HEAVEN

Von naravc_

27.5M 2.4M 751K

Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak me... Mehr

1. IN HEAVEN
2. CHAPTER 1
3. CHAPTER 2
4. CHAPTER 3
5.CHAPTER 4
6. CHAPTER 5
7. CHAPTER 6
8. CHAPTER 7
9. CHAPTER 8
10. CHAPTER 9
11. CHAPTER 10
12. CHAPTER 11
13. CHAPTER 12
14. CHAPTER 13
15. CHAPTER 14
16. CHAPTER 15
17. CHAPTER 16
18. CHAPTER 17
19. CHAPTER 18
20. CHAPTER 19
21. CHAPTER 20
22. CHAPTER 21
23. CHAPTER 22
24. CHAPTER 23
25. CHAPTER 24
26. CHAPTER 25
27. CHAPTER 26
28. CHAPTER 27
29. CHAPTER 28
30. CHAPTER 29
OPEN GC WA+TELE
31. MUTIA MULAI POSESIF
32. KHILAF TERINDAH
33. HEAVEN = T-REX
34. MIMPI BURUK MUTIA
35. DANGEROUS
36. MIRIS AKHLAK
37. DRUGS
38. 360 DEGREE
39. AWAL MASALAH
40. RETAK
41. MISING YOU
42. TERJEBAK HUJAN
43. SAKIT?
44. EVERY TIME
45. OBGYN
46. BABY
47. FLASHBACK [spesial chapter]
48. KITCHEN
50. CEYSIA ANGELYN
51. TERUNGKAP
52. HIGH HOPE
53. FOR MY LOVE
54. PENGAKUAN
55. TYPO
56. 831
57. NIGHT ON THE BEACH
58. NIGHT ON THE BEACH 2
59. GIFT
60. BUAS
61. FOTO?
62. FITTING
63. RENCANA JAHAT
URGENT
64. PESTA PETAKA
65. PATAH
67. Kamu, disampingku.
68. TO HEAVEN (End)
70. A DREAM (END)

49. TESLA

291K 30.4K 15.6K
Von naravc_

HI KANAR UPDATE LAGI

VOTE 15K+ KOMEN 12K

LANJUT

....

(Ganteng banget, anak mama.)

Seperti acara yang diadakan ditahun tahun sebelumnya, sekarang Heaven dan keempat temannya mengunjungi panti asuhan. Bukan tanpa alasan mereka datang kesana, melainkan sedikit berbagi kebahagia dan rejeki.

Tahun ini ada yang berbeda sebelunya, tentunya karena personel bertambah dua, yaitu Vivian dan Mutia yang ikut dalam serta mengunjungi. Sebelum sebelumnya mana pernah Heaven dan Shaka membawa. Yang ada si Shaka malah caper bu guru panti.

Fetty yang memiliki jiwa sosial tinggi pun sekarang sedang mengecek tekanan darah para ibu pengurus panti, nanti dilanjutkan dengan pendidikan kesehatan pada anak dan remaja yang tinggal dipanti itu.

Lain dengan Arnold yang sedang mengecek bangunan bangunan panti itu bersama ketua yayasan. Mengingat niatnya tahun depan sebagai donatur tetap untuk panti itu makanya dari sekarang semua harus dipersiapkan. Sengklek begitu Arnold jiwa sosialnya tinggi, tak heran jika Fetty klepek klpek dibuatnya.

Shaka dan Vivian senang bukan main membagikan snack dan susu kotak pada seluruh anak. Mereka seperti tidak punya beban saat bersama dengan anak anak panti itu, tawanya lepas serta tersirat ketulusan dalam hatinya.

"Damai banget ya Kak," tiba tiba Mutia yang tengah menyaksikan itu semua bersuara.

"Hmm, salah satu obat gue kalo lo tahu," jawab Heaven sarat makna.

"Obat?" beo Mutia.

"Hm, setiap kali gue datang kesini pasti sehabis ditolak sama lo,"

"Kapan aku nolak kamu sih?" Mutia merasa tak terima, sudah cinta baru bilang begini. Kemarin kemana saja Mut.

"Ck, gak ngakuin,"

"Memangnya aku pernah nolak kamu, aku tuh cuma males ngerspon aja tahu gak. Itu pun juga gara gara kamu waktu itu macem macem sama aku di malam tahun baru," kilahnya tidak mau disalahkan. Tapi memang iya, Mutia dulu selalu menolak kehadiran Heaven.

"Sama, Mutmainah!" tekannya sedikit berbisik.

"Beda Kak Heaven," bisiknya balik. Lalu merasa tidak nyaman, dia pun berdiri. Jujur semenjak hamil jadi tidak nyamanan. Padahal baru trimester pertama.

