Sudana Bagian 7

Începe de la început
                                    

"Abang seriusan ngga bisa?"

"Lo liat sendiri kan, mau usaha kayak gimana juga gue ngga bisa ngaceng sama lo."

"Oke, bang, gue masih belum nyerah. Kalo misalnya gue ngerjain bini lo boleh?"

Pak Sudana membuka matanya lalu duduk, membuat orang tersebut terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari Pak Sudana.

Pak Sudana menoleh dan menatap tajam pada orang tersebut.

"Gue cuman minta lo bikin dia ngga nyaman. Sampai lo nyentuh bini gue. Urusan gue sama lo bakalan panjang dan gue yakin lo bakal nyesel. Ngerti lo?!"

Orang tersebut menunduk dan mukanya sedikit pucat. Dia tidak menyangka Pak Sudana akan bicara sekeras itu.

Pak Sudana kemudian bangkit dari tempat tidur, dikenakannya lagi boxer dan jaket yang tadi ditanggalkannya.

"Mau kemana, bang?"

"Balik ke pavilion. Gue mau tidur. Gue capek dan ngantuk."

"Disini aja, bang."

"Kagak. Lo bikin gue malah emosi nanti."

Pak Sudana kemudian meninggalkan kamar dan kembali ke pavilion. Orang bertopi tersebut kembali menarik napas panjang, rahangnya mengeras tanda kesal.

Di kantor Dimas yang sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya entah kenapa merasa tak enak hati. Berulang kali niatnya untuk menelpon Pak Sudana diurungkan. Dia tidak mau Pak Sudana merasa terganggu istirahatnya hanya karena urusan kecil tak enak hati yang dimilikinya.

Yoga datang dengan membawa secangkir kopi.

"Maaf, Pak, terlambat bikin kopi tadi disuruh ke bank dulu sama bagian operasional."

"Enggak apa apa, Mas Yoga."

Yoga kemudian menaruh cangkir kopi itu dimeja setelah itu ia berjalan ke luar ruangan Dimas.

"Mas Yog."

Yoga menghentikan langkahnya. Menoleh kembali ke Dimas.

"Ya pak?"

"Eh, ngga jadi deh, Mas."

Yoga mengerutkan dahinya tampak bingung.

"Kenapa, pak? Perlu apa?"

"Enggak, mas, ngga apa apa. Nanti makan siang bareng yaa, mas, malas makan sendiri."

Yoga hanya menganggukkan kepalanya kemudian keluar ruangan.

Sebelum jam makan siang ternyata Dimas dipanggil untuk meeting dan meeting itu baru selesai sekitar jam setengah tiga sore. Bergegas ia kembali ke ruangannya lalu dia menelpon bagian resepsionis untuk minta dicarikan Yoga dan minta Yoga untuk naik ke ruangannya.

Tak berapa lama Yoga datang.

"Pak?"

"Mas Yoga, aduuh saya minta maaf yaa, tadi mau ngabarin tapi ngga bisa. Sudah makan belum?"

Yoga menggelengkan kepalanya. Dimas merasa bersalah karena mau tidak mau tadi dia harus ikut makan karena meetingnya berjalan sambil makan siang.

"Ya ampun, mas, maafin saya yaa. Mas Yoga mau makan apa? Saya pesankan yaa? Atau Mas Yoga mau beli sendiri?"

"Enggak apa apa, Pak. Gampang kok. Udah hilang laparnya. Hehehe."

"Tuuh kaan saya tambah ngerasa bersalah. Mas Yoga mau apa? Nanti saya yang beli atau saya yang pesankan."

Yoga tersenyum nakal. Dia berjalan ke luar ruangan dan sebelum membuka pintu ruangan untuk keluar, Yoga menoleh kepada Dimas.

"Saya maunya makan bapak tapi nanti malam. Boleh? Hehehehe."

Dimas gelagapan, mukanya bersemu merah. Panik.

"Aduuh. Mas."

"Kenapa, Pak? Kalo ngga boleh ngga apa apa. Nanti saya cari "makan" yang lain aja."

Yoga berkata sambil kedua tangannya membuat tanda kutip.

Dimas tertawa.

"Kita lihat nanti yaa, Mas. Saya ngga tau Pak Sudana masuk atau libur hari ini. Saya lupa tanya sama dia tadi pas berangkat soalnya dia tidur."

"Yakin pak dia tidur?"

Dimas tampak bingung.

"Iyaa, dia tidur, sampai saya berangkat dia ngga bangun."

"Hehehehe, oke, Pak. Sepertinya sih malam ini masih masuk malam Pak Sudananya. Besok baru dia libur. Kalo ngga salah yaa, Pak, jadwalnya begitu."

Yoga kemudian keluar.

Dimas entah kenapa merasa dirinya telah menjadi orang yang tidak setia. Tapi disisi lain dia suka sama Yoga walaupun masih sejauh urusan ranjang.

Dimas kembali menekuni pekerjaannya. Sampai jam 8 malam ketika Pak Sudana masuk ke ruangannya Dimas baru sadar sudah malam.

"Susah yaa ngasih tau kamu untuk pulang cepat. Istirahatlah. Kerjaan itu sampai kapan pun kalo dituruti yaa ngga bakalan kelar kelar, ada aja terus."

"Bang? Eh, jam berapa ini?"

"Jam 8."

"Aduuh, iya bang, maaf, tadinya mau pulang jam 6 paling lambat, ngga nyadar ngerjain tugas dari meeting siang tadi tau tau udah jam 8. "

"Pulang sekarang. Makan malam di rumah saja. Yoga sudah saya suruh ke rumah. Kamu jalan sekarang pulang, saya kabari dia untuk tunggu kamu depan rumah."

"Iyaa, bang."

Dimas berani memanggil bang karena dia tahu semua karyawannya sudah pulang.

Tak lama kemudian terlihat mobil Dimas meninggalkan halaman kantor. Pak Sudana kemudian mengabari Yoga untuk menunggu Dimas didepan pintu gerbang pavilion.

Setelah itu Pak Sudana kemudian memberikan instruksi kepada anak buahnya yang bekerja pada malam itu.

"Saya ada keperluan sebentar. Saya pergi sekitar dua jam. Kalo ada apa-apa kabari saya segera yaa."

Pak Sudana kemudian mengambil motornya. Lalu dia meninggalkan kantor dengan motor tersebut.


SUDANAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum