Bittersweet Blossom (End)

Autorstwa DellaNopyta

12.7K 2.9K 15.9K

[WattpadRomanceID Reading List - Februari 2023] Memiliki kehidupan yang didambakan semua orang. Keluarga terh... Więcej

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Epilog
Next Up
Spin Off

Chapter 43

109 34 152
Autorstwa DellaNopyta

"Aneh, kenapa tidak ada info apa-apa dari si pengirim?"

Namun, detik berikutnya tanda tanya yang menguasai sebagian besar wajah Yun Bei sirna. Mungkin saja rasa penasaran akan isi surat jauh lebih kuat dirasakan kini, tungkai pun dibawanya mendekati kursi taman, duduk sambil membuka surat yang didapat.

Tak ada reaksi aneh yang tertampil, selain gerakan mata yang begitu fokus membaca. Akan tetapi, perlahan-lahan senyum pun mengembang di mana diikuti pula dengan sepasang netranya yang berbinar. Pun mulut mengembuskan suatu desahan, tepatnya desahan kelegaan.

Alhasil, kelegaan itu membawanya bangun meninggalkan taman, masuk ke dalam rumah. Tak lama setelahnya, Yun Bei kembali keluar dengan masih membawa amplop surat lengkap dengan pemantik api menuju ke sudut halaman depan.

"Yun Bei, apa yang kau lakukan di sana?"

"Niang! A-aku hanya membakar kertas-kertas tak terpakai dari kamarku."

"Hati-hatilah agar api tidak merambat ke mana-mana."

"Aku tahu, Niang. Aku bukan lagi anak kecil."

"Bagiku kau selalu anak kecil yang menggemaskan."

Segera mendekat, Yun Bei bahkan meraih lengan ibunya dengan senyuman manja yang bisa dikeluarkannya. Keduanya pun masuk ke dalam rumah. Sementara abu bekas pembakaran yang Yun Bei barusan lakukan, telah terbang bebas terbawa angin.

Begitu malam tiba, tampak Yun Bei keluar rumah. Arah pandangan dilemparnya pada bekas pembakaran yang dirinya lakukan pagi tadi, senyuman manis terus mengembang.

"Jie, kau benar akan pergi semalam ini?" tanya Zhen Xi yang mendekat.

"Pergi ke mana?" sergah seseorang yang berhasil mengalihkan pandangan Yun Bei juga Zhen Xi ke arahnya.

"Ge! Hentikan adik perempuanmu ini. Dia ingin pergi menemui Jia Hou di gedung proyek."

"Semalam ini? Bukankah kau bilang akan menunggu? Tidak ingin menemuinya dulu saat ini."

"Aku mendapat surat yang memintaku untuk menemuinya sekarang. Kurasa ... dia sudah merasa bersalah padaku dan akan memaafkanku."

"Tapi ini sudah malam, tidak bisa besok pagi saja menemuinya?"

"Ge! Saat masih bekerja juga aku masih di jalan jam segini. Bahkan bisa lebih malam lagi baru pulang."

"Kalau begitu mana suratnya?"

"Sudah dibakarnya," jawab Zhen Xi, menunjuk ke arah sudut halaman yang meninggalkan bekas hitam pada tanah rerumputan.

"Kenapa kau membakarnya?"

"Pesannya meminta untuk dibakar setelah membacanya. Sudahlah, itu tidaklah penting. Sekarang aku harus pergi, jika terlambat yang ada Jia Hou akan makin marah padaku," ucapnya, segera melangkah pergi atau tepatnya berlari kecil.

"Zhen Xi, beritahu Die dan Niang kalau aku pergi keluar dengan Yun Bei. Tidak perlu bagi mereka khawatir." Dao Yang segera pergi, menyusul Yun Bei.

"Kalian hati-hatilah!"

Zhen Xi hanya mendesah melihat kedua saudaranya itu yang kini telah melesatkan mobil membelah jalanan malam, masuk kembali ke dalam rumah.

Sedangkan Yun Bei malah bersikap kebalikannya, sangatlah senang. Bahkan Dao Yang tak berani mengatakan apa-apa agar tidak mengganggu kesenangan adiknya itu hingga keduanya tiba pada tujuan.

"Aku akan menunggumu di kafe dekat sini, temui aku di sana setelah selesai."

"Baiklah, Ge."

Bergegas menuju gedung proyek dengan Dao Yang terus memerhatikan, menyaksikan betapa girang adik perempuannya. Sebagai seorang kakak bagaimana bisa hal itu tak mengundang senyuman? Yang pada akhirnya membawa Dao Yang meninggalkan lokasi.

"Gelap sekali," gumam Yun Bei sambil mencari saklar, menyalakan kemudian yang memperlihatkan indahnya hutan buatan Jia Hou.

"Jia Hou! Jia Hou kau di mana?" serunya bergema. Namun, tak juga mendapati tanda-tanda adanya kehadiran seseorang dalam gedung nan sepi itu.

Tentu, hal itu tidak menghentikan Yun Bei menelusuri sekitar. Bisa saja Jia Hou belum datang, bukan? Dan selagi menanti, Yun Bei menghentikan langkah memerhatikan satu pohon. Tentu saja pohon buatannya yang dibuat dengan penuh usaha dan kerja keras. Saat itulah, lampu ruangan tiba-tiba mati.

