NAVYA: Secreet Wife

By admla_

73.3K 5.8K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Bersama Papa
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Tuan Samuel
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Sick
NSW: Malam yang indah
NSW: I'm Here
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Duo Spy
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terungkap
NSW: Terasa Asing
NSW: You're Still My Princess
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day

NSW: Permintaan Agnes

3.6K 236 8
By admla_

Tepat pukul setengah lima sore Navya baru saja selesai kelas. Ia keluar dari kelasnya yang sudah sepi, kelas sudah bubar dari sepuluh menit yang lalu dan Navya sengaja keluar paling akhir karna harus menunggu suaminya juga.

Samuel masih ada urusan dengan dosennya, pria itu mengatakan menunggu di parkiran saja.

Di koridor yang masih ada beberapa mahasiswa disana Navya lewat dengan tatapan kosong. Entah kenapa setelah berbicara berdua dengan teman lamannya dulu, Navya jadi lebih banyak diamnya.

Bahkan di kelas tadi dia melamun hingga di marahin dosen untuk kali pertamanya. Navya menghela napas panjang, sungguh lelah dia hari ini. Ditambah tugas kampusnya sangat banyak, belum lagi Navya akan magang nantinya.

Di parkiran Samuel sudah menunggu istrinya. Dari kejauhan Samuel melihat Navya yang sedang jalan kearahnya dengan lesuh, kening Samuel mengerut. "Dia kenapa?" gumam Samuel heran.

Tak lama Navya tiba dihadapan Samuel, wanita itu tersenyum tipis kepada suaminya. "Hai, yuk pulang. Kita langsung jemput Nesa ya," ajak Navya.

"Kamu kenapa sayang? Kok lesuh banget," tanya Samuel lembut dengan tangannya yang membelai pipi Navya.

Navya menggelengkan kepalanya. "Gapapa, ayo." Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, Navya pun masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

Samuel heran, ada apa dengan istrinya? Kenapa tingkah Navya sangat aneh banget, tidak seperti biasanya wanita itu. Tak mau memikirkan, Samuel pun masuk ke dalam mobil dan duduk dikursi pengemudi.

Di dalam mobil Navya hanya melamun dengan menatap kearah jendela. Samuel yakin, pasti ada sesuatu yang sembunyikan oleh istrinya. Karna tidak biasanya Navya bersikap aneh seperti ini, biasanya Navya akan sangat ceria.

Sedangkan di tempat lain Agnes yang sedang menonton televisi bersama Alva yang baru selesai mandi. Vano yang tengah bersih-bersih, dan Chika sedang membuatkan cemilan untuk mereka nanti. Ditambah anak dan menantunya akan datang menjemput Agnes.

Alva melirik kearah ponakannya yang sangat fokus nonton film, dia ingat ada tugas sekolah yang belum dikerjakan. "Nesa, om mau kerjain tugas dulu ya. Kamu disini aja," celetuk Alva.

Agnes mengalihkan pandangannya. Anak itu menatap manik mata Alva. "Nda au. Nesa mau ikut, janji nda ganggu om Alva," ujar Agnes dengan menunjukkan dua jarinya.

"Bener ya? Kalau bohong nanti om aduin orang tua kamu." Agnes mengangguk cepat, dia juga sudah lelah untuk mengerjain Alva.

Tenaga Agnes terkuras habis main di kantor Vano tadi, anak itu membuat tingkah yang membuat para karyawan pada terhibur dengan tingkah Agnes tadi. Saking capeknya tadi Agnes tertidur di salah satu kursi karyawan Vano dan langsung di bawa ke ruangan Vano lagi.

Alva menggendong tubuh Agnes dan membawanya ke dalam kamar dia yang ada dilantai dua.

Di dapur Chika sedang membuat cookies, ia mengeluarkan cookies yang dibuat sudah jadi ternyata. Cookies coklat adalah salah satu cemilan favorite keluara Narendra. Apalagi kalau cookies yang baru jadi, ada hangat-hangatnya ketika di makan.

Vano keluar dari lift ketika baru selesai mandi. Pria itu melirik kearah ruang keluarga yang tidak melihat siapapun. Dari arah dapur Chika berjalan dengan membawa sebuah cookies. "Loh, anak-anak kemana mas?" tanya dia yang tidak melihat Alva ataupun Agnes.

"Aku baru mau tanya kamu," ujar Vano kepada istrinya.

Keduanya heran, kemana Alva dan Agnes? Tumben sekali mereka berdua tidak terlihat.

"AGNES!!!!" teriak Alva lantang dari lantai dua yang terdengar hingga ke bawah.

Vano dan Chika saling melemparkan tatapan, ada apa dengan mereka berdua? Dengan cepat keduanya pun langsung menuju kamar putra mereka yang ada diatas.

Chika membuat kamar Alva dan terkejut melihat kamarnya yang sangat berantakan. Dan yang lebih terkejut Agnes dan Alva saling berhadapan, Agnes yang berdiri diatas kasur, sedangkan Alva tidak.

"Hey, kalian berdua ini kenapa?" tanya Vano yang menghampiri mereka berdua.

"Bawa pulang deh dia, ngerusuh aja dikamar Al. Lihat aja tuh, kamar Al berantakan gara-gara bocil tengil ini," ucap Alva dengan menunjuk kearah Agnes.

Agnes berkacak pinggang. "Nesa bukan bocil!" Dia tak terima dikatain oleh Alva.

"Lo bocil," ejek Alva.

"Nggak."

"Bocil. Udah bocil, pendek, tengil lagi," sinis Alva.

Bola mata Agnes berkaca-kaca mendengar ejekan Alva barusan. Vano yang melihat itu menghela napas panjang, dia menutup kupingnya tiba-tiba. "HUWAAA!!! AGNES BENCI OM ALVA! OM JAHAT, AKU ADUIN PAPA SAMA MAMA HIKSS!!!" Jerit Agnes lantang yang menangis karna ulah Alva.

Alva memutarkan bola matanya malas. "Bacot, sana ngadu!"

"HIKSSS OMA!!!" Chika yang melihat itupun langsung membawa cucunya ke dalam gendongan dia, ia menatap putra bungsunya dengan tajam.

"Al jangan gitu, jadi nangis Nesa," tegur bunda lembut.

"Dia duluan bun, siapa suruh berantakin kamar aku," kata Alva santai.

Vano menggelengkan kepalanya karna tingkah mereka berdua yang tidak pernah akur. Alva dan Agnes memang sangat sulit untuk akur, ada saja yang membuat keduanya berantem seperti saat ini. Alva yang cuek dan pendiam, memiliki ponakan yang sangat jahil dan tengil.

Tangan Chika mengelus punggung cucunya agar berhenti menangis. Alva menatap kedua orang tuanya dengan tatapan datar. "Bawa dia keluar sana, aku mau belajar dengan tenang," ucap Alva.

Mereka pun keluar dari kamar Alva dengan Agnes yang masih di dalam gendongan Chika. Anak itu sudah berhenti menangis, tapi isakan kecil masih terdengar sangat jelas. Vano yang melihat itu kasian juga. Mereka kembali ke ruang keluarga.

Chika memangku cucunya yang kini masih dalam mode nangis. Agnes memang cengeng anaknyya, tapi kadang dia julid dan ngeselin juga. Chika mengelus rambut cucunya yang berantakan dengan lembut.

Vano menatap Agnes dengan bingung. "Nesa kenapa berantem sama om Alva?" tanya Vano. Walaupun sudah hal biasa, namun dia tetap penasaran dengan alasan keduanya berantem seperti tadi.

"Tadi Nesa au tidul, tapi cama om Al nda diizinin. Kalna om takut Nesa ngompol, hikss padahal nda opa..." adu Agnes.

Mendengar aduan cucu mereka membuat Vano dan Chika terkekeh pelan, memang sangat lucu kedua anak itu kalau berantem. Ada aja yang dijadikan bahan untuk berantem dan adu mulut, tidak heran mereka berdua dengan tingkah Agnes maupun Alva setiap ketemu.

Samuel dan Navya memasuki area ruang keluarga, keluarganya baru saja tiba dirumah orang tua Samuel. "Sore bunda, ayah," celetuk Navya.

"Eh kalian, tuh mama sama papa udah dateng buat jemput Nesa," ujar oma lembut.

Agnes mendongakkan kepalanya, ia merentangkan tangan dan minta untuk di gendong. Samuel yang paham pun langsung menggendong anaknya. "Kenapa princess? Kok nangis?" Agnes menggeleng pelan.

"Biasa sama Alva," ucap Vano..

Samuel dan Navya hanya tersenyum, mereka juga tidak kaget kalau anaknya tidak akur dengan Alva. "Yaudah, kami pulang ya? Biar bunda sama ayah istirahat juga," kata Navya.

"Iya, kalian hati-hati! Sam bawa mobilnya jangan ngebut!" tegas bunda. Samuel hanya mengangguk paham saja dengan perkataan sang bunda.

***********

Samuel membuka pintu kamarnya, setelah dia menemani putrinya tidur kini ia kembali ke kamarnya. Samuel melihat Navya yang baru saja selesai mandi, memang tadi pas tiba di rumah Navya tidak langsung mandi. Dia menyiapkan makan malam terlebih dahulu.

Navya melirik kearah suaminya yang sedang menutup pintu kamar mereka. "Nesa udah tidur?"

"Udah sayang," jawab Samuel dengan melepaskan kaos hitam miliknya.

Navya mengangguk pelan. Wanita itu duduk dikursi depan meja rias, Navya akan melakukan rutinitas malamnya. Yaitu, menggunakan skincare sebelum tidur. Sedangkan Samuel duduk di sofa dengan ponsel yang ada di tangannya, pria itu teringat dengan sesuatu yang membuatnya penasaran sejak siang tadi.

Samuel berdeham pelan. "Nay, kamu sama Freddy teman lama?" celetuk Samuel.

"Iya. Kenapa?"

"Gapapa. Terus tadi kalian kemana? Mila bilang katanya kamu skip kelas pertama. Apa yang kalian omongin emangnya?" tanya Samuel penasaran. Dari gerak-gerik mereka di kantin tadi Samuel menebak, kalau ada pembicaraan yang sangat penting banget.

Kegiatan Navya terhenti, dia terdiam mendengar pertanyaan suaminya baru saja di lontarkan untuknya. Navya melirik kearah Samuel dengan tersenyum. "Oh, itu. Aku sama Freddy tadi nostalgia aja kok, terus curhat sedikit tentang kehidupannya berapa tahun ini ke aku," jawab Navya.

"Oh gitu." Samuel mengangguk paham. Dia sudah tidak penasaran jika sudah di beritahu oleh istrinya.

Samuel bangkit dari duduknya, ia melangkah menuju walk in closet mereka dan mengambil baju tidurnya. "Aku mandi dulu ya sayang," kata Samuel.

"Iya, kamu mau aku buatin teh?" tawar Navya.

"Boleh, ntar temenin aku sebentar chek data perusahaan ya," ucap Samuel yang langsung setujui oleh istrinya.

Navya yang telah selesai menggunakan skincarenya pun merapihkan skincare miliknya ke tempat semula, dia membuang kapas bekas dia gunakan ke dalam tempat sampah. Navya bangkit dari duduknya lalu keluar kamar untuk membuatkan suaminya teh.

Di tempat lain Mila sedang termenung di taman belakang, kedatangan Freddy tadi pagi benar-benar membuat dirinya shock berat. Pria yang selama ini dia hindari, ternyata kembali muncul di depan mukanya. Mila juga kepikiran dengan perkataan pria itu tadi pagi.

Dari kejauhan Sean memperhatikan kekasihnya, sejak tadi Mila mengacuhkan dirinya. Sean jadi penasaran, apa yang membuat Mila menjadi lebih banyak diam.

Sean melangkah mendekati kekasihnya, ia duduk disebelah Mila yang membuat gadis itu terkejut dengan kedatangan Sean. "Kapan dateng?" tanya Mila.

"Belum lama. Kamu kenapa?" Sean mengelus rambut Mila lembut.

