Chapter Two

94 28 2
                                    

Nadine dan James akhirnya sampai di taman mini. Cowok itu mengajak Nadine berkeliling sambil mengabadikan momen bersama pacarnya dengan kamera yang selalu ia bawa dalam mobil itu.

"Naddie," panggil James.

Nadine yang sedang melihat-lihat pakaian adat Padang itu menoleh dan James langsung memotretnya.

"Ih! Kebiasaan deh, aku kan belum siap," gerutu Nadine, sementara James hanya terkekeh.

"Kamu tetep cantik kok walau fotonya blur juga."

Nadine memutar bola matanya malas lalu berkata, "Udah ayo, aku pengen ke Bali," ajak Nadine sambil merangkul tangan James.

"Siap, Mrs. Reid! Aku bakal ajak kamu keliling Indonesia cuma dalam satu hari," balas James, sedangkan Nadine hanya tertawa.

James lalu pergi untuk menyewa motor agar tidak terlalu capek. Setelahnya Nadine naik di belakang sembari memegang kamera James—sesekali memotret jika ada hal yang bagus.

"Hebat lho kita, dari Padang ke Bali pake motor. Cuma beberapa menit lagi," cetus Nadine.

"Nah, apalagi perginya sama aku."

Nadine tersenyum, dia lalu memotret James dari belakang. View yang sangat dia suka. Nadine amat sangat menyayangi cowok ini. Hubungan mereka sudah berjalan hampir empat tahun, semenjak Nadine menginjakkan kakinya di kampus James sudah mendekatinya.

Nadine sendiri saat itu bingung, kenapa tiba-tiba ada cowok agresif yang meminta izin untuk menjadi pacarnya? Kenal saja tidak karena mereka itu beda kampus. Saat dicari tahu, katanya James sering melihat Nadine nongkrong di cafе́ tempat James juga selalu di sana.

Waktu itu James juga bilang bahwa mereka pernah bertemu saat Nadine berada di Jerman. Tentu saja Nadine tak akan ingat karena itu saat dia kelas 3 SMA.

Dan hal itu masih membuat Nadine sebal, karena sampai sekarang dia tidak tahu apa alasan yang membuat James menyukainya.

"Naddie, kayaknya mau hujan deh."

"Iya?"

James menunjuk ke arah langit dan benar saja, awannya sudah menggelap. Mereka yang belum sampai di Bali akhirnya putar balik lagi karena suara gemuruh mulai terdengar.

Tadinya James akan mengajak Nadine pulang saja, namun saat di bangunan Sasono Utomo malah turun hujan yang sekaligus lebat. Mereka pun langsung berteduh di sana.

"Yah, kameranya basah nih," ucap Nadine khawatir kala mereka sudah turun dari motor.

"Ih, kok malah mikirin kameranya sih Naddie. Itu baju kamu jadi basah liat."

Nadine yang beneran khawatir akan kamera itu pun langsung memeriksanya, tak mempedulikan bajunya. Sementara James melepaskan jaket yang dipakainya lantas memakaikannya pada Nadine.

"Eh?"

"Baju kamu basah, nyetak tuh. Nanti orang-orang pada liat," ucap James seraya mengambil alih kameranya.

Nadine baru sadar jika dia memakai baju yang tipis. Nadine pun memasukan tangannya ke dalam jaket lantas menutupi dadanya. "Udah enggak kan?"

James mengangguk lalu menarik bahu Nadine untuk dirangkulnya. Mereka berdiri di sayap kiri bangunan ini, bukan hanya ada mereka, banyak orang-orang yang berhenti untuk berteduh.

Nadine nampak tersenyum melihat James. "Sayang," panggilnya.

"Hm?"

"Katanya bangunan ini sering dipakai buat nikahan orang-orang kelas atas gitu," jelas Nadine.

SACRIFICE | 2020 ✓Where stories live. Discover now