Eh, bentar. Theo itu kalau nggak salah keluarga jauhnya Nana. Bukan jarak tempat tinggal mereka yang jauh, cuma silsilahnya aja. Rasanya si anak BEM itu adik dari suami kakak Leon, tapi Nana agak jarang ketemu apalagi bicara sama dia.

Nana cuma bingung sih perasaan dulu pas Nana kelas 2 SMA si Theo itu udah mahasiswa semester tua. Trus 3 tahun berlalu kok masih ada aja ya di sini? Hm, pasti kalau bukan anak pecinta organisasi pasti dia mahasiswa yang suka orasi deh.

Kalau soal otak sih rasanya keluarga Leon itu semuanya cerdas, bahkan keluarga Nana minus dirinya sendiri punya otak yang bagus.

"Eh, Na. Jerry-nya lo ganteng banget. Bajunya itu loh pas banget di badannya aduh~"

Nana masang wajah bingung aja sama bisikkan si ratu ghibah di kelasnya yang namanya Ningsih. Lagian apaan sih Jerry-nya dia?

"Kok nggak salting sih Na gue godain?"

Ningsih menatap Nana nggak puas, "Jadi Nana musti salting?"

"Nggak Na lupain."

Pas pembawa acara udah bersuara membaca teks, mereka semua hening. Meski pikiran mereka sih udah kemana-mana.

Kayak Nana sekarang yang lagi bimbang antara mau ngikut Chandra nonton lomba Agustusan atau ngadem di rumah ya enaknya?

"... Sekian dari saya, terimakasih. Semoga kita bisa meneruskan perjuangan para pahlawan dan menjadikan tanah air kita menjadi tanah yang makmur dan berkah..."

Helaan nafas terdengar dari setiap sudut lapangan. Pegel coy berdiri panas lagi. Memang anak muda yang suka rebahan susah diajak berjuang ngikut upacara aja.

***

"Tadi kita udah upacara. Gila sih panas banget di dunia doangan, di neraka apa nggak kayak bandeng presto tuh badan kita. Makanya kita sekarang lagi ngadem di cafetaria yang letaknya sok misterius banget di dalam ruangan tersembunyi perpus lantai satu.."

"Maaf saudara Chandra pesan apanih ngomong mulu."

"Jus jeruk sama kentang goreng aja."

Felix mesanin mereka semua habisnya yang lain, Koko, Jerry, Nana, sama Chandra lagi mager banget kepanasan. Oh iya, ada tamu nggak diundang juga sih. Si Syafa yang sekarang lagi sok perhatian sama Jerry yang wajahnya merah kepanasan.

"Kenapa sih dikipasin segala, kan ada AC. Dasar Syafi."

"Syafi panggilan sayang Jerry, ya?" Syafa yang dandanannya lengkap banget pake eyeshadow, blush-on, dan sebagainya itu senyum malu-malu saat Jerry entah keberapa kalinya mendengus kesal.

Sedari tadi yang nanggepin mereka dengan risih cuma Felix. Nana, Chandra, sama Koko sibuk sendiri. Jerry kan sebenernya pingin minta tolong.

"Panggilan sayang apaan, noh panggilan dari Tuhan Lo mau nggak? Biar cepat diambil."

"Jerry jahat!"

"Bodoh!"

Chandra tertawa kecil dan mengelus pelan bahu teman lintas jurusannya itu. Dia yang semula coba nggak tau tau akhirnya nggak tahan. Habisnya kesian Jerry. Walau mereka belum deket banget tapi ini demi solidaritas sesama cowok.

"Ganti tempat duduk aja lah sama gue, Jer. Tuh Nana katanya mau minta tolong Lo jadi modelnya."

Chandra menukar duduknya dengan Jerry di sambut protesan Syafa, tapi karena delikkan tajam Jerry cewek itu jadi tutup mulut.

"Model apa sih Chan?" Tanya Nana ke Chandra, wajah Nana yang terlihat tak bersemangat kentara banget kalau dia ngantuk.

"Kan Lo baru ngendorse kutex yang ada glitternya kemaren. Kasih Jerry aja tuh sisanya, gamau gue."

Wajah Nana tanpa terduga langsung berseri. Dari kemarin dia mau banget pakein cowok sisa kutex yang abis dia endorse. Penasaran aja gitu.

"Ayok Jer tangan sini?"

Jerry pasrah, ketimbang di ganggu Syafa dia.

"Yang buat ngehapusnya ada, kan?"

Anggukan semangat dari Nana menjawab pertanyaan Jerry.

"Nih minumnya dulu."

"Buset mending kerja di sini, Lix. Udah mahir kayaknya."

"Tau sendiri gue suka malas-malasan."

Felix membagikan minuman kepada mereka semua sedangkan nampan yang dibawanya tadi dia titip ke mas mas yang jaga cafetaria.

"Astaghfirullah Jerry lekong?"

"Diem bangsyul." Jerry menjawab tanpa semangat. Sedih dia lihat tangan kekar penuh urat miliknya ternoda sama kutex cangtip blink blink.

Nana mulai finishing ngedandanin tangannya Jerry. Duh dia seneng banget. Harus di dokumentasiin deh. Kalau cewek di samping Chandra sama Felix masam banget mukanya.

"Jerry! Nana lupa kalau yang buat ngapus kutex ada di rumah!"

"Seriusan?" Tanya Jerry putus asa. Harus sabar dia.

"Hooh."

"Kenapa sih Lo? Kasian kan Jerry gue!"

"Paan sih? Gue nggak protes juga." Jerry mencoba tersenyum sama Nana. Kalau nggak ada Syafa dia bentak sampe nangis nih si bocah adiknya Mark. "Nanti gue ke rumah Lo aja deh ngapus kutex nya. Sekalian nonton lomba sama Chandra, Lo ikut kan Lix?"

"Wah boleh, tuh!"

"Gue ikut dong Jer~" rengek Syafa.

"Nggak dan ikut-ikut. Kita bukan satu circle, ya. Inget!"

Buset, berarti emang risih banget sih Jerry sama Syafa mah. Dari tadi pedes banget ucapannya.

"Kan Lo lupa bawa sarung tangan ya kalau nggak salah?"

"Lah iya. Masa pas naik motor pake ginian!" Ia menatap kuku-kuku tangan kanannya nanar.

"Yaudah gue pinjemin. Tapi Lo mau kan masuk vlog gue banyak-banyak sore ini? Toko yang jual sarung tangan deket sini tutup deh rasanya."

"Iya deh iya."

****

Harusnya apdet ini tgl 17

Tapi baru selesai.

Selamat 75 tahun Indonesia~

Banyak typo tadi makanya di edit mulu habisnya ngetik di hp yg suka auto correct.

Ganteng Tapi Belok | Nomin GS ✓Where stories live. Discover now