"Gapapa. Oh ya, aku denger dari Navya katanya kamu minggu depan sidang sama Samuel?" Sean tersenyum dan mengangguk. "Do'a in ya, semoga lulus terus kerja, kumpulin uang buat lamar dan nikahin kamu," bisik Sean tepat di telinga Mila.

Mendengar bisikan Sean membuat gadis yang ada di sebelahnya terdiam. Mila menatap langit-langit malam yang sepi, tidak ada bintang hanya ada bulan sabit saja. "Kamu yakin mau nikah sama aku?" celetuk Mila tanpa melirik kearah kekasihnya.

"Iya. Kamu terima semua kekurangan aku, kamu mau nemenin aku hingga di titik ini, dan karna kamu aku punya rumah kedua setelah anak-anak Devil's Angel," tungkas Sean.

Mila memejamkan matanya. Keduanya menjadi hening, tak ada percakapan lagi di antara mereka berdua. Mila menatap langit malam, sedangkan Sean memandangi kekasihnya yang sangat cantik walaupun galak dan julid.

"Boleh aku peluk kamu?" tanya Mila dengan menatap Sean.

Pria itu tersenyum dan langsung menarik Mila ke dalam pelukannya. Mila menghirup aroman maskulin Sean, pacarnya sangat wangi dan parfum Sean sangat membuat dirinya candu. Bahkan kalau di peluk tidak pernah mau lepas, nyaman.

Samuel keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan menggunakan baju tidur dengan warna yang senada dengan piyama Navya. Pria itu melirik kearah istrinya yang sudah menunggu di sofa, ada dua cangkir teh yang sudah di buat oleh Navya.

Samuel mengambil laptopnya dan berjalan menghampiri istrinya. Navya yang melihat Samuel baru selesai mandi pun tersenyum, ditangan Navya sudah ada handuk kecil untuk mengeringkan rambut sang suami yang masih basah.

"Aku keringin ya." Samuel mengangguk dan membiarkan istrinya mengeringkan rambutnya yang masih sangat basah.

Dengan telaten Navya mengeringkan rambut suaminya dengan lembut, dia suka moment seperti ini. Setiap selesai mandi Samuel selalu minta kepadanya untuk mengeringkan rambut dia yang basah.

Samuel memperhatikan istrinya dengan dalam, Navya sangat cantik. Tidak bosan dia menatap wajah istrinya. "Kamu mau magang dimana?" tanya Samuel yang teringat kalau istrinya akan magang.

"Kantor papa mungkin. Tadinya aku dapet tawaran magang di Itali, cuman aku tolak karna nggak mungkin ninggalin kamu sama Agnes. Mungkin besok aku ke kantor buat ajukan proposal ke papa magang disana selama 2 bulan," jawab Navya.

Kening Samuel mengerut. "Kenapa nggak di kantor aku sayang? Kamu bisa magang jadi sekertaris aku selama 2 bulan ke depan. Tanpa mengajukan proposal atau di test," ujar Samuel.

Navya menepuk jidatnya lupa. Ia lupa kalau suaminya adalah CEO muda, Navya juga tidak kepikiran buat magang di perusahaan Samuel. "Lupa aku hehehe," kekehnya yang membuat Samuel geleng-geleng.

Samuel mengambil ponselnya dan mencari nomor orang kepercayaannya. Jordan Kendrick, tangan kanan Samuel yang selama ini mengurus perusahaan jika Samuel tidak datang ke kantor. Bahkan Jordan selalu menghendel kantor dengan sangat baik, makanya Samuel sangat percaya kepadanya.

"Hallo Jordan. Mulai minggu depan akan ada yang magang sebagai sekertaris saya, tolong kamu bantu dia. Dan saya akan pegang kendali perusahaan sepenuhnya minggu depan setelah sidang, kamu mengerti?" ucap Samuel kepada lawan bicaranya.

Jordan yang masih berada di kantor bersama dengan putranya pun mengangguk. "Baik tuan, saya mengerti!" Sambungan telpon pun terputus.