"Gengsi digedein, gak sadar udah gue bikin hamil," ucapan Heaven membuat Mutia tak bisa berkata kata apa lagi. Nyatanya Mutia kalah, kalah dari egonya. Namun memenangkan cintanya.

"Jangan digituin, aku gampang badmood,"

"Ada terus alesan lo, heran gue," Heaven menatapnya dengan intens.

"Gak tahu lah, kesel." Raut wajahnya berganti cemberut.

"Gabung sana, tiap debat sama lo yang ada berakhir lo nya nangis," Heaven menggenggam tangan kecil perempuan itu, lalu sedikit ditariknya dan dituntun kedalam. Bergabung dengan Shaka dan Vivian yang hampir selesai membagikan.

"Hallo kakak ganteng," sapa seluruh anak yang berkerumun disana.

Bibir cowok itu mencetak senyum tulus keseluruh anak, tanpa disengaja Mutia yang melirik Heaven pun ikut tersenyum. Baru tahu ternyata sisi baiknya ada juga, berbeda dengan keseharian yang selalu saja mengelus dada.

"Sekolahnya pada pinter pinter gak nih?" tanya Heaven malah di hadiahi tawa oleh semuanya.

"Gak pada mau belajar kak..."

Heaven tersenyum kembali, lalu menoleh ke arah istrinya. Bahagia dengan cara membuat orang bahagia, itu definisi dari bab ini.

Heaven

Heaven memijit keningnya sebelum akhirnya mengeluarkan puspita dari mesin cuci. Agak heran mengapa punya hewan peliharaan susah sekali diarahkan. Padahal tidak kurang kurang cowok itu mendidik serta mengajarkan hidup yang baik. Tapi namanya juga kucing, ada lobang main masuk.

Kaya majikannya gak sih😬

"Lo gue tinggal sebentar kenapa bikin orang rumah panik hm?" Heaven mengelus kepala peliharaannya, sebelum dia membopong kucing gembrot itu keluar dari mesin.

"Kegiling jadi gepeng lu," gumamnya lalu menonyor kepala puspita.

Cowok itu sebenarnya sayang, tapi kadang jahilnya kelewatan. Makanya Puspita juga ketularan.

"Puspita kenapa lagi," Mutia yang sedari tadi mengekori Heaven pun bersuara. "Butuh jodoh mungkin Kak."

"Seneng bener dicariin jodoh, yang ada kawen terus," sahutnya.

"Ya gak lah, kan gak sekedar itu doang. Dia juga butuh temen hidup, biar lebih berwarna."

"Punya bos kaya gue, hidupnya juga udah berwarna."

"Bukan berwarna, tapi kelabu!" sindir Mutia di iringi cebikan dibibirnya.

"Sialan, nyindir apa?"

"Lah itu paham. Kemarin sih kamu masuk masukin puspita ke kulkas. Jadi keterusan kan, suka masuk ke mesin mesin dirumah. Nanti kalau lengah gimana?"

"Ya gue kira biar adem." Heaven lalu menatap iba puspita.

"Biar adem apa biar kaku! Heran aku sama kamu," perempuan itu menggeleng pelan.

"Apa perlu gue adopsi kucing satu lagi?" ucapnya sedikit gak yakin. Gimana mau yakin, ngurus satu saja kualahan.

"Biarin dulu lah, ntar juga maen sama si maung kucing tetangga, doyan ML inih," Heaven pun akhirnya menurunkan Puspita. Membiarkan dia berlarian kesana kesini sesuai kemauannya.

"Khusus buat lo gak bisa megang puspita," Heaven memberi ultimatum.

"Iya tahu, Mutia udah baca baca tadi. Lagi hamil gak boleh deket deket sama hewan," jawabnya.

"Bagus," Heaven tersenyum simpul. Melihat Mutia perlahan menerima kehamilannya dia pun tidak khawatir lagi.

"Den ada yang nganter mobil?" Sholeh tiba tiba memberitahu, membuat Heaven dan Mutia yang tengah hampir ciuman langsung mengurungkan niatnya.

"Sialan!" gumam Heaven tersentak pelan.

"Mobil siapa!?"

"Bentaran dulu, Yang. Ntar dilanjut lagi dikamar," Heaven berbisik lalu beranjak meninggalkannya.

Mutia juga jadi salah tingkah sendiri, padahal lagi pengin dicium, tapi malah gagal.

Lalu cowok itu pun beranjak dari sofa, mengecek yang diadukan supirnya tadi.

"Tesla den," ucap supirnya.