"AAHHHH!!!"

***

Dao Yang masih berjalan menelusuri trotoar, mata sudah menangkap kafe yang akan disinggahi. Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah mobil mengklakson, berhenti tepat didekatnya.

"Dao Yang! Apa yang kau lakukan sendiri di sini?"

"Aku baru saja mengantar Yun Bei menemui Jia Hou di gedung proyek kalian."

"Jia Hou ingin menemui Yun Bei?"

"Jia Hou mengirim surat tadi pagi. Kau tidak tahu?"

"Benarkah? Aku benar-benar tidak tahu. Aku juga bekerja di luar seharian ini, cuma bertemu Jia Hou sekali saat makan siang tadi," jawab Ming Hai.

"Mungkin dia lupa memberitahumu."

"Mungkin saja ... baiklah, aku harus kembali ke toko. Masih ada pekerjaan yang harus kulakukan dan selesaikan hari ini juga."

"Baik, teruskan saja pekerjaanmu."

"Jika aku tidak sibuk, pasti akan pergi menemanimu sekarang. Baiklah, aku pergi dulu."

Ming Hai kembali melajukan mobilnya, meninggalkan Dao Yang yang kembali melanjutkan perjalanan.

Jia Hou mengajak Yun Bei bertemu? Apa itu mungkin ...? Sudahlah ... alangkah baiknya jika mereka bertemu dan tidak lagi bertengkar, tapi ini sungguh aneh, mengirim surat bukanlah gaya seorang Jia Hou.

Kini Ming Hai telah sampai di toko, masuk dengan membawa beberapa dokumen. Namun, matanya menerka-nerka siapa yang belum pulang semalam ini. Pasalnya, lampu toko beserta lantai dua masih menyala terang.

Apa Jia Hou? Tidak ... Jia Hou sedang di gedung proyek bersama Yun Bei. Lalu siapa jam segini masih di sini? Sangat aneh.

"Kenapa kau bengong?"

Terperanjat, bahkan sedikit teriakan keluar begitu saja tanpa diminta dari mulut Ming Hai yang kini mendesah lega.

"Kau mengagetkanku saja! Kenapa kau di sini bukannya di gedung proyek?"

"Kau membawa dokumennya?" tanya Jia Hou.

"Kau meninggalkan Yun Bei sendiri di sana?" Ming Hai memberikan dokumen yang diminta.

"Apa maksudmu? Kenapa membawa-bawa namanya? Sudah kukatakan jangan menyebut nama itu lagi," ucap Jia Hou sambil membuka-buka lembaran dokumen.

"Tadi aku bertemu Dao Yang, katanya kau mengirim surat pada Yun Bei untuk bertemu di gedung proyek malam ini."

"Surat? Aku yang mengirim?" tanya Jia Hou, kebingungan.

"Apa kau ... sungguh tidak melakukannya?" tanya balik Ming Hai, tapi yang ditanya malah menunjukkan tanda-tanda semakin bingung, menggeleng kemudian. Namun, detik setelahnya. Kebingungan itu terganti dengan keterpakuan, mematung bagai tersambar sesuatu tak kasatmata.

Mungkinkah, ingatan akan kejadian siang kemarin muncul? Saat dirinya melihat Lan Mei memberikan sesuatu pada Tuan Yan.

Sontak saja, sepasang mata Jia Hou membulat, dokumen pun terlepas begitu saja dari pegangannya.

"Ada apa? Kenapa kau bersikap begini?"

"Gawat!"

Berlari sejadinya, keluar dari toko yang seketika pula melesat pergi dengan mobilnya dalam kecepatan penuh. Sama halnya dengan Ming Hai yang mengekor, meskipun tak tahu pasti apa yang terjadi, tapi dirinya mengerti bahwa telah terjadi sesuatu yang membahayakan Yun Bei. Sekaligus tahu bahwa Jia Hou memang memedulikan Yun Bei atau mungkin saja Yun Bei sudah masuk ke dalam hati dinginnya seorang Jia Hou tanpa disadari sendiri oleh Jia Hou.

***

"Yun Bei ... Yun Bei di mana kau ...? Keluarlah? Kenapa takut begitu padaku?"

Sumber pencahayaan ruangan hanya mengandalkan pantulan cahaya dari luar saja, terlihat bayang-bayang seorang pria yang terus memanggil-manggil dengan langkah sempoyongan, layaknya orang mabuk. Bahkan, suara yang dikeluarkan pun tampak seperti racauan atau lanturan orang mabuk.

Apa yang harus aku lakukan? Kenapa Tuan Yan bisa di sini?

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

143K 8.1K 55
Mainaka Sunjaya, gadis berdarah jawa pemilik julukan pemimpi akut itu berhasil membuktikan ke semua orang bahwa dirinya mampu mendapatkan beasiswa ma...
15.6K 2.7K 42
CERITA 2 | ANSHA PROJECT | '''•••''' Percayakah kamu akan sebuah kerajaan-kerajaan semacam di negeri dongeng itu memang ada? Atau pernahkah terbayang...
2M 28.2K 26
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
89.7K 5.3K 16
Bertemu dengan orang asing di negara asing Liburan itu menjadi cerita antara kedua insan manusia. Cerita yang tidak dapat diprediksi dan disangkal.