Jordan melirik kearah putranya yang sudah tertidur diatas sofa, mereka berada di ruangan khusus Jordan. Ia kembali lembur karna pekerjaan kantor yang sangat banyak, dan mau tidak mau dirinya harus mengajak putranya yang masih berusia 4 tahun menuju 5 tahun.

Ia adalah single dad. Istri pertama Jordan meninggal setelah melahirkan putranya, lalu ketika umur putranya satu tahun dia kembali menikah. Namun naas, pernikahannya hanya sebentar dan cerai karna istri keduanya selingkuh.

Jordan bangkit dari duduknya. Tanpa ingin membangunkan putranya Jordan pun menggendong tubuh anak dia dan keluar dari ruangan, ia akan melanjutkan besok pagi lagi karna hari sudah malam.

Kembali lagi dengan Samuel dan Navya. Keduanya tengah memeriksa data perusahaan hari ini, tidak ada masalah apapun. Walaupun jarang ke kantor, tapi Samuel selalu memantau dari kejauhan. "Selamat, kamu akan jadi sekertaris aku selama dua bulan sayang," bisik Samuel.

"Iya tuan," jawab Navya.

Samuel sangat gemas dengan tingkah istrinya, pria itu mencium bibir Navya. Mata Navya terpejam dan menikmati ciuman yang di berikan oleh suaminya, Samuel memberikan lumatan kecil. Hingga tidak sadar Navya mengalungkan tangan dia dileher sang suami.

************

Pagi ini Navya baru saja selesai mandi, wanita itu menatap kearah kasur yang dimana Samuel masih tertidur dengan nyenyak diatas kasur. Navya menggelengkan kepalanya, ia berjalan menuju pintu balkon. Navya menarik gorden kamar dan membuat sinar matahari masuk ke dalam kamar.

Samuel melenguh, dia merasa terasa terganggu karna sinar matahari. Perlahan pria itu membuka matanya dan pertama kali yang dia lihat adalah Navya. Senyuman Samuel terbit. "Morning sayang," celetuk Samuel serak khas bangun tidur.

"Morning too, ayo bangun." Samuel mengangguk pelan dan merubah posisinya menjadi duduk.

Pria itu merentangkan tangannya dan Navya paham maksud suaminya, dia memeluk tubuh Samuel dengan erat. Samuel menyenderkan kepalanya di dada Navya yang terasa sangat membuat dia nyaman banget.

Tangan Navya mengelus rambut suaminya yang berantakan. "Ada kelas?" Navya menggeleng sebagai jawabannya.

Samuel tersenyum senang, dia bisa berduaan dengan istrinya. "Mau ngedate?" ajak Samuel.

"Sure, tapi mandi dulu sana. Aku mau bangunin princess dulu," ujar Navya dengan melepaskan pelukannya.

Cup

Navya mendapatkan ciuman di pipi dari sang suami. Samuel bangkit dari duduknya lalu pergi melangkah menuju kamar mandi. Samuel bukan tipe orang yang malas mandi, dia malah tidak bisa kalau melakukan aktivitas apapun tanpa mandi.

Sedangkan di kamar sebelah Agnes sudah bangun daritadi. Dia bangun lebih cepat daripada biasanya, anak itu tengah menonton film dari Ipadnya sambil menunggu orang tuanya datang ke kamar dirinya.

Pintu kamar Agnes terbuka menampilkan Navya yang baru saja datang ke kamar putrinya. Navya tersenyum melihat Agnes yang sudah terbangun ternyata. Navya melangkah mendekati ranjang Agnes, anak itu menatap sang mama yang sudah datang.

Agnes meletakkan Ipad miliknya, dia langsung memeluk tubuh mamanya dengan erat. "Pagi mama cantik," sapa Agnes.

"Pagi sayang. Nesa udah bangun daritadi?" tebak Navya yang langsung di anggukin oleh anaknya.

Agnes menyenderkan kepalanya di pundak mamanya. Navya mencium pipi Agnes sekilas dan mengelus rambutnya yang sebelas, dua belas kayak Samuel. "Mandi sekarang?" tawar Navya.

"Iya. Nesa au makan, lapel ma," kata Agnes.