"Tesla?" Heaven terheran. Padahal dia sama sekali tidak memesan mobil. Apa lagi mobil mahal yang harganya bermiliyar miliyar, mending untuk biaya persalinan sang istri dari pada foya foya.

"Gue gak pesen mobil, salah alamat mungkin."

"Betul ini atas nama Den Heaven."

"Siapa yang ngirim ?" dahinya berkerut. Rokoknya diapit kebibir sembari mengecek kertas bukti terima dari dealer.

"Kak,"

"Hmm," gumamnya.

"Jauh jauh bentar, gue ngeroko," ucap cowok itu saat dipanggil.

"Oma nelpon," beritahunya.

Heaven tersenyum simpul. Jelas oma yang membelikan mobil baru.

"Yang, sering sering hamil biar dapet harta dari Oma," ucapnya diringi tawa.

"Halo ma?" jawab Heaven.

"Udah nerima mobilnya?" kata oma diseberang sana. Lalu wanita berumur 73 tahun itu pun langsung menawari segalanya.

"Udah, makasih."

"Jangan lupa bikin yang banyak."

Mutia yang mendengarnya menggidik ngeri. Jadi yang memotivasi Heaven adalah oma nya. Pantesan banget minta terus tiap malam. Dasar bocah prik si Heaven.

Heaven

Niatnya hendak mengerjakan tugas, cowok itu tersentak saat Mutia berlari kekamar mandi.

Didalam, Mutia berulang kali memuntahkan isi perutnya. Padahal seperti sudah keluar semua, tapi masih saja mual. Bahkan sampai hanya air yang memuntahkan.

Heaven yang berada dibelakangnya pun segera memijit lehernya dengan gerakan pelan. Satu tangannya merapihkan rambut Mutia yang menutupi wajah.

"Aku gak papa," ucapnya seraya menegapkan tubuhnya. Namun setelah mengatakan itu dia langsung limbung, untung saja Heaven cepat menangkapnya, jika tidak sudah dipastikan jatuh kelantai.

Cowok itu segera membopong tubuhnya menuju ranjang.

"Kalimat gak papa nya lo bikin gue takut," Heaven menyelimuti sebatas dada. Melihat wajah Mutia yang pucat pasi, dia sebenernya panik bukan main, tapi wajah tegasnya bisa menutupi, "Jangan kemanapun. Tunggu gue balik bawa air hangat,"

Mutia yang sudah lemas hanya pasrah. Dengan lemah ia mengangguk. Begini sekali jadi perempuan hamil, rasanya mual dan sering sekali lemas.

"Kak?" panggil Mutia saat Heaven kembali kekamar.

"Hmm," balas Heaven setelah menyuapi air hangat dengan sendok.

"Aku jadi kepikiran,"

"Kepikiran apa." Heaven langsung menyeringitkan dahinya. Awas jika minta hafalan lagi. "Gue gak bisa kalo hafalan kaya kemarin,"

Mutia terkekeh pelan, asik juga mengerjai Heaven supaya tidak ngeluyur disaat malam.

"Enggak, bukan itu." Senyumnya semakin lebar, pertanda ia benar benar puas mengerjai. Lagi lemas begini melihat kegantengan Heaven sudah seperti mendapat suplemen.

"Terus?" alis cowok itu terangkat sebelah.

"Siapa yang nyium leher kamu sampe ada bekasnya?" tiba tiba Mutia bertanya.

Sial, pertanyaan macam apa itu. Ini jelas sedang nyari ribut. Sudah setengah tahun peristiwa itu terjadi. Kenapa malah diingat lagi sih.

"Ya lo lah, emang siapa lagi." Heaven dengan sok yakinnya menunjuk jidat perempuan itu.

"Bener? Beneran aku yang bikin cupang dileher kamu?" Mutia intens menatap netranya.

"Menurut lo-"

"Berani hubungan kita gak langgeng?"

"Mana ada begitu!"

"Makanya jujur, seberapa nakalnya kamu sama cewek sampe dicupang segala. Jangan jangan gak cuma itu? Pernah lebih kan?"

"Argh, sialan. Kenapa lo bilang gitu sih!?" cowok itu uring uringan sendiri. " Gue tahu batesan, Yang. Grepe sama lo doang. Karena lo cuma punya gue!"

"Ya siapa yang nyupang kamu?"

"Lupa lah,"

"Kok gitu, gampang banget kamu habis ciuman lupa. Nanti sama aku juga gitu!? Mutia tampak menggebu.

"Gue gak pernah ciuman kecuali sama lo, sama lo mana bisa dilupain."

"Bohong!"

"Bener!"

