My Boss Is My Secret Husband...

By Riniwulan2629

3.6M 231K 7.6K

Di kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang seri... More

1. Di Anggap Polos
2. Cletukan Pembawa Petaka
3. Kelvin Yang Jail
Pengasuh Untuk Sang Duda
4. Lamaran Tak Terduga
5. Meminta Alasan Kelvin
6. Di Ajak Ke Suatu Tempat
7. Pernikahan Yang Tak Diinginkan
8. Perkataan Membingungkan
9. Pindah Rumah
10. Rea Membuat Gemas
11. Makan Siang Bersama
12. Perdebatan Sengit
13. Pelukan Hangat
14. Nasip Sial Pak Kelvin
15. Saling Mencari
16. Rea Tidak Peka
17. Makanan Spesial
18. Pak Kelvin Sang Penyelamat
19. Kemarahan Pak Kelvin
20. Ada Apa Dengan Pak Kelvin?
21. Menjenguk Sang Suami
22. Merajuk dan Nasihat
23. Malam Mingguan
24. Pertemuan Tak Terduga
25. Membongkar Hubungan
26. Jalan-Jalan
27. Ada Hubungan Apa?
28. Kabar Buruk
29. Sebuah Kejutan
30. Ulang Tahun Perusahaan
31. Pesta Perusahaan
32. Di Tinggal Pergi
33. Nonton Berdua
35. Pak Kelvin Aneh
36. Tuduhan Menyakitkan
37. Luka Yang Tersamarkan
38. Kecurigaan Kelvin
39. Pembalasan Dari Kelvin
40. Hal Mengejutkan
41. Berbalik Arah
42. Pelukan Penenang
43. Tingkah Rea Membuat Kesal
44. Menjadi Istri Yang Baik
45. Kedatangan Mertua
46. Surat Rahasia
47. Hati Yang Retak
48. Membujuk Rea
49. Mengikis Karang
50. Fakta Mengejutkan
51. Penyesalan Terdalam
52. Keputusan Rea
53. Sebuah Pengorbanan
54. Menguras Air Mata
55. Menyalahkan Diri Sendiri
56. Satu Hati dan Satu Cinta
57. Akhir Yang Bahagia

34. Pengobat Rindu

35K 2.5K 20
By Riniwulan2629

Rea terbelalak ketika melihat siapa orang yang menarik tangannya barusan, tapi pertanyaannya mengapa orang itu bisa datang kemari? Habis sudah Rea sekarang, dia tidak sanggup untuk berbicara apapun lagi.

"Ngapain kamu di sini? Pakai berduaan sama tu orang! Sudah, ayo kita sekarang pulang!" pria itu menarik tangannya kuat dan membawanya pergi dari hadapan Dito.

Sedangkan Dito tampak diam, apalagi dia melihat Lia yang bersama pria barusan. Tapi, seketika Dito yang sudah sadar pun langsung mengejar Rea.

"Tunggu! Lo siapa maksa-maksa dia buat pulang?" Dito melepaskan tangan Rea dari Rio.

"Gue abangnya, goblok! Lo yang siapa main pergi sama adik gue!" balas Rio kasar.

Untung saja dari kejauhan tadi dia memang yakin jika yang dia lihat adalah Rea. Sebagai seorang Kakak, Rio pasti mendatangi adiknya, karena walau bagaimanapun Rea itu sudah menikah. Tidak seharusnya berpelukan dengan pria lain bahkan di tempat umum seperti ini.

Dito tertegun mendengarnya, hampir saja dia melontarkan kata-kata hujatan dan kasar kepada Rio, untung saja tidak jadi.

"Oh maaf, gue gak gak tahu!" Rio tampak mundur satu langkah.

"Makannya punya otak itu buat mikir!  Gak cuman modus doang, tapi attitude gak ada! Cih!" Rio muak melihat wajah Dito kali ini.

"Mana tampang juga pas-pasan. Ini tempat umum, main peluk-peluk anak orang saja! Apalagi yang lo peluk itu udah punya —"

"Abang! Ayo pulang!!" Rea memotong perkataan Rio.

Bahkan kini Rea menarik tangan Rio agar segara menjauh dari Dito. Walaupun sebenarnya Rio masih ingin melayangkan caci maka ke Dito.

"Gue peringati!! Jangan pernah mendekati Rea, atau lo akan tahu akibatnya. Bangsat!!" Rio menunjuk Dito dengan tangan kanannya, karena tangan kirinya kini di tarik oleh Rea.