"Oke, come on baby. Kita mandi sekarang!!!" Navya membawa Agnes yang ada dalam gendongannya ke dalam kamar mandi.

Skip

Setelah mandi dan sarapan kini keluarga kecil Samuel berkumpul di ruang keluarga dengan menemani anak mereka yang sedang bermain. Agnes tidak mau di ganggu, dia ingin main sendiri katanya. Navya dan Samuel yang mendengar hal itu hanya setuju saja.

Agnes melirik kearah kedua orang tuanya yang tengah menonton film dua anak kembar yang tak memiliki rambut. Apalagi kalau bukan upin dan ipin.

"Ma, pa, Nesa boleh minta sesuatu?" Pandangan kedua orang tuanya menatap anak itu dengan tersenyum.

"Sure. Nesa mau apa? Mainan? Liburan? Atau mau apa?" tanya Samuel lembut.

Agnes kembali menatap kearah mainan miliknya yang sangat banyak. "Nesa au punya adik. Bial ada temen main," jawab Agnes santai yang membuat kedua orang tuanya terkejut.

Navya dan Samuel saling melemparkan tatapan. Mereka berdua kaget dengan permintaan anak mereka barusan, tidak biasanya Agnes meminta permintaan yang benar-benar membuat kedua orang tuanya tak bergeming.

"Nesa mau punya adik?" ucap Samuel yang takut salah mendengar permintaan anaknya barusan.

Agnes mengangguk cepat. Dia tersenyum manis kepada kedua orang tuanya. "Boleh? Mama sama papa bakal kabulin permintaan Nesa, kan?" Agnes mengeluarkan jurus puppy eyesnya.

Samuel menggaruk tekuk yang tidak gatal. Dirinya tidak masalah, hanya saja sang istri yang keberatan dengan permintaan anak mereka. Buktinya Navya hanya bungkam tak mengeluarkan suara apapun hingga saat ini. Samuel paham, istrinya belum siap.

Samuel juga tau kalau hamil tidak gampang. Navya harus melewatkan masa mual di kehamilan muda, ngidam, tidak bisa melakukan aktivitas berat, kontraksi, lalu melahirkan. Samuel juga tak ingin memaksa istrinya, kalau Navya memang belum bisa tidak masalah.

"Punya anak lagi?" batin Navya.

Sedikit susah untuk di kabulkan permintaan anaknya. Apalagi dia akan sibuk dengan kuliah dan magang berapa bulan ke depan. Kalau Navya hamil dalam waktu dekat membuatnya akan sulit beraktivitas pastinya. Navya jadi teringat dengan permainan dia bersama Samuel kemarin pagi.

Navya melirik kearah suaminya. "Sam.."

"Apa?" tanya Samuel.

"Kemarin kamu nggak pake pengaman sama keluari di dalam ya?" ujar Navya.

Deg

Tubuh Samuel menegang. Dia baru ingat kalau kemarin tidak memakai pengaman dan mengeluarkannya di dalam. Pria itu menepuk jidatnya. "Astaga, aku lupa Nay."

Navya mendesah kecewa, sudah di pastikan dia akan hamil nanti. Samuel mendekat kearah istrinya, dia tau kalau Navya belum siap untuk punya anak lagi. "Aku beli obat pencegah kehamilan ya? Mau?" bisik Samuel.

"Kamu yakin? Terus permintaan Nesa?" Samuel tersenyum tipis, ia mengelus rambut Navya dengan lembut. "Itu bisa nanti sayang, aku tau kamu belum siap," ucap Samuel yang mengerti posisi istrinya sekarang.

Navya mengulumkan senyumannya, dia bersyukur mempunyai suami yang pengertian. Terus terang, Navya belum siap untuk melahirkan lagi untuk sekarang. Walaupun dia tau kalau Agnes membutuh seorang teman untuk bermain, dia hanya bisa berdoa kalau Agnes bisa sabar sebentar.

"Jangan di pikirin. Fokus sama kuliah kamu dulu, urusan Agnes gampang. Aku bakal masukin Agnes ke sekolah dasar gimana? Kemarin Mrs Friska mengatakan kalau Agnes siap masuk sekolah dengan kepintaran dia yang udah bisa baca, nulis, menghitung," tutur Samuel.

