saat ini gadis itu sudah kembali ke ruangannya meski Bakugou masih bekerja. Putra mahkota itu sendiri yang menyuruhnya.

"Saya hendak bicara sesuatu yang bukan masalah negara atau semacamnya, apa boleh?"

"Katakan saja."

Kirishima menumpuk kertas dan merapikannya. "Apa Yang Mulia cemburu saat Nona membaca buku pemberian Todoroki?"

Sontak Bakugou menghentikan pergerakan pena bulunya. Menatap pada jenderalnya itu. "Hah?"

Surai merah itu menelan ludah saat Bakugou menatapnya seperti antara kesal dan tidak mengerti. "Eh... saya hanya penasaran saja... Sebelumnya Anda tidak pernah keberatan saat Nona membaca buku apapun, jadi..."

"Dia tidak pernah membaca di ruang kerja sebelumnya."

"Saya pikir seharusnya tetap baik-baik saja mau dimanapun Nona membaca."

"Lalu apa bedanya dengan dari siapa buku itu berasal? Sama saja kan."

"Tapi Yang Mulia merasakan sesuatu yang berbeda, bukan? Seperti perasaan gundah, ketidaksukaan melihat sesuatu hal yang bukan terjadi karena diri kita. Yah, itu sebenarnya hanya pertanda awal, tapi mungkin suatu saat Yang Mulia akan semakin tidak suka saat Nona berhubungan soal apapun dengan orang lain."

Bakugou diam. Perkataan Kirishima soal perasaan resah memang terjadi padanya tadi. Entah kenapa dia tidak suka Midoriya begitu senang saat membaca tadi. Apa benar itu karena bukunya adalah pemberian orang lain? Apa... dia memang benar cemburu?

Putra mahkota itu menepis pikirannya barusan. "Pergilah berjaga di sekitar ruang istirahatnya kalau sudah selesai beberes."

Kirishima tahu itu tandanya Bakugou sudah tidak ingin bicara lebih jauh, tapi dia juga tahu putra mahkota itu tidak marah. Dia pun menutup mulutnya rapat-rapat dan pergi setelah selesai beberes.

.
.
.
.
.

Beberapa kali Bakugou melihat Todoroki bersama Midoriya. Setiap kali pria bersurai ganda itu datang ke istana pasti dia selalu mengunjungi calon permaisuri. Entah untuk sekedar menyapa atau mengobrol menghabiskan waktu menunggu Endeavor, atau bahkan memberi hadiah.

Bakugou berpikir itu hal biasa untuk menyapa calon permaisuri. Semua pejabat di istana juga melakukannya, entah sebagai formalitas saja atau mereka memang senang menyapa gadis itu.

Akhir-akhir ini karena Bakugou sedang jarang keluar, dia pun banyak menghabiskan waktu sibuk di sekitaran daerah istana saja. Midoriya juga mulai banyak memiliki kesibukan sendiri, jadi otomatis Bakugou sering melihat gadis itu berkeliaran saat di istana.

Di antara kesibukan-kesibukannya, sering kali Bakugou mendapati Midoriya yang sedang berjalan-jalan santai bersama Todoroki di taman atau sekitarnya, dengan Kirishima dan Iida yang mengawal dari belakang.

Entah kenapa matanya selalu saja bisa menemukan mereka meski dia hanya tidak sengaja melirik saat tengah bicara atau semacamnya. Hal itu kadang membuatnya teralihkan sejenak.

Awalnya Bakugou tidak terlalu memikirkannya. Namun akhir-akhir ini saat dia tak sengaja melihat mereka bersama, tanpa sadar Bakugou memandangi begitu lama sampai dia harus dipanggil untuk kembali fokus.

Seperti hari ini. Dia kembali melihat Midoriya yang mengobrol dengan Todoroki. Sebenarnya mereka terlihat seperti teman dekat yang mengobrol, tapi melihat Midoriya sering tersenyum atau tertawa pada Todoroki membuat Bakugou merasa aneh pada hatinya.

Tak lama dia melihat Midoriya tersandung jalan berbatu, Bakugou tersentak kecil dan berpikir untuk menolong, namun tidak bisa karena dia terlalu jauh. Dia hanya bisa melihat Todoroki yang reflek menahan kedua bahu gadis itu dari belakang.

Deg...

Bakugou mengerjap, memandang heran pada dadanya yang barusan terasa berdegub berat.

"Apa tadi?"

"Yang Mulia?" Pejabat yang tengah bicara dengannya memanggil. "Apa ada sesuatu yang salah?"

"Tidak. Sampai mana tadi?"

.
.
.

Sorenya Bakugou kembali ke ruang kerjanya. Midoriya sudah ada di dalam dengan sebuah benda yang dia tahu itu sebuah pemberian.

"Hadiah dari siapa?" Tanya Bakugou saat dia berniat untuk duduk di kursinya.

Midoriya baru menyadari kedatangannya. "Oh, ini pemberian Todoroki-san."

Bakugou terhenti saat akan duduk. "Dia lagi."

Pemberian itu adalah sebuah vas bunga sederhana dan cantik. "Di timur sudah banyak vas bunga, sepertinya akan kujadikan pajangan meja di sini saja."

Midoriya memikirkan bunga apa yang pantas untuk dia isikan ke dalam vas, tapi kemudian dia juga terpikir hal lain.

"Todoroki-san sudah banyak memberiku hadiah. Mungkin besok-besok akan kuberi sesuatu..." terlihat bayangan yang menutupi cahaya di mejanya. Midoriya mendongak menatap Bakugou yang ada di hadapannya. "...apa Yang Mulia perlu sesuatu?"

Manik crimson itu menatapnya.

"Berhenti bicara soal pria itu."

Ucapan Kirishima kembali terlintas dalam ingatannya.

"Apa Yang Mulia cemburu?"

.
.
.
.
.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

1M 86.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
2.8K 510 7
[𝐆𝐨𝐣𝐨 𝐱 𝐅𝐞𝐦! 𝐘𝐮𝐮𝐣𝐢] Disaat ilusi manis tertelan oleh pahitnya kenyataan. Ketika perasaan tulus yang selama ini selalu di pertahankan seg...
73.5K 8.6K 62
Ini adalah cerita keseharian para utaite. Bukan cerita yang straight karena otaknya disini sengklek semua. Ini sekedar ff ya. Bukan real. Tapi inspir...
173K 14.4K 24
{END} yakkk seperti judulnya ini ff yaribu.. (m/n) takashi kakak berbeda 1 tahun dari tono yang ikut pindah bersama tono takashi ke sekolah khusus pr...