Rea paham, Bang Rio masih tersulut emosi sekarang. Dia saja juga masih kesal dan marah kepada Dito yang dengan sengaja menjebaknya agar dapat nonton bersamanya. Yang Rea tidak suka, Dito yang memeluk tubuhnya tadi.

"Lepas, Rea!" Rio menyentak tangan Rea ketika mereka sudah berada jauh dari Dito.

Rio melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap Rea angkuh. Sedangkan Lia hanya dapat melihatnya saja tanpa berniat ikut campur dengan urusan mereka berdua.

"Kamu selingkuh?" Satu pertanyaan lolos begitu saja dari mulut Rio.

"Gak ada, Bang, mana ada aku selingkuh."

"Ingat Re, kamu itu sudah punya suami, bukan pacaran lagi. Mikir gak perasaan Kelvin gimana kalau dia tahu kamu jalan sama pria lain. Mikir gak kalau tahu kamu di peluk sama pria lain selain Abang dan Papa. Seharunya kamu tidak sebebas ini saat Kelvin lagi ada urusan bisnis."

Rea paham, dia memang salah di sini dan pantas untuk di salahkan. Tetapi, dia kan juga tidak pernah menyangka kejadiannya akan seperti ini. Untung saja yang memergokinya tadi Bang Rio, jika Kelvin pasti mereka sudah ribut.

"Bang, tolong jangan kasih tahu Mas Kelvin soal ini, ya. Jujur, tadi aku pikir bakal nonton bertiga, tapi ternyata —"

"Jadi, tadi kamu nonton film berdua? Gak cuman sekedar jalan-jalan doang di mall tapi malah nonton film juga? Rea!! Dimana pikiran kamu!" Bang Rio malah menyela ucapannya, padahal dia belum selesai menjelaskan.

"Mas Dito yang jebak aku, Bang! Kalau tahu cuman berdua pun aku gak bakalan mau. Abang pikir aku selingkuh gitu? Aku suka sama Mas Dito gitu? Enggak, Bang, aku cuman cinta dan sayang sama Mas Kelvin doang. Gak ada sedikitpun di dalam pikiran aku buat selingkuh! Terkadang memang apa yang kita lihat tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan!"

Setelah mengatakan itu, Rea langsung hengkang dari hadapan Rio dengan wajah kesal. Lebih baik sekarang dia pulang duluan saja daripada pulang bersama Bang Rio tapi terus di tuduh tidak benar.

"Rea!" Rio hendak mengejar Rea, tapi tangannya di cekal oleh Lia.

"Biar gue aja yang kejar dia," ujar Lia menyakinkan Rio.

Rio mengangguk, membuat Lia langsung berjalan cepat ke arah Rea. Dia tidak mau terjadi kesalahpahaman dan perdebatan antara adik dan kakak itu.

"Rea tunggu." Lia semakin berjalan cepat ke arah Rea.

"Mbak Lia mau apa? Mau ngatain saya tukang selingkuh juga?" tanya Rea menentang.

"Enggak, Re, gue percaya kok kalau lo gak selingkuh. Udah ya, jangan marah kayak gini, Rio itu cuman kawatir dan dia sayang sama lo. Dia gak ada maksud buat ngatain lo kayak tadi kok. Karena dia kan Abang lo, jadi sudah kewajiban buat jagain lo dan ngingetin kalau lo salah." Lia mencoba memberikan pengertian ke Rea.

Rea terdiam, dia berusaha untuk meredakan emosinya sendiri yang meluap tinggi. Detik berikutnya, Lia membawa Rea ke dalam pelukannya. Lia sebenarnya juga sudah menganggap Rea seperti adiknya sendiri.

"Gue percaya kalau Dito yang salah," ujar Lia dalam pelukannya.

Mereka hanya berpelukan sejenak, karena Lia hanya ingin menenangkan Rea saja.

"Re, maafin Abang, ya."

Rea menatap ke arah Bang Rio yang tampak merasa bersalah. Sungguh, semarah apapun dia dengan Bang Rio, tapi jujur sebenarnya dia memang tidak bisa marah lama-lama dengan Abangnya itu.

"Iya, aku juga minta maaf ya, Bang."

Lia tersenyum, akhirnya adik kakak itu baikan juga.

"Nah, kalau seperti ini kan enak dilihatnya," timpal Lia.

Mereka bertiga diam sejenak, Rea menatap ke arah Rio dan Lia secara bergantian. Detik berikutnya pun dia tersenyum tipis.

"Hm, kalian kok ada di mall berdua? Bang Rio, katanya gak ada hubungan apa-apa sama Mbak Lia. Tapi kok ini kalian jalan bareng?" Rea kini tersenyum mengejek.

Bang Rio tampak terlihat salah tingkah karena pertanyaan Rea barusan. Saking dia fokusnya kepada Rea tadi sampai tidak berpikiran jika dia sedang bersama dengan Lia sekarang.

Rio kan memang tidak pernah jujur tentang hubungannya dengan Lia bagaimana. Jika Rea tanya, pasti dia akan menjawabnya tidak ada hubungan apapun.

Sedangkan Lia juga tampak salah tingkah, karena dia kan sudah mengatakan kepada Rea jika mereka berdua pacaran. Tetapi, Lia belum menjelaskan kepada Rio jika dia sudah membongkar hubungan mereka ini. Karena Rio melarangnya untuk memberi tahu Rea jika mereka sudah pacaran.

"Hayo, kalian pasti lagi pacaran, kan?"  Rea masih menggoda Abangnya itu.

"Pacaran apanya! Enggak, tadi Abang ketemu sama Lia di mall ini." Bang Rio belum mau mengakui sepertinya.

"Yang benar." Rea mengkedip-kedipkan matanya.

"I–iya benar." Rio tampak gugup sendiri.

Lia juga tampak semakin salah tingkah, dia berpikir sekarang. Apakah dia perlu jujur kepada Rio jika dia sudah jujur pada Rea tentang hubungan mereka?

"Tapi kayaknya Mbak Lia pas di kantor waktu itu bilang kalian udah pacaran."

Lia melotot, bisa-bisanya Rea mengatakan sepolos itu. Lihatlah sekarang Rio yang langsung menatap tajam ke arahnya.

Rea yang menyadari ketidak beresan ini hanya bisa bingung. Apalagi dengan tatapan Bang Rio kepada Mbak Lia sekarang yang bisa dikatakan tidak bersahabat.

"Hm, Bang Rio marah sama Mbak Lia?" Rea bertanya untuk memastikan saja.

Rio padahal malu mengaku kepada Rea jika dia sudah pacaran. Mengingat dia bertahun-tahun menjomblo, tapi malah sudah di bongkar oleh Lia. Ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Tidak bisa di rubah lagi bukan.

"Enggak, ayo kita pulang saja sekarang. Abang anter kamu pulang ke rumah, lagian sekarang juga sudah malam."

Rea terheran, Bang Rio ternyata tidak marah sama sekali.

***

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam, tapi Rea masih belum juga tidur. Dia sudah berusaha untuk tidur tapi tidak bisa, karena matanya seolah-olah tidak mau tertutup. Rea hanya berguling-guling di tempat tidur saja.

Bahkan, sampai sekarang Pak Kelvin juga belum membalas pesan darinya. Membuat pikirannya semakin kacau dan dia kesal. Apakah Pak Kelvin sudah tidak ingat jika memiliki seorang istri di rumah?

"Huh."

Rea menatap langit-langit kamarnya, lalu menoleh ke samping sejenak. Biasanya suaminya itu tidur di samping dia, tapi sekarang dia harus tidur sendiri. Rea melamun, tiba-tiba saja ponselnya berdering.

"Siapa lagi sih yang telpon malam-malam ... Mas Kelvin!"

Rea berteriak kegirangan, untung saja dia melihat lebih dulu nama si penelpon dan belum sempat melontarkan caci makinya. Rea pun mengangkat telpon itu dengan segera.

"Hm." Terdengar deheman seorang pria yang terasa berat di sebrang sana.

Rea tidak berbicara, Kelvin pun juga tidak berbicara apapun. Hanya dentingan jam yang dapat didengar untuk saat ini. Rea diam karena dia kesal dengan Kelvin.

"Rea," panggil Kelvin lembut.

"Kenapa!" Rea membalasnya dengan ketus.

"Maaf, baru sempat menghubungi kamu. Tadi saya sibuk banget soalnya."

"Sibuk atau sudah lupa kalau punya istri!" Rea masih kesal.

"Mana bisa saya lupa sama kamu, kalau kamu selalu ada dipikiran saya. Rea, saya bahkan tidak ingin kehilangan kamu. Bahkan hanya mendengar suara kamu saja saya sudah senang."

Rea yang awalnya kesal dan menekuk wajahnya, sekarang malah tersenyum tanpa sadar.

"Ingat, Rea, kamu lagi marah sekarang," ujar Rea dalam hati.