"Nesa mau nggak?" Navya takut anaknya malah tidak mau dan menolak penawaran suaminya.

Pandangan Samuel tertuju kepada putrinya yang tengah menyusun lego dengan sangat fokus. "Nesa mau sekolah bareng Jena nggak?" tawa Samuel.

Yeah, Samuel dan Farhan sudah sepakat akan masukin anak mereka di sekolah yang sama. Apalagi Jena dan Agnes dekat, mereka pasti akan saling melindungi satu sama lain. Jena juga tidak akan keberatan kalau Agnes akan satu sekolah dengan dirinya. Kedua orang tua mereka berharap kalau anak mereka bisa bersahabatan.

"MAU!!! NESA AU CEKOLAH, PA!" Pekik Agnes girang.

Samuel tersenyum. "See? Dia mau sayang." Navya mengangguk setuju, kalau anaknya yang mau sekolah dia tidak akan melarang. Selagi Agnes bahagia, itu adalah kebahagiaan untuk Navya juga pastinya. Begitu pun Samuel.

Pria itu sangat menyayangi istri dan anaknya. Baginya, kalau keluarga adalah prioritas dia. Tidak ada alasan untuk Samuel menjauh dari kelurganya, setiap hari ia ingin selalu di dekat dengan keluarganya sendiri. Menjadi suami dan orang tua yang baik untuk keluarga kecilnya.

•••••••••••

Di kediaman keluarga Sanjaya terdapat keluarga kecil yang tengah menemani anak mereka tidur. Letta mengelus rambut Jena yang tertidur dengan bersender di dada bidangnya, sedangkan Farhan tengah membacakan dongeng tidur untuk anak mereka.

"Cinderella dan sang pangeran pun hidup bahagia..." Farhan melirik kearah Jena yang sudah tertidur sangat pulas.

Pria itu memberikan kode kepada istrinya, Letta yang paham pun merubah posisi tidur anak mereka dengan hati-hati. Keduanya turun dari kasur Jena dengan pelan, Farhan menarik selimut hingga menutupi dada.

Cup

"Good night, baby. Sweet dream," bisik Farhan lembut.

Letta pun melakukan hal yang sama, dia mencium pipi Jena. "Selamat malam anak mama, tidur yang nyenyak ya," bisik Letta.

Keduanya pun keluar dari kamar anak mereka. Diluar kamar Letta menatap suaminya tanpa bersuara, Farhan yang merasa di tatap oleh Letta pun menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa sayang?" tanya Farhan.

"Kamu jadi ke markas?" Sebenarnya, Letta tak ingin jika Farhan pergi begitu saja.

Farhan mengangguk pelan. Dia merapihkan rambut Letta yang berantakan. "Boleh, kan? Aku mau bahas soal misi. Tadi Jendral confirmasi ke aku kalau mereka akan melanjutkan misi cari tau tentang dalang kematian Abel, pihak keluarga dia minta kami untuk selidiki lagi," ujar Farhan.

"Yaudah. Kamu hati-hati, ya?" ucap Letta lembut.

Cup

Farhan mengecup bibir Letta sekilas. "Oke, kamu istirahat ya. Pintu kunci aja, aku bawa kunci cadangan kok." Letta mengangguk pelan.

Skip

Di bangunan tua Samuel dkk tengah berkumpul di markas Devil's Angel. Bukan hanya mereka berlima, namun ada Freddy juga yang ikut berkumpul bersama mereka. Regal dan Bastian yang mengajak pria itu untuk bergabung, karna dalam misi ini Freddy akan ikut turun tangan juga.

Samuel menatap teman-temannya yang sudah pada berkumpul. Pria itu menghela napas panjang, sebenarnya Samuel sangat keberatan dengan misi ini. Baginya, semua itu sudah berlalu, tidak perlu di bahas kembali.

"Selamat malam semua. Maaf kalau gue panggil kalian buat kumpul. Jadi, kita akan bahas misi baru. Kasus kematian Abel yang hingga sekarang belum jelas siapa pelakunya, dan apa yang membuat Abel meninggal. Gue mau kita tuntasin bersama, dan dibantu oleh Freddy, selaku abang kandung Abel." Samuel melirik kearah teman lamannya.

Freddy hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Samuel kembali duduk, gantian dengan Sean yang akan menjelaskan semuanya dengan jelas.

Sean menampilkan sesuatu dari laptopnya dan langsung muncul dilayar besar. Foto tempat terakhir mereka menemukan Abel dengan keadaan tak bernyawa.

"Tujuh tahun yang lalu Abel meninggal. Sebelumnya, pihak kepolisian dan para saksi menyatakan bahwa Freddy adalah pelakunya. Namun, ternyata bukan dia. Itu artinya kalau dalang dari pembunuhan Abel masih belum jelas siapa dia, dan apa motif dia membunuh Abel." Sean menjeda ucapannya.

Pria itu menunjukkan sebuah titik merah yang sudah dia tandai. "Kita akan mulai penyelidikin disini. Yaitu, rumah lama Abel dan juga Freddy yang sudah terbengkalai," sambung Sean.

Freddy menaikkan sebelah alisnya. "Harus banget kesana? I mean, dulu Abel gak pernah pulang lagi setelah orang tua kami pisah. Dia pulang ke apartemen," celetuk Freddy.

"Tapi ada saksi mata yang bilang kalau malam itu dia pulang untuk menemui lo," sahut Regal tiba-tiba.

"Emang, tapi cuman sebentar. Habis itu dia pergi lagi," kata Freddy.

Megan dan Samuel saling melemparkan tatapan. Kedua pria menatap Freddy, Samuel terus memperhatikan semua gerak-gerik teman-temannya. Dia teringat dengan chat dari sang Ayah tadi sebelum pergi ke markas menemui mereka.

Sean pun kembali melanjutkan perjelasannya. Samuel dan yang lain menyimak saja apa yang di jelaskan oleh wakil ketua Devil's Angel. Memang setiap akan ada misi selalu Sean yang menjelaskan rencananya, dan taktik menyelesaikan misi dengan cepat dan aman tanpa ada yang luka.

••••••••••••••

Hai, apa kabar? Maaf ya kalau slow update. Semoga hari kalian selalu menyenangkan ya ^•^

Oh ya, gimana bab 3? Menyenangkan? Aku harap kalian suka ya.

Ada yang penasaran nggak siapa Freddy itu sebenarnya?

Dan apa hubungan Navya, Mila, Freddy di masa lalu? Apa ada kaitannya dengan kematian Abel?

Kalian udah bisa nebak belum, siapa dalang yang sebenarnya dalam kasus kematian Abel?

Jangan lupa spam komennya ya. Kalau kalian spam komen aku bakal update cepat.

Stay tuned ya! Kawal terus cerita ini sampai ending.

Jangan lupa follow: @ameliandhra @wp.ayananadheera @navyabeatarisa_
@samuelnarendra_ @gal.hrnndz @ccmla_z @seanmlvni @arlettanica_ @farhan_snjya @bastiancromwell @gang_devilsangel

See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

307K 8.5K 44
GREEZELLA SYERRA AELFDENE, atau yang dikenal dengan QUEEN ZELLA. Seorang gadis yang dijuluki Queen bullying di SYERRA HIGH SCHOOL. siapapun tidak ber...
2.2K 112 21
Alvano berdiri dari duduknya kemudian pergi begitu saja melewati Alora. Namun baru beberapa langkah, Alvano berhenti. "Urusan kita selesai. Jangan pe...
3.3K 287 32
⚠️warning kata kata kasar, harap bijak dalam membaca!! Pradaboys Geng yang berada di Jakarta Selatan terkenal hebatnya mampu memecahkan rekor misteri...
11K 1.5K 26
Original title: 穿越後和死對頭HE了 Indonesian title: Setelah menyeberang, dan musuh yang mati HE Pengarang: Shu Shushu [ 舒書書 ] Jenis: Kelahiran kembali melal...