House of Cards✓

By dydtedi

8.5K 1.3K 788

Even if you say you see the end Even if you say it will collapse again Even if you say its a useless dream Ju... More

Prolog
1st Card
2nd Card
3rd Card
4th Card
5th Card
6th Card
7th Card
8th Card
9th Card
10th Card
11th Card
12th Card
13th Card
14th Card
15th Card
16th Card
17th Card
18th Card
Secret Card
19th Card
20th Card
21st Card
22nd Card
23rd Card
25th Card
26th Card
27th Card
Epilog
Author's Card

24th card

186 40 26
By dydtedi

Untuk kalian orang-orang baik yang selalu menjadi alasan aku tetap menulis, aku berdoa semoga kalian dan keluarga selalu sehat di tengah dunia yang sedang tidak sehat ini. Semoga kalian dan keluarga selalu dalam lindungan Yang Kuasa dan diberi kemudahan untuk selalu berbahagia. Aamiin.


Trigger warning!!!

Untuk yang sudah baca part sebelumnya, aku minta maaf lupa ngasih tw untuk s word, juga karena part ini masih lanjutan part sebelumnya jadi aku harap untuk yang merasa tidak nyaman bisa scroll sampai part dengan tanda '*'

------

"Mari akhiri semuanya dengan benar."


"Jihye kau gila!" Hoseok merebut cepat pecahan gelas dari genggaman Jihye sebelum Jihye kembali menorehkan luka pada pergelangan tangannya yang berdarah. Membuangnya jauh dari jangkauan. Mendekap istrinya erat dari belakang. Panik luar biasa. "Jihye tolong jangan!"

Jihye tidak memiliki cukup tenaga untuk meronta. Merasa kesal, marah sekaligus sedih dan putus asa. Tubuhnya terduduk di lantai dalam dekapan Hoseok. Dibiarkannya Hoseok mengangkat lebih tinggi lengan kirinya sembari menekan pergelangannya yang terluka. Berusaha menghambat laju peredaran darah semampu yang ia bisa. Satu tangan Hoseok yang lain tampak gemetar, kalau Jihye tidak salah lihat. 

Perih. Dingin. Jihye seketika pening.  "Hoseok aku lelah."

"Tidak! Bertahan Jihye bertahan! Kumohon!" Tergesa Hoseok mengeluarkan ponsel meminta bantuan. Dia tidak akan mungkin bisa membawa sendiri Jihye ke rumah sakit dalam keadaan seperti ini. Hoseok tidak tahu mengapa Jihye bisa bertindak senekat ini. Otaknya tidak bisa memikirkan apapun selain Jihye dan bayinya harus selamat. Tidak tahu sedalam apa luka yang tertoreh, Jihye harus selamat.

Meski tubuh dalam dekapannya mulai lemas dan Hoseok semakin kalut.

"Jihye! Jihye! Buka mata Jihye!"

"Jihye please ..."

"Jihye maaf, Jihye please ..."


Jihye harus selamat.



Please, Jihye ...



Tolong bertahan;


*

Meski kenyataan selalu menyuguhkan alasan untuk menyerah, jangan berhenti.


Tolong bertahan;

Hidup memang tidak pernah dijanjikan akan berjalan seindah mimpi-mimpi.

Namun setidaknya selalu ada hal baik yang bisa disyukuri dan hal-hal baik setelahnya yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Semua akan baik-baik saja.

Aku janji;


Hoseok mengumpat berkali-kali sembari menunggu dengan cemas di depan ruang penanganan. Sendirian. Ketakutan. Mengabaikan tatapan heran orang-orang yang berlalu lalang memperhatikannya; seorang laki-laki dengan tampang berantakan dan pakaian bernoda darah. Beberapa perawat yang bertugas sudah menyarankannya untuk membersihkan diri. Namun Hoseok sama sekali tidak mau beranjak. Dia ingin memastikan terlebih dahulu bahwa Jihye dan bayinya baik-baik saja. Meskipun keadaannya sudah jelas memberi jawaban yang bertentangan. Hoseok tetap ingin keduanya baik-baik saja.

"Pasien kehilangan cukup banyak darah hingga membuatnya kehilangan kesadaran.  Beruntung pasien mendapatkan  pertolongan  pertama sehingga tidak sampai terjadi hal fatal yang membahayakan. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan pasien dan bayinya." Penjelasan dari dokter yang menangani jihye bahkan berputar terus-menerus dalam kepala Hoseok. Memperkeruh pikirannya juga hatinya. Menghadirkan skenario-skenario menakutkan yang tidak disukainya. Membuat dadanya terasa begitu tidak nyaman. Cemas.

Bagaimana jika seandainya jihye tidak berhasil diselamatkan? Apakah Hoseok dapat merelakannya begitu saja? Apakah Hoseok tidak akan merasa bersalah? Apakah Hoseok hanya akan merasa bersalah karena tidak memperlakukan Jihye dengan baik selama ini? Atau menyesal dan merasa kehilangan atas Jihye sebagai bagian dari hidupnya? Hoseok tidak menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu sekarang ini dan tidak ingin menemukannya untuk waktu-waktu setelahnya pula. Jihye harus selamat. Itu satu-satunya doa yang dia gaungkan.

Beruntungnya Hoseok tidak terlambat memberi pertolongan pertama, meski nyatanya dia sudah terlambat lebih jauh daripada itu. Bayangan wajah Jihye yang menangis putus asa dan pergelangan tangannya yang penuh darah kembali menghantui pikiran Hoseok. Membuatnya merasa gagal dan tidak berguna.  Seburuk itukah rasanya menjadi istri seorang Jung Hoseok? Hoseok tidak tahu sama sekali apa yang membebani Jihye selama ini dan mendorongnya untuk jatuh pada pilihan untuk menyerah. Laki-laki itu terduduk lemas di kursi tunggu, menunduk dalam.

Satu bulir air mata jatuh lolos membasahi pipinya.

Merasa bersalah.



"Apa gunanya menyesal sekarang ini Jung Hoseok? Aku tanya apa gunanya?" Hoseok memalingkan wajah. Merasa tidak perlu menjawab pertanyaan retoris kakaknya yang dilontarkan dengan penuh amarah. Perempuan itu tiba di rumah sakit keesokan paginya bersama suami dan orangtua mereka setelah mendapat telepon dari Hoseok yang mengabarkan keadaan Jihye. Sudah dapat diduga bahwa orang-orang akan sepenuhnya menyalahkan Hoseok. Hoseok yang tidak dapat menjaga Jihye dengan baik. Hoseok yang egois. Hoseok yang menelantarkan anak orang. Seolah-olah Hoseok memanglah tokoh paling jahat dan bodoh di sini. Hoseok tahu kesalahannya dan sepenuhnya tahu akibatnya. Tidak perlu diingatkan lagi. Kemarahan orang-orang hanya semakin menyudutkannya. Tanpa mereka tahu bahwa Hoseok bahkan juga marah pada dirinya sendiri.

Dia sudah benar-benar gagal kan?

"Harusnya ... aku tidak mengantarkan Nuna pulang ke rumah kah, Hyung? Sejak awal dia sudah tampak enggan. Aku saja yang tidak peka." Jungkook yang biasanya ramah, kini begitu dingin. Dalam hati pemuda itu sangat ingin menghajar Hoseok. Sangat. Namun dia merasa tidak berhak. Dia tidak tahu masalah apa yang ada di antara Hoseok dan Jihye. Hoseok sama sekali tidak buka suara dan orang-orang memilih tidak terlalu jauh menuntut penjelasannya.

Harusnya ... Hoseok tidak memancing perdebatan dengan Jihye, kan?

Harusnya dia tidak menimbulkan masalah.

Harusnya Jihye tidak berbuat nekat hingga sejauh ini hanya karena seorang Jung Hoseok.

Hoseok memilih pergi. Sedikit menjauh. Beragam 'seharusnya' yang terlambat berputar dalam kepalanya dan sama sekali tidak membantu. Istrinya belum menampakkan tanda-tanda akan membuka mata sementara orangtua mereka terlihat semakin cemas menunggu di depan ruangan. Ibu Jihye sama sekali tidak memalingkan pandangan dari celah kaca pada pintu. Berharap kabar baik akan segera datang dan putri semata wayangnya segera sadar. Menyaksikan pemandangan tersebut membuat Hoseok tidak nyaman. Laki-laki itu tidak sanggup lebih lama menunggu. Mungkin jika dirinya tidak ada di dekat mereka, Jihye berkenan bangun, mengingat belakangan istrinya itu sangat tidak ingin bertemu dengannya.