"Sudah bicaranya?" Rea tetap membalasnya dengan ketus.

Suasana jadi tenang sejenak karena Pak Kelvin tidak berbicara.

"Kamu kenapa, hm?"

Entah kenapa Rea serasa meleleh ketika mendengar kata hm dari suaminya itu. Terdengar berat dan menenangkan. Sekali lagi Rea menyunggingkan senyumannya.

"Kenapa belum tidur?" Kelvin mengajukan pertanyaan kembali.

Rea bukannya menjawab malah senyum-senyum sendiri. Runtuh sudah pertahannya untuk marah.

"Gak bisa tidur ya? Kan bisanya kamu tidurnya sama peluk."

Sungguh, Rea ingin berteriak keras. Sepertinya suaminya itu memang tahu betul apa yang sekarang dia rasakan. Rea menoleh ke samping, dimana bisanya Kelvin tidur.

"Maaf ya, malam ini dan satu Minggu ke depan saya tidak bisa peluk dan cium kening kamu ketika tidur."

Rea jadi luluh, sedari tadi yang berbicara hanyalah Pak Kelvin saja. Tapi, apa yang terlontar dari mulut pria itu mambu membuat hatinya berbunga-bunga.

"Rea, kok diam saja?"

"Ah, iya, Mas!" Rea baru sekarang menjawabnya.

"Masih marah sama saya?" Kelvin bertanya.

Rea sekarang sadar, jika dia tadi kan memang sedang marah. Untung saja Kelvin bertanya, jadi dia bisa kembali kepada mode marahnya.

"Iya! Sesibuk-sibuknya Mas seharunya —"

"Uhuk-uhuk!"

Rea tidak jadi meneruskan kalimatnya, karena mendengar Kelvin batuk. Rea ingat, sebelum Kelvin berangkat ke Singapura kan memang wajahnya agak pucat, sepertinya suaminya itu sedang tidak enak badan.

"Maaf, bagaimana tadi?"

"Saya gak marah kok, Mas. Lebih baik sekarang Mas tidur saja, sudah malam juga. Makasih, karena sudah menyempatkan waktu buat hubungin saya. Mas jaga kesehatan ya, jangan capek-capek. Kerjanya jangan diforsir, karena tubuh Mas juga butuh istirahat." Rea berkata sangat lembut.

"Iya, ya sudah saya tidur dulu. Selamat malam, Sayang, mimpi indah."

"Iya, malam juga, Mas."

Detik berikutnya, Kelvin telah mematikan sambungan telponnya itu. Rea hendak menaruh ponselnya di meja, tapi Kelvin malah menelponnya lagi.

"Kenap—"

"Rea, saya lupa bilang, kalau saya kangen sama kamu. Ya sudah ya, saya tutup dulu teleponnya. Mau tidur, capek soalnya," potong Kelvin cepat dan panggilan telepon juga sudah di tutup.

Rea melotot, bisa-bisanya Kelvin menelponnya lagi hanya untuk mengatakan jika dia merindukannya. Seketika pipi Rea langsung memanas, hanya sekedar mendengar suara Kelvin saja sudah membuatnya senang. Ya, telpon tadi sebagai pengobat rindunya.

"Huaaaaa!" Rea berteriak karena saking senangnya.

Dia sudah bisa tidur nyenyak sekarang, setelah seharian dia uring-uringan tidak jelas karena banyak masalah yang menghadang.

*****

Ada yang ikutan baper gak nih?

Share cerita ini ke teman-teman kalian yok. Jangan lupa vote dan komen ya.

Follow ig aku yuk
1. penggamssenja
2. riniwulandari1234

Oh iya, kalau ada kata-kata Elina atau Axcel maaf ya, itu nama tokoh utama dalam novel aku yang di aplikasi Novelme. Maaf juga kalau banyak typo yang bertebaran 😀🤭

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 91.3K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.7M 148K 56
SUDAH END Aluna tidak menyangka kalau ucapan yang dia sebut sebagai candaan itu malah menjadi boomerang yang mengubah hidup Aluna 180° ---- Aluna Key...
22M 2.2M 78
∆Follow dulu sebelum Membaca!∆ "Saya akan bayar berapapun asal kamu mau jadi pengasuh saya." "Eh??" "E-em maksud saya, jadi pengasuh anak saya." Mula...
81.3K 1.8K 43
LDR??? Bagaimana rasanya menjalani hubungan LDR??? Sungguh berat bukan??? Itulah yang dirasakan Jhidan dan Keylia. Ujian demi ujian terus melanda hub...