"Terus yang nyium kamu sampe merah begitu siapa?!" entah kenapa Mutia malah tidak bisa memaafkan kejadian itu.

"Lupa beneran, udahan lo gak perlu overtinking gini sih," Heaven langsung memeluk. Takut kalau malah ngambek lagi urusan jadi berabe.

"Terus kenapa kamu fitnah aku didepan mama. Aku yang malu tahu gak!" Mutia berdecak lalu mendorong dada bidang suaminya. Mengingat insiden beberapa lalu Mutia malah jadi penasaran.

"Demi biar di nikahin sama lo lah," cowok itu dengan entengnya menjawab.

"Bohong."

"Nyari ribut terus, kapan damainya sih,"

"Jahat banget, katanya cinta dari kecil. Tapi bibirnya nyium cewek lain," lirih Mutia.

"Gak pernah, kecuali ceweknya yang nyosor duluan."

"SAMA!!!!" teriak Mutia histeris. "Terus sama kamu dibales ciumannya? jahat banget sih!!!?"

"Udah kelewat Mutia, kenapa dipermasalahin sih."

"Kelewat?" Mutia menatap Heaven marah. Lalu menangis sejadi jadinya.

"Udahan nangisnya, maaf kalo nyakitin perasaan, ssstt." dengan lembut cowok itu menyeka air mata Mutia.

"Gampang banget bilang udah,"

"Terus maunya gimana? Yang penting sekarang kan enggak."

"Ya gak tahu lah kamu ngapain aja dibelakang ku. Secara pulang subuh terus. Siapa yang gak overthinking coba."

"Argh, perut ku sakit." Mutia meringis ngilu.

Heaven

"Reot bener ambulance si wolves," komentar Shaka yang baru saja cengengesan gak jelas. Disampingnya ada Heaven yang sedang rebahan di sofa, juga sama cengengesan gak jelas.

"Iya gue rasa, dari episode 1 ampe sekarang kagak ada niatan buat servis," Arnold pun mengomentari.

"Lo berdua aja yang bego, jelas jelas disana yang sejahtera cuma sih Bear," giliran Heaven bersuara.

"Iya anjir, lagian kedemenan banget si Bear ngadopsi marsha. Sayang sayang bawa sial doang," Shaka lagi lagi mengomentari.

Mereka berempat tak kecuali Ciko memang paling hobi nonton serial kartun. Apa lagi masha and the Bear. Nah itu paling favorit.

"Ini nih, si wolves nya ntar juga kena prank di Marsha,"

"Lo diem tolol. Kuping gue dengung gara gara lo gak bisa diem dari tadi!?" Ciko menatap jengah cowok yang sedang asik asiknya.

"Elah!" Shaka pun berdecak. "Lo kenapa si Ko, sama temen sendiri gak bisa akur. Sekali kali kek gak usah kepala gue yang jadi bahan kegemesan lo."

"Najis banget gemes," sahutnya membuat Shaka ketawa lagi.

"Ganti upin ipin kenapa sih,"

"TV gue ini, gak suka pindah," Giliran sang pemilik rumah yang angkat bicara.

"Bener banget," Arnold dan Ciko mengangguk.

"Gue jadi temen nista banget apa ya."

Padahal ya, nonton begitu kalau mau mudah banget. Sudah jelas ada diponsel, bisa juga dimacbook langsung browsing dan nonton dengan youtobe. Tapi katanya tidak asik kalau nontonya tidak bareng bareng.

Sangar diluar dalamnya kaya bocil.

"Pelit banget pemilik rumah, mati listrik kelar hidup lo."

Heaven malah cengengsan, sambil merebut toples yang berada dipangkuan Shaka. "Sensi bener lo,"

"Habis kalah main trading tu anak," sahut Ciko dengan santainya.

"ASALAMUALAIKOM!!!!" sebuah teriakan dari luar terdengar nyaring. Heaven langsung menarik napasnya kasar, sudah tahu siapa suara itu.

"Walaukomsalam!!!" sahut Shaka lalu diiringi tawa.

"Sendalnya dicopot den," teriak Siti memburu Al yang nyelonong masuk kedalam rumah.

"Jangan dikejar nanti aku kepleset!!!" Teriak Al ngos ngosan.

Heaven langsung bangkit dari rebahannya. "Heh! lepas dulu sendalnya kalo mau masuk!"

"Gak mau banget aku, sendalku mahal baru beli dari dubai," Alzelvin mengangkat satu kakinya.

"Mau mahal pun tetep kotor, bocah. Lepas dulu sana," Heaven masih dengan sabar nya menangani Al. Rokoknya diletakkan ki pinggiran absak, agar bocah itu tidak terkontaminasi dengan asapnya.

"Selatus juta loh," Alzelvin berdecak kesal karena harus melepas sendal barunya.

"Semahal mahalnya lo pakai sendal tetep aja nginjek tanah,"

"Hih tapi ini selatus juta loh, sekoper kata papa duitnya selatus juta.

Heaven mengehela napas kasar. Ingin mengumpat namun hari ini dia sedang tidak ingin emosi.

"Mau dilepas, atau sendal lo pulang tinggal satu!" ancam Heaven.

"Masih banyak dirumah yang sendalnya harga selatus jutaan. Gak papa tuh kalo mau dicolong,"

Oh shit. Susah banget ya mendidik anak hasil tanpa bismilan.

"Heh, sini lo calon mantu," Arnold memanggil. Menyuruh Al duduk disampingnya.

Melihat Arnold yang memanggil, Alzelvin cosplay jadi nerd boy. Kalem lembut, bersahaja.

Anak kecil itu pun melepas sendalnya pelan, lalu berjalan kearah si pemanggil.

"Apa apa Kel?" tanya Al kalem.

(Kel= Angkel = Uncle= om)

"Duduk sini," Arnold menepuk sofa disebelahnya.

"Siap Kel," Al merangkak naik ke sofa. Dia merapihkan duduknya, seolah siap semua pertanyaan dari Arnold. Membuat ke empat cowok itu mencebikan bibirnya tanpa sadar.

"Sok kalem lo, gue kemaren lihat lo tawuran antar TK di taman komplek," Shaka membuka aib.

"Suuuutttt, aku gak tawulan. Cuma melebut kekuasaan aja." Al mengelak.

"Halah, gue lihat sendiri. Lo lempar lembaran anggur sama anak komplek," Giliran Heaven yang menyahuti.

"Suuuuuttt, diam kalian semua!" Alzelvin langsung nemplok ke Arnold. "Semua fitnah Kel, jangan percaya om Heaven."

"Heh apaan, masa nempok ke calon mertua."

"Mertua itu apa? Burung ya?" Alzevin bertanya.

"Burung?" ketiganya bingung.

"Burung kakatua, terus ada lagi burung mertua iya kan." Alzelvin tanpa berdosanya cengesan.

"Bukan bahlul. Kasih paham dah Heav, cape banget sama tetangga lo." Arnold mulai lelah.

"Gitu gitu calon mantu lo, Ar. Kan asik ntar kalau batlle kekayaan," Shaka yang disampingnya pun menahan tawa.

"Gak setuju anak gue sama ni anak."

"Halus setuju," Al mengeluarkan ponsel terbarunya dari saku celana. "Dari pada Al santet."

Semuanya tidak kecuali Ciko pun menatap cengo. Bocah sultan memang ya, masih TK sudah bawa Iphone 13.

"Santet pala lo?" Heaven duduk disampingnya.

"Nih aku lagi tutolial santen onlen dari yutup." Al memperlihatkan ponselnya.

Saat mereka mengecek ponsel itu, Shaka langsung menahan tawa.

Isi pencarian youtobe Alzevin.

-Puspita kenapa kucing?
- Lola anak ajaib

Dreet..
Dreet..

Heaven segera mengambil ponselnya yang berada diatas meja.

"Vivian?" gumamnya, seraya menekan icon hijau.

"Hm," Heaven melirik kearah Shaka.

"Gue mau ngomong," Diseberang sana cewek itu terdengar panik.

"Lo kenapa?" Heaven menegapkan tubuhnya.

"Mobil yang dipake Mutia nabrak pembatas jalan."

Deg.

Heaven

KOMEN NEXT 1K

KOMEN ❤️ 1K

KOMEN 🦖 1K

Spam komen sebanyak banyaknya.

See you.

And

Thanks.


Heaven grepe.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

4.9M 132K 14
Kisah seorang cowok badboy bernama Langit Putra Alvito bersama sahabatnya Bintang Putri Febian's Langit dan Bintang bersahabat sejak masih kecil, ber...
4M 274K 51
ROMANCE - COMEDY "Kenapa gitu? Cuma karena gak shalat subuh saya jadi gak bisa halalin kamu? Kalau gitu besok saya shalat subuh, terus ke sini lagi s...
JANGAN CUEK! Von jiaaa

Jugendliteratur

4.2M 337K 61
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) "Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!" "Ribet, mau putus?" Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alam...
30.6K 1.6K 49
(Lanjutan dari I Love You Ketua OSIS ya) Dalam kehidupan ini Anya berhasil melewati masa-masa yang sulit dalam hidupnya, dia kehilangan kedua orangtu...