Apa yang harus Hoseok lakukan setelah ini?

Bingung, takut, cemas, gelisah, marah, semuanya berbaur menjadi satu menghantui Hoseok. Mengacak-acak isi kepalanya juga hatinya. Tidak memberi waktu sedikit saja untuk Hoseok bisa tenang. Sebab dalam situasi seperti ini pun Hoseok tidak merasa berhak untuk itu.

"Jung Hoseok?" Hoseok mengangkat pandangan dan menemukan sosok laki-laki paruh baya tengah berdiri di hadapannya. Laki-laki yang sepertinya belum pernah dia temui, tapi terasa cukup familiar. "Perkenalkan aku Han Jaesoo, Ayah Jihye."

Hoseok tidak tahu kejutan apa lagi yang menyapanya sekarang ini. Namun hari ini, saat ini adalah kali pertama Jung Hoseok bertemu Ayah mertuanya.



-----

Satu kali, Jihye ingat.

Saat ia kecil dulu Jihye sangat suka jika diajak sang ayah pergi ke taman bermain. Taman yang sejuk dan indah di tengah kota. Dipenuhi beragam tumbuhan dan bunga-bunga, juga beberapa ayunan berbagai ukuran dengan cat warna-warni. Jihye juga ingat perasaan bebas dan bahagia ketika dia menghabiskan waktunya di sana. Berlarian, memberi makan ikan di kolam atau mencoba segala jenis ayunan yang terpasang. Jihye ingat betapa ringannya hari-hari menjadi seorang anak kecil yang lugu. Tanpa beban dan kekhawatiran, selain perasaan tidak suka jika tengah harus ditinggalkan ... meski hanya sebentar.

Jihye juga ingat.

Selain taman bermain yang menyenangkan tersebut, Jihye juga suka satu tempat lain untuk dikunjungi. Sebuah tempat yang luas dan sepi. Dengan nyanyian debur ombak yang terdengar sepanjang hari. Hamparan pasir putih yang memanjakan kaki. Tempat di mana Jihye berada saat ini; tepi pantai favoritnya.

Jihye tidak benar-benar ingat kapan kali terakhir dia ke sini. Namun perasaan damai yang selalu ia dapat setiap mengunjungi pantai ini tak pernah berubah. Membuat Jihye betah berlama-lama dan tidak ingin pulang untuk sementara. Menikmati indahnya cakrawala dan perpaduannya dengan pemandangan sekitar. Sepoi angin yang terasa bermain-main dengan surainya. Juga riak ombak yang dengan nakal membasahi kaki telanjangnya. Dingin, tapi Jihye benar-benar merasa hangat.

Kehangatan yang ia rindukan. Kehangatan yang ia perlukan.

Tidak bisakah Jihye diam di sini lebih lama dari biasanya?

Jihye tidak ingat―tidak ingin ingat―dia masih punya tempat yang bisa dijadikan tujuan untuk pulang.



xxxxxxxx

Aku nggak akan bikin ini jadi kayak sinetron kok wkwk kalian percaya aku kan?

Terima kasih sudah membaca sampai sini. Terima kasih sudah selalu baik. Terima kasih untuk segala hal yang tengah kalian sedang usahakan sampai hari ini. Jangan terlalu lelah.

Maaf sudah selalu menunggu dan terima kasih untuk itu.

dydte, 6 Agustus 2021

Continue Reading

You'll Also Like

14.3K 228 10
Sebuah pendakian yang dilakukan untuk mengapai sebuah cinta. Namun, perjuangan hanya sebatas angin berhembus yang tak ada gunanya. Hanya perjuangan m...
68.9K 6.2K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
274 99 29
REAKSI IV (Republik Anak Sosial IV), itulah nama yang diusulkan ketua kelas kami. Meski sang wakil ketua kelas-hingga sekarang-masih lebih suka nama...
113K 18